"ADA MAYAT DIGUDANG!"
Semua orang yang mendengar teriakan itu segera kaku. Aku? Jangan ditanya. Sudah pasti aku langsung bungkam. Dan seakan kesadaran merasuki kami. Aku dan yang lain langsung berlari kearah gudang.
Dan pemandangan yang kami temukan sangat...
Mengerikan.
Mona tergantung dengan tali melilit lehernya dan mata melotot. Pipinya juga terlihat sembab seakan habis menangis. Beberapa bagian tubuhnya lebam-lebam seakan terkena cambuk. Benar-benar mengenaskan.
"Ya tuhan!" Ucapku pelan. Suaraku tercekat ditenggorokan. Aku tidak habis pikir dengan semua ini. Apa benar ini karena aku? Apa artinya aku yang membunuh Mona dan Jessy? Tapi kenapa? Apa salahku?
Aku mengalihkan pandangan kearah pojok gudang disampingku. Aku tidak kuat melihat Mona yang terlihat sangat mengenaskan.
Aku melihat sebuah benda kecil berkilauan dipojok ruangan itu. Kufokuskan pandanganku agar aku dapat melihat benda itu. Gelang? Yah itu gelang. Gelang berwarna coklat dengan hiasan besi berkilau. Baru saja aku ingin menghampiri benda itu, terdengar suara wanita berteriak. Aku mengalihkan pandangan dan melihat Bu Maya kepala sekolah kami membekap mulutnya dengan sebelah tangan. Matanya melotot kearah Mona.
Aku kembali menoleh kebelakang Bu Maya dan melihat seseorang berpakaian polisi. Sepertinya dia Inspektur yang akan mengusut misteri ini. Oh apakah aku akan terlibat dengan polisi? Bagaimana pun si pelaku mengincarku dan Yona. Seandainya kami tak melakukan kesalahan semua ini tak akan terjadi.
"Ada apa ini, Rei?" Tanya Bu Maya tanpa mengalihkan pandangan dari mayat Mona.
"Kami juga tidak tahu. Kami juga baru sampai." Ucap Rei pelan dibelakangku. Aku terkejut dan langsung berbalik menghadapnya. Sejak kapan dia berdiri dibelakangku? Aku kembali mengalihkan pandangan kedepan dan tanpa sengaja aku melihat Yona berjongkok dibawah kaki Mona.
Yona terlihat seperti memegang sesuatu. Aku memerhatikan benda yang dipegangnya itu. Benda hitam dengan bagian depan retak. Ponsel. Iya ponsel. Yona mencoba menghidupkan ponsel itu tapi percuma karena ponsel itu sudah hancur. Lalu dia kembali mengutak-atik ponsel itu. Apa lagi yang akan dia lakukan sekarang?
"Kamu! Apa yang kamu lakukan disitu?" Suara Inspektur menginterupsiku. Dia menunjuk kearah Yona. Yona yang sadar bahwa dialah yang dimaksud langsung berdiri dan balik badan. Kulihat Yona memasang wajah pura-pura terkejut sementara Inspektur terlihat benar-benar terkejut lalu sedetik kemudian dia mendengus sebal.
"Yo, Inspektur! Lama juga kita nggak ketemu!" Ucap Yona sambil menepuk bahu Inspektur akrab. Kami semua yang melihat adegan itu hanya dapat menganga bahkan Bu Maya.
Gila! Yona bahkan bisa ber-halo, hi, hai sama polisi?! Mengagumkan. Sebenarnya Yona makan apa hingga tak punya rasa takut sama sekali. Bahkan kurasa dia juga tak punya malu.
"Yona, jaga sikap kamu!" Kata Bu Maya sambil menatap Yona tajam. Tatapan Bu Maya membuatku sedikit bergidik. Tapi bukan Yona namanya kalau hanya gertakan seperti ini dia ciut.
"Apaan sih, bu? Kangen gitu lho." Kata Yona balas menatap Bu Maya tajam. Kurasa urat malu dan takutnya sudah putus. Dia bahkan melawan seorang kepsek? Wow fantastis.
"Yona, kita sudahi main-main ini dulu! Sekarang jelaskan ada apa ini?" Kata Inspektur yang terlihat masih muda itu. Dia terlihat benar-benar menahan amarahnya hingga telinganya berwarna merah padam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Girl
Mistério / SuspenseYona Rosehalf. Seorang gadis SMA yang mempunyai kepribadian sangat jauh dari kata sempurna. Tukang bolos, langganan guru BP, tukang palak. Semua ada pada Yona. Tapi apakah itu kepribadian aslinya atau ada rahasia lain? Rei Kanie. Seorang ketua OSIS...