Bab 8. Rei Kanie

387 38 3
                                    

Bel pulang berbunyi. Anak-anak mulai berjalan berbondong-bondong keluar dari kelasnya. Ada yang saling dorong, ada yang cekikikan, ada yang nempelin orang lain. Yah.. kayak cewek-cewek dikiri kananku ini.

Rasanya itu... gerah luar biasa. Mereka kira dengan selalu ngebuntutin aku. Aku akan jatuh cinta sama mereka. Tentu tidak! Mereka terus saja mengawasi semua gerak-gerikku layaknya stalker kelas wahid. Aku mulai capek!

Kuputuskan untuk menuju toilet. Tempat teraman dari cewek-cewek ganas ini. Karena hanya tempat itu lah yang tidak dapat mereka terobos. Kecuali aku punya fans lelaki. Itu beda ceritanya.

"Yo!" Teriak orang disebelahku saat aku sudah di dalam toilet. Kebetulan toilet kami berbilik-bilik jadi tidak sedikit siswa yang terkejut apabila ada yang keluar dari salah satu bilik. Oke ralat bukan kebetulan karena ini memang sudah dirancang dari awal oleh sang arsitek.

Orang yang mengagetkan ku tadi adalah Daren. Yah.. dia memang sangat suka muncul tiba-tiba layaknya hantu.

"Ngapain lo disini?" Tanyaku. Dia langsung mengangkat sebelah alisnya.

"Menurut lo? Masa iya gue kesini buat makan?!" Katanya geli membuatku membuang muka.

Aha!! Aku baru teringat sesuatu dan seketika ide terlompat dari kepalaku. Kurasa seakan ada lampu bersinar diatas kepalaku. Langsung saja aku menoleh kearah daren dan menarik tangannya menuju pintu. Dia sedikit tersentak dengan perlakuanku.

"Bantuin gue!" Kataku dengan nada memelas dan puppy eyes. Sebenarnya sangat jijik melakukan ini tapi tak apalah demi keselamatanku sampai rumah.

"Bantu apaan?"

"Bawa cewek-cewek diluar ke gerbang. Capek gue lihat muka mereka!" Ucapku sambil melirik pintu disebelah kami. Daren langsung tersenyum geli.

"Ohh.. kirain apaan. Oke deh yang punya fans. Gampang itu mah!" Katanya sambil menjentikkan jari didepan wajahku. Kuakui selain suka muncul tiba-tiba, orang ini juga punya penyakit narsis tingkat akut.

"Ya elah. Lo juga punya fans kali." Ucapku membuat daren memainkan-mainkan alisnya sombong.

Aku dan daren memang berada di ranking teratas untuk cowok-cowok terganteng dan terpopuler di sekolah. Anak-anak cewek membuat ranking untuk kami para laki-laki dan terus saja membuntuti kami kemanapun kami pergi. Aku selalu dibuntuti sejak pertama menjejakkan kaki di sekolah ini. Dan semakin parah ketika aku menjadi ketua OSIS seperti sekarang.

"Thank you. Gue tau gue ganteng. Haha.. Tapi lo lewat mana?" Tanyanya lagi.

"Gerbang belakang. Terus gue balik kegerbang depan, ngambil mobil." Jawabku. Daren hanya manggut-manggut.

"Tapi kan pak yusuf jaga. Mana dibiarin lo lewat sana?"

Aku mengangkat bahu. "Ntar gue pikirin caranya!"

"Oke. Duluan bro!"

Daren lalu melangkah keluar toilet dan langsung saja teriakan histeris para wanita memenuhi lorong koridor.

Setelah kudengar suara langkah kaki menjauh, aku membuka pintu perlahan dan mengintip sebentar. Setelah kupastikan tidak ada satu pun cewek yang menunggu aku langsung keluar dan berjalan menuju gerbang belakang.

Saat aku menoleh kearah taman belakang, tidak sengaja mataku menangkap seorang wanita yang sedang berjalan mengendap kearah pohon besar didekat gerbang. Karena kepo, aku membuntuti orang itu. Sebenarnya aku bukan lah orang yang kepo tapi untuk saat ini entahlah.. kurasa bukan otakku yang memerintahkan ini. Tapi hal lain.

Wait. Sepertinya aku mengenal orang itu. Wanita dengan rambut ikal indah seperti dirawat oleh salon ternama, kulit putih bersih, dan tubuh tinggi. Iya! Orang itu. Yona!

Behind The Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang