Tiga Puluh Tujuh

20.2K 1K 17
                                    

"Maaf sebelumnya sudah mengganggu jadwal kalian, tapi ada hal yang benar-benar penting yang perlu kami sampaikan."

Ben memutar bola matanya saat mendengar Jocelyn, ibunya berbicara. Malam ini, tak seperti biasanya, seluruh keluarganya berkumpul untuk makan malam di rumah keluarga Mattheson yang megah. Seluruh interior di ruang makan rumah keluarga Mattheson tampak sangat mewah. Mulai dari meja makan panjangnya yang khusus dipesan dari Italia, yang mampu memuat lebih dari 15 orang meskipun anggota keluarga itu hanya 5 orang,  sampai lampu gantung yang seluruhnya terbuat dari kristal yang tepat tergantung di atas meja makan yang juga khusus dipesan dari Italia. Di hadapan mereka, terhidang berbagai macam makanan yang dimasak oleh koki khusus keluarga Mattheson. Meskipun makanan di hadapannya begitu menggoda, Ben sedang tak nafsu makan.

Malam ini terasa asing bagi Ben. Orangtuanya yang tak biasanya sedang berada di Indonesia, Naomi yang biasanya sedang melakukan pemotretan di luar negeri, Timothy yang juga sering bepergian ke luar negeri, atau Ben yang biasanya sibuk dengan berbagai macam hal.

"Jadi, Mommy and Daddy memutuskan untuk tidak lagi memegang jabatan Presiden Direktur Mattheson Corporation dalam 3 bulan ke depan," ucap Nicholas Mattheson, ayah Ben, dengan nada tegas. Raut wajahnya datar, meskipun ia sedang membicarakan suatu hal yang amat besar.

Ben, Naomi, dan Timothy tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"Tapi, kenapa? Kenapa mendadak begini?" tanya Naomi.

"Ini gak mendadak, Naomi. Kami baru akan melepaskan jabatan Presdir dalam 3 bulan," ujar Jocelyn. "Tidak memegang jabatan Presdir bukan berarti kami benar-benar lepas tangan, ya. Kami akan tetap menjadi advisor, dan memantau seluruh operasional perusahaan."

"Jadi kami diam-diam sudah melaksanakan rapat internal dengan para pemegang saham, terkecuali kalian bertiga. Dan melalui diskusi panjang, kami sudah menentukan siapa yang akan memegang jabatan Presdir," ujar Nicholas lagi. "Saat rapat, posisi kalian sama. Kami sama sekali tak memandang gender, tak memandang siapa yang lebih tua dan siapa yang lebih muda. Disini yang kami nilai adalah skill, karena untuk memimpin perusahaan sebesar Mattheson Corporation, diperlukan orang yang benar-benar bijaksana, orang yang skill leadership nya kuat."

Naomi tersenyum pahit. "There's no need to explain that, Father. I guarantee my name would come last. Even so, I don't care about ruling Mattheson Corporation. I'll just focus on my modelling career and my beloved MA Corporation."

"Naomi, kamu gak bisa lepas tangan begitu saja. Mattheson Corporation Indonesia adalah perusahaan keluarga yang kita bangun sendiri. Meskipun kamu punya profesi lain, kamu tetap harus punya andil dalam Mattheson Corporation," ujar Jocelyn, tampak tak senang dengan ucapan putri satu-satunya itu.

"Terus, siapa yang dipercayai untuk memegang jabatan Presdir?" tanya Ben, datar. Ia sudah bisa menebak 100% bahwa Timothy yang akan diserahi jabatan tertinggi itu.

Jocelyn menarik nafas, lalu menghembuskannya berat. "Siapapun yang terpilih maupun tidak terpilih, Mama yakin kalian semua mengerti bahwa keputusan sepenting ini tak bisa diputuskan secara sepihak. Harus ada persetujuan dewan direksi yang memiliki andil besar dalam perusahaan kita."

Tiba-tiba, suasana menjadi hening. Semua orang di ruangan itu menatap Jocelyn. Ada yang tegang, dan ada yang tak peduli.

"Dari 3 kandidat, Naomi mendapat suara 8%," ujar Jocelyn. Wanita itu lalu menatap Ben dan Timothy bergantian. "Timothy mendapat 43% suara dan Ben mendapat 49% suara."

Ben hampir tersedak ketika mendengar ucapan Jocelyn. Sempat terlintas di pikirannya bahwa Ibunya itu sedang bercanda. Namun ia sangat salah. Jocelyn dan Nicholas tampak sangat serius, karena memang masalah ini adalah hal yang amat serius.

BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang