Tiga

50.6K 3.2K 17
                                    

Kalau orang normal akan merasa sedih setelah putus, Ben sama sekali tidak merasakannya.

Ben merasa lega. Menjadi power couple dengan Marsha di Sekolah Harapan memang hal yang keren, tapi tidak jika Marsha adalah perempuan yang kasar.

Sebetulnya Ben jarang memedulikan lingkungan di sekitarnya. Ia tak pernah tahu ada gadis seperti Adriana yang bersekolah di sekolahnya, yang notabenenya sekolah orang-orang kaya.

Ben baru tahu bahwa seisi sekolah ini mungkin membully Adriana. Ia memang playboy, tapi membully gadis lemah tak pernah ada dalam kamus hidup Ben. Bukannya ia bertindak sok suci, tapi Ben hanya jijik melihat anak-anak orang kaya yang menggunakan status sosialnya untuk merendahkan orang lain. Ben sadar betul bahwa segala kekayaan dan fasilitas yang dimilikinya adalah milik orangtuanya, begitu pula dengan semua anak-anak orang kaya di luar sana. Siapapun mereka, sehebat apapun orangtua mereka, status sosial bukanlah sesuatu yang dapat dijadikan ajang pamer-pameran.

----

Kenapa sih pada ngeliatin gue begitu?

Pagi hari itu terasa berbeda bagi Adriana. Tentu saja ia masih mendapatkan tatapan jijik dari siapapun yang berpapasan dengannya, tapi... rasanya hari ini tatapan mereka sedikit berbeda.

"Lo tau gak sih power couple sekolah kita udah putus?"

"Eh serius? Kapan? Gimana ceritanya? Kok gue gak tau?"

"Gue sih bodo amat. Tuh nenek sihir emang gak pantes pacaran sama Ben. Semenjak dia pacaran sama Ben, dia jadi protektif abis sama Ben. Masa gue mau ngerjain tugas kelompok bareng Ben aja dicurigain mau tebar pesona?"

"Tapi gue denger-denger ya, katanya mereka putus gara-gara si cewek kampung itu."

"What? Ga mungkin banget cowok sekeren Ben mutusin Marsha buat si cewek kampung itu?"

Adriana termenung. Pastilah seluruh sekolah akan membencinya. Ia berusaha berkonsentrasi dengan PR Bahasa Perancisnya, sampai ia merasa sepasang tangan menyentuh telinganya, menutupnya rapat.

Adriana mendongak, dan seketika bertemu dengan sepasang bola mata paling biru yang pernah ia lihat. Adriana merasa tersihir.

"Jangan dengerin kata-kata mereka."

Adriana masih terdiam. Tak bergerak seinci pun. Suasana di sekitar taman sekolah sudah heboh melihat pemandangan langka ini.

Sedetik kemudian Adriana sadar. Buru-buru ia menepis tangan Ben. Adriana berdeham.

"Lo ngapain disini?" tanya Adriana.

"Gue gerah digosipin terus. Lo sendiri?"

"Ada PR Bahasa Perancis."

"Wow."

"Kenapa? Ada yang lucu?"

"Gak sih. Gue rasa cuman elo doang di sekolah ini yang mau ngerjain PR Perancis dari guru kejam itu."

"Mr Jean? Dia baik kok."

Ben menatap Adriana tak percaya. "Baik?"

"Dia mau dengerin gue latihan."

BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang