Empat Puluh Tujuh

18.3K 925 15
                                    

Siang dan malam terus berganti. Manusia tak henti-hentinya bergerak dari sana ke sini, mengejar sesuatu yang entah kapan habisnya. Mobil-mobil dengan berbagai ukuran berlalu lalang di bawah sana. Sesekali melaju kencang, sesekali terhenti. Tak hanya manusia dan segala ciptaannya, bahkan awan pun bergerak, pelan namun pasti.

Semuanya itu diperhatikan Catherine. Segala apapun yang bergerak tak luput dari perhatiannya. Entah sudah berapa jam ia duduk di ranjang kamarnya sambil menerawang ke luar jendela. Ia tahu, raganya mungkin terkurung di ruangan suite mewah rumah sakit ini, tetapi jiwanya tidak. Jiwanya bebas melayang, bergerak bersama semua objek yang diperhatikannya sedari tadi.

"Catherine."

Sebuah suara pintu yang dibuka, disusul dengan suara lembut seorang wanita yang memanggil dirinya. Catherine tak menoleh. Ia terlalu malas mengalihkan pandangannya.

"Kamu gak bosen daritadi begitu terus? Aku sampai sempet beli makanan lho buat kamu, dan kamu masih tetap dalam posisi itu," ujar wanita itu sambil sesekali menghela nafas. Ia lalu meletakkan bungkusan makanan yang dibawanya di meja ruang tamu, lalu duduk di sebuah kursi dekat tempat tidur Catherine.

"Aku mau melayang, Bella," ucap Catherine. Raut wajahnya sedih.

"Maksud kamu apa? Melayang?" Bella tercekat. Gadis itu pikir Catherine hendak menyudahi hidupnya. "Kamu gak boleh menyerah, Kate. Hidup kamu masih panjang."

Catherine tertawa mengejek. "Sudah segila itukah aku, sampe kamu pikir aku mau bunuh diri?"

"Kamu tau aku gak pernah anggap kamu gila, Kate," ucap Bella serius. "Dokter-dokter itu boleh bilang kamu punya gangguan jiwa, stres, tekanan mental, bahkan kecenderungan untuk bunuh diri. Tapi kamu tau, aku selalu percaya kalo kamu gak seburuk yang mereka katakan."

Catherine akhirnya mengalihkan pandangannya, lalu menatap Bella. Gadis itu tersenyum kecil. "Andai semua orang berpikiran seperti kamu."

Bella tersenyum sedih menatap adik tirinya itu. Bella adalah anak dari Ellen, Ibu kandung Catherine hasil perkawinannya dengan seorang lelaki biasa bertahun-tahun yang lalu. Perkawinan ini tidak direstui keluarga Ellen yang adalah keluarga konglomerat, sehingga dilangsungkan secara diam-diam. Hal inilah yang membuat Bella dan ayahnya tak pernah diketahui publik pernah ada dalam kehidupan Ellen. 6 bulan setelah kelahiran Bella, ayah Bella meninggal secara tiba-tiba, tanpa diketahui alasan pastinya. Ellen tak ingin memfitnah, tetapi ia yakin keluarganya ada di balik alasan meninggalnya suaminya itu. Ellen yang terpukul kemudian menikah dengan James Williams, seorang pengusaha kaya raya asal Australia yang umurnya berbeda jauh dengannya. Jika Ellen menolak pernikahan ini, tak seorang pun dari keluarganya yang akan membantunya, dan ini berarti ia dan bayinya akan hidup terlunta-lunta. Ia pun terpaksa menikah, semua demi putri kecilnya Bella agar bisa hidup layak. Meski begitu, keluarganya tak mengizinkan Bella untuk hidup bersama dengan Ellen. Bella pun dipaksa untuk diasuh oleh Purwanti, asisten keluarga Ellen dengan imbalan mengasuh yang dibayarkan setiap bulannya.

Setahun setelah pernikahannya dengan James, Ellen membelikan Purwanti sebuah rumah yang berada cukup dekat dengan rumah tempat tinggalnya, dengan tujuan agar ia bisa sering-sering menengok putri kecilnya itu. 2 tahun kemudian, Ellen melahirkan Catherine Williams, anak hasil perkawinannya dengan James Williams. Lantaran Ellen dan James sama-sama sibuk, ditambah kedekatan rumah Ellen dan rumah Purwanti, Catherine pun sering dititipkan pada Purwanti saat Ellen dan James tak ada di rumah. Bukan berarti tak ada pembantu dan supir yang tinggal di rumah Ellen ketika ia dan suaminya sibuk bekerja, hanya saja Catherine sangat suka berada di rumah Purwanti. Sedari kecil karena Ellen sering mengajak Catherine saat mengunjungi rumah Purwanti, Catherine pun sering bermain dengan Bella dan berkawan akrab dengannya. Umur keduanya pun tak terpaut terlalu jauh. Hal inilah yang membuat mereka tumbuh bersama dan saling menyayangi satu sama lain.

BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang