Dua Puluh Sembilan

29.1K 1.4K 51
                                    

"Ben, aku udah bilang kan kalo kita lagi di kantor, maka bersikaplah profesional."

Ben duduk sambil tersenyum dan bertopang dagu, tatapannya fokus pada satu-satunya objek yang sedang duduk di hadapannya. Sang objek, Adriana yang sedang kesal malah bertambah kesal lagi.

"Hello? Do you hear me?" Adriana melambai-lambaikan tangannya di hadapan wajah tampan Ben. Saat ini Adriana sedang amat kesal pada Bos sekaligus kekasihnya ini.

"Always, Princess," jawab Ben. Ben lalu duduk tegap. "Tapi aku gak setuju. Kantor ini kan punya aku, aku bebas dong ngelakuin apa aja."

"But professionals don't do such thing," balas Adriana sambil melipat tangannya di depan dada. Adriana lalu bangkit dari kursi dan berjalan menuju kaca jendela besar yang terdapat di ruang kantor Ben. Spot favorit Adriana, tempat ia dapat memerhatikan lalu terpesona dengan kemilau gedung-gedung pencakar langit yang terbentang luas di hadapannya.

Adriana merasakan Ben memeluknya dari belakang.

"What are you looking at?" bisik Ben. Lelaki itu lalu mencium pipi Adriana, membuatnya seketika merona.

"Skyscraper. I always love city view," ujar Adriana, lalu mengusap wajah Ben.

Ben tertawa kecil. Ia lalu melepas pelukannya dan berdiri di hadapan Adriana. "Look, baru beberapa detik yang lalu kamu omelin aku tentang attitude kita di kantor, sekarang kamu malah ngelakuin hal yang sama kayak aku."

Adriana mendengus. "Gak ada asap kalo gak ada api."

"Ya, ya, perempuan selalu benar."

"Yes we are."

Ben lalu tertawa lagi. "Malam minggu kita jalan-jalan yuk."

"Kemana?"

"Mall maybe? Kemana lagi? Atau mau ke Singapore? Kayaknya private jet punyaku lagi nganggur."

Adriana memutar bola matanya. "Mau jalan-jalan aja sampai ke Singapore?"

"Ya aku kan nawarin doang."

"Gak please. Di Jakarta aja."

"As your wish, my lady."

----

Adriana sedang berjalan menuju lift hendak kembali ke lantai 19 tempatnya bekerja. Ia membawa bertumpuk-tumpuk map berisi dokumen yang harus diperiksanya. Langkahnya pelan karena ia tak begitu mampu melihat ke depan.

Tiba-tiba Adriana menabrak sesuatu, membuat tumpukan map yang sedang dibawanya jatuh berantakan. Raut wajah Adriana berubah drastis menjadi kesal, gadis itu lalu berkacak pinggang saat ia melihat objek yang ditabraknya.

Seorang laki-laki bertubuh tinggi tegap dengan bahu lebar, berkulit putih, dengan pesona wajah oriental ala aktor drama Korea.

"Anda lihat gak sih saya lagi bawa tumpukan map begini? Seharusnya anda bisa menghindari saya dan bukannya malah nabrak saya begini!" omel Adriana pada si lelaki yang Adriana yakin sekali merupakan keturunan Korea. Kalau saja mereka tidak bertemu di situasi seperti ini, Adriana pasti sudah terpesona dengan wajah tampan lelaki itu.

Si lelaki menaikkan alisnya, tak merasa bersalah sama sekali.

"Bukannya bantuin malah ngeliatin doang!" omel Adriana lagi, lalu mulai berjongkok dan memunguti map-map yang jatuh tercecer.

Si lelaki Korea lalu menatap Adriana datar, dan mulai berjongkok membantu Adriana mengumpulkan map.

"Udah gak usah! Saya bisa sendiri!" kata Adriana galak.

BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang