Abisatya Bermuda dan Abiangga Bermuda

4.3K 341 2
                                    

VOTE? DONT BE SILENT READER YES!



" Masa lalu cukup di kenang, kenapa harus menjadi masalah untuk sekarang Bel?" – Satya

" Bel, mau pulang bareng ngga?" tanya Satya tepat di depan mejaku.

Aku menoleh ke Satya sebentar lalu mengaduk – aduk isi tasku mencari voucher taksi yang sepertinya aku punya namun tidak ada sejak tadi aku cari. Aku kemudian menatap pasrah pada Satya yang tersenyum karena tahu kebiasaanku yang lupa menaruh voucher taksi dimana.

" Lupa mulu Abel taro itu voucher dimana bang." Ucapku lalu berdiri ke sebelah Satya.

Satya tertawa kecil. " Lo kan emang kerjaannya lupa naro sama ngilangin, Bel." Ujar Satya yang membuatku refleks menekuk wajahku.

" Bang Satya mah suka gitu ih!" ujarku kesal.

Satya tertawa lagi lalu memberikan sebuah coklat padaku. " Ngambek mulu, marah mulu. Nih biar nambah manis kaya bidadari surga!" godanya kemudian.

Aku sontak langsung tertawa kecil mendengar gombalan pria ini lalu menerima coklat itu dengan senang. " Abang mah emang paling ngerti deh!"kataku sambil tertawa.

Ketika kami sampai di parkiran aku cukup kaget melihat mobil yang saat ini Satya bawa ke kantor. Mobilnya sama persis dengan kakak laki – laki itu punya.

" Bang Satya ganti mobil?" tanyaku saat kami sudah berada didalam mobil.

Satya menoleh padaku sambil tersenyum. " Enggak, mobil gue lagi dipake sama Ayah. Ini mobil punya Ayah katanya dia mau coba pake mobil gue enak atau engga. Jarang sih dia pake mobil ini, tapi abang gue yang paling sering make ini mobil." Ucap Satya sambil focus menyetir.

Aku mengangguk kecil sambil bernafas lega karena aku kira orang yang biasa memakai mobil ini sudah pulang dari negeri entah berantah yang aku tidak tahu dimana.

" Emang kakak laki – laki bang Satya kemana?" tanya ku tidak bisa menahan diri.

Ku lihat Satya terdiam sebentar lalu menoleh padaku kemudian tersenyum kecil. " Lo tahu dia kemana kan bel?" tanya Satya dengan nada yang seperti menuduh.

Aku sontak terdiam dan tidak berani menatap Satya,tidak aku sangka pria ini tahu tentang aku dan kakak laki – lakinya.

Kami sama – sama terdiam lalu Satya menghentikan mobilnya di pinggir jalan, lalu memiringkan tubuhnya menghadapku. Aku tahu pria ini memandangiku sekarang, tapi aku tidak punya keberanian menatap pria ini kembali.

" Kita udah berapa lama sih Bel jadi rekan kerja? Dan berapa lama juga gue deketin lo? Selama ini gue ngga pernah tahu alasan lo untuk ngga merespon apa yang gue lakukan. Tapi waktu gue ngunjungin Bang Muda ke Jerman, gue tahu alesannya apa. Dan akhirnya gue tahu kenapa abang gue ngga pernah mau pulang dan kenapa lo seakan menutup diri dari pria manapun. Kenapa ngga pernah cerita sih Bel?" tanya Satya padaku dengan sangat pelan.

Aku hanya menggeleng kemudian menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku, aku tidak ingin melihat Satya seperti ini. Pria ini memang bukan kakaknya namun aku sangat tahu di saat seperti ini mereka bisa jadi kepribadian yang sama.

" Gue ngga mau marah bel, apalagi sama lo. Tapi emangnya susah cerita sama gue?" tanya Satya lagi kali ini pria ini menatap ke jalanan yang ada di depan kami.

Aku menghembuskan nafas pelan lalu melirik sebentar pada Satya. " Emang kalo Abel cerita akan mengubah semua nya bang? Enggak kan? Abel ngga pernah mau mandang Bang Satya itu adiknya Bang Muda, Abel selalu berpikir Ban Satya memang bukan Bang Muda walaupun kadang ada hal – hal kecil yang Abel sadari kalian mirip tapi Abel selalu menyangkal itu." Lirihku

" Tapi gue emang bukan Bang Muda bel, Bang Muda Cuma masa lalu kan? Kenapa harus jadi masalah di masa – masa lo yang sekarang? Gue bukannya mau bersaing sama Bang Muda tapi gue Cuma mau ingetin lo, ngga ada gunanya nunggu orang yang belum tentu mau pulang. Jangan menelan janji manis Bel, gue bukannya minta lo milih gue, gue Cuma mau lo bahagia tanpa mikirin Bang Muda!" Ujar Satya dengan nada tertahan padaku.

Aku memberanikan diri menatap Satya, pria bernama lengkap Abisatya Bermuda ini selalu berusaha mengobrak –abrik hati ku yang sudah aku tata rapi untuk orang yang jauh disana. Orang yang jauh itu yang tak pernah ku sangka adalah Kakak laki – laki Satya, Abiangga Bermuda, pria yang sudah bersahabat dan menjalin hubunganku selama tujuh tahun. Aku dan Muda bukanlah tentang waktu berapa lama kami bersama, aku dan Satya bukanlah tentang berapa lama kami mengenal, tapi memang hatiku belum siap untuk menerima siapapun termasuk jika Muda kembali ke hadapanku. Aku bukan wanita munafik, siapa yang tidak menyukai pria seperti Satya, namun kenyataan bahwa Satya adalah adik Muda membuatku menelan pahit kata mundur. Aku tidak mau melihat Satya dengan bayang – bayang Muda, sekalipun aku terus menyangkal mereka punya kemiripan tapi kenyataannya mereka memang mirip karena mereka beradik kakak.

Kepergiaan Muda yang membuat luka yang cukup besar dihatiku juga salah satu alasan untukku untuk tidak menjalin hubungan dengan orang lain, tapi jika soal janji Muda yang akan kembali pulang dan meminangku bukanlah alasanku sampai sekarang tidak menikah karena dalam beberapa tahun ini Muda jarang sekali menghubungiku. Kadang Muda hanya mengirim email dua kali dalam setahun, dan Muda berhenti mengirim email setahun lalu. Pahitnya kenyataan itu membuatku cukup takut dengan Satya karena aku takut Satya tidak beda jauh dengan Muda.

" Abel pernah berpikir seandainya Bang Satya bukan adik Abiangga Bermuda, pasti semua akan lebih muda untuk Abel, lebih mudah untuk kita." Lirihku pelan dan bahkan nyaris seperti berbisik.

Satya menoleh padaku dengan ekspresi yang tidak dapat ku artikan. " Kata seandainya itu seakan – akan ngasih gue harapan Bel." Ujar Satya.

Aku tersenyum pahit. " Harapan memang selalu ada Bang Satya, tapi Abel hanya ngga bisa membuka harapan itu dengan lebar seperti kepakan sayap bidadari." Kataku setengah bercanda.

Satya tertawa kecil. " Lo mah ngerusak suasana serius kan! Kebanyakan temenan sama Keenan sama Gibran sih! Emang ada bidadari ngepakin sayap? Emang lo pikir dia burung dara!" kata Satya kesal.

Aku tertawa kemudian, suasana yang tadinya tidak enak menjadi enjoy kembali. " Kayaknya sih emang faktor temenan sama mereka deh, Bang!" ujarku masih sambil tertawa.

Kami sama – sama tertawa kemudian karena mengingat kelakuan sampahnya Keenan dan Gibran yang selalu membuat semua orang di kantor tertawa.

Aku kemudian terdiam memandang Satya yang sedang tertawa, lesung pipi pria ini selalu terlihat saat tertawa dan suara tawanya yang khas selalu aku sukai ketika mendengarnya. Sekarang aku sadar bahwa Satya bukanlah Muda dan Satya tidak akan pernah menjadi Muda. Jika memang ada kesamaan mungkin itu factor mereka bersaudara.

" Bang Satya bukan Bang Muda kan?" tanyaku tiba – tiba tanpa kusadari.

Satya sontak menoleh padaku dan mengerutkan keningnya. " Gue Abisatya Bermuda bukan Abiangga Bermuda, Bel. Dan gue ngga akan pernah jadi Bang Muda, sampai kapan pun." Ujar Satya.

Aku tersenyum kecil menatap manik mata coklat Satya yang memang berbeda dengan Muda. " Abel Cuma ingin bukti kecil dari Bang Satya kalau Bang Satya memang bukan Bang Muda. Bisa kan Bang?" Pinta ku pada Satya.

Satya seakan mengerti kata – kataku lalu tersenyum manis dan mengangguk. Dan aku ikut tersenyum pada pria disamping ku ini, Abisatya Bermuda.

Muda, jika kamu bukan jodoh aku biarkan aku lepas. Biarkan aku menemukan tempat pulangku yang lain karena sepertinya kamu tidak akan pulang padaku...

Muda, sampai jumpa lagi...

*************

Jangan lupa vote ya! thankyou

Hijrah, Pernikahan dan Sebuah KepulanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang