Hai! VOTE SEBELUM BACA! DAN PART INI PENDEK KARENA YA KEBETULAN AJA GUE PENGEN UPDATE TP BISANYA PENDEK HAHAHAHA! THANK U
KOMENTAR&VOTE I NEED
" Anugerah terindahku adalah kamu..." – Abiangga Bermuda
" Biya, gendutan ya?"
Aku melepaskan pelukan Muda yang sedaritadi menggangguku memasak lalu menatap kesal pria itu. " Kamu bilang sekarang aku gendut?
Muda tertawa kecil kemudian menangkup kedua sisi pipiku lalu kecupan singkat kurasakan di keningku setelahnya. " Aku ngga bilang kamu gendut, Cuma agak berisi sayang, ampun deh! Kamu sensian banget belakangan ini!"
Aku mendengus pelan lalu melepaskan tangkupan tangannya lalu kembali sibuk dengan makanan yang sedang aku masak. Namun gerakanku terhenti ketika sebuah buket bunga tiba – tiba muncul di depan mataku.
" Selamat hari jadi ke empat tahun sayangku, semoga betah jadi istriku dan semoga tambah sayang sama si kembar, I love you, Biya..."
Aku menatap pria yang menjadi suamiku itu dalam diam lalu mengambil bunga mawar putih pemberiannya. Setiap tahun Muda memang tidak pernah lupa memberikan buket bunga di setiap hari pernikahan kami, bahkan tak jarang di sertai dengan kado – kado lainnya. Namun entah kenapa dengan semua kebaikannya aku selalu merasa bersalah padanya. Empat tahun kami menikah, tidak ada tanda – tanda kami akan di karunai anak, adik untuk Samudra dan Aurora. Tapi setiap aku membahas tentang anak, Muda akan berkata bahwa ada aku dan kembar sudah cukup untuknya.
Munafik kalau aku mengatakan aku baik – baik sja karena aku tahu pria itu tidak baik – baik saja. Dua tahun lalu, karena rasa penasaran kami, akhirnya kami berdua membuat janji dengan dokter kandungan, namun ternyata hasilnya membuat aku maupun Muda sedikit terpuruk, karena menurut diagnosa, Muda lah yang bermasalah, sedangkan rahimku sehat dan tidak bermaalah untuk hamil. Sejak itu kadang Muda sering melamun ketika sedang sendirian di dalam kamar, dan pria itu sering menghindari pertemuan keluarga karena risih jika di beri pertanyaan tentang anak dan dia sedikit sensitive jika ada yang menyinggung tentang anak dan juga menjadi sangat protective pada Samudra dan Aurora.
" Sayang? Kok ngelamun sih? Ini suaminya dianggurin loh!"
Aku tersenyum kecil kemudian mengecup kedua pipinya lalu membawa tangan besarnya ke genggamanku. " Terima kasih, Papa...Terima kasih sudah sabar jadi suamiku dan selalu ada di sisi Sammy dan Rora, mau aku kasih hadiah?"
Muda mengangkat sebelah alisnya sambil menatapku penasaran yang sedikit berjinjit untuk berbisik padanya.
" I wuf you, papa..." bisikku lalu mengecup singkat pipinya.
Terdengar suara tawa yang paling aku suka dari Muda lalu pria itu membawaku ke dalam pelukannya. " Finally ya, Biya... aku harus tunggu empat tahun akhirnya kamu ucapin itu juga..."
********
Aku menatap wajah Muda yang saat ini sedang tertidur, sejak pulang dari rumah orangtuanya tadi, pria itu sedikit murung dan pendiam. Saat pulang hanya pergi kekamar si kembar lalu setelah itu tertidur tanpa mandi dan makan malam seperti biasanya.
" Biya...."
Aku tersenyum sambil mengelus kepalanya. " Tadi ngga mandi dulu? Kenapa tidur disini? Kasian Sammy jadi kesempitan karena badan besar papanya yang tidur di kasur kecilnya dia"
Muda tertawa disela wajah nya yang masih mengantuk lalu duduk di tepi tempat tidur Samudra. " Aku capek...Maaf ya? Kamu pasti masak makan malam juga..."
![](https://img.wattpad.com/cover/57366636-288-k700250.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah, Pernikahan dan Sebuah Kepulangan
General FictionAbela maryam, seorang wanita muda yang menjadi muallaf. Keputusannya menjadi muallaf membuatnya di buang dari keluarganya dan harus mencoba hidup baru di Jakarta. Dia menjadi muallaf awalnya untuk seorang pria yang pergi jauh untuk menempuh pendidik...