Jadi pendamping hidup saya mau?

3.1K 261 13
                                    

VOTE?

" Pilihan bukan tentang bagaimana akan bahagia tapi dengan siapa kamu akan bahagia..." – Resangga Abimana

Aku berdiam diri di ayunan taman dekat rumahku hampir setengah jam dan di sampingku ada Satya yang ikut terdiam bersamaku. Sebenarnya aku tidak pernah membayangkan situasi yang serumit ini dan bahkan sekarang aku tidak tahu bagaimana akan menghadapinnya. Satya yang tiba – tiba datang dan lebih tiba – tiba lagi adalah lamaran mendadak yang disampaikan oleh Resa yang lebih tepatnya sebagai prasyarat luar biasa yang bisa membuatku punya kesempatan kedua dari keluargaku dan aku tidak akan pernah mendapatkan kesempatan seperti itu lagi untuk kedua kalinya jika aku menolaknya.

" Gini akhirnya, Bel?" lirih Satya sambil menatap sepatunya.

Aku menghela nafas karena hari ini begitu berat ditambah kedatangan pria disebelahku yang sebentar lagi akan menikah entah dengan siapa.

" Tanpa mereka datang, ini memang jadi akhir kita kan, Sat? Kamu yang membuat akhir bukan aku...dari awal seperti itu" kataku tanpa menoleh padanya.

Satya beranjak dari ayunan yang dia duduki lalu berdiri tepat di hadapanku sambil memberikan buket bunga yang tadi aku kembalikan padanya.

" Awalnya gue kesini mau nyampein niat baik, gue kesini mau ngerubah prinsip gue bahkan gue udah bilang sama keluarga gue. Gue izin sama Bang Muda, dan gue pikir gue masih punya kesempatan selagi lo belum nerima lamaran Galang yang katanya ngelamar lo lebih dulu. Ternyata gue kesini justru kaya dapet apa ya? Tamparan tersendiri karena gue ngga mulai dari kemaren – kemaren. Hal yang dia tawarin seakan gerbang kebahagian seutuhnya yang bahkan gue atau Galang ngga bisa kasih kan, Bel? Gue ngga Cuma kalah sama Muda, gue ngga Cuma kalah sama Galang, sekarang? Gue kalah telak. Janji sama gue, sesudah ini lo harus bahagia seutuhnya ya?"

Aku terdiam tanpa berani menatap pria didepanku ini. Jujur saja ini bukan pilihan dan jalan keluar yang aku inginkan. Bukannya aku tidak bersyukur di hadiahkan seorang sosok seperti Resangga dengan segala keseriusannya oleh Allah tapi aku hanya tidak ingin banyak orang tersakiti dengan berita bahagia yang harusnya aku sampaikan secara baik - baik.

" Kamu tidak kalah dengan siapapun, hanya saja mungkin memang aku bukan tujuanmu dan aku bukan yang di tuliskan Allah untukmu. Dari awal aku hanya meminta agar diberikan jodoh yang luar biasa yang bisa melengkapiku dan membuatku kembali pada keluargaku. Tapi aku tidak pernah menginginkan ada banyak sosok pria yang datang padaku membawa sejuta mimpi dan keseriusan untuk dibangun bersamaku nanti. Aku tidak ingin menyakiti siapapun karena aku tahu bagaimana sakitnya. Maaf, Sat..." lirihku pelan.

Aku mendengar helaan nafas Satya yang kasar kemudian pria itu membalikkan badannya dari ku. " Gue bahagia kalau lo bahagia, setidaknya penyesalan lain tentang tidak pernah mencoba ngga dateng ke gue. Cuma penyesalan karena terlambat mungkin bisa jadi pelajaran di lain waktu...lo jelasin ke Galang sendiri ya, untuk itu gue ngga bisa bantu ya. Gue pamit, Assalammualaikum..."

Aku menjawab salam yang di ucapkan Satya di dalam hati. Entah kenapa banyak beban yang mengganjal tiba – tiba hilang ketika pria itu bilang bahwa dia bahagia jika aku bahagia. Bohong kalau aku tidak menyayangi pria itu sekalipun tidak sebesar sayangku pada Muda namun tetap saja pria itu punya tempat sendiri di dalam hatiku. Namun aku tidak bisa menolak kesempatan besar yang di berikan oleh Resangga padaku. Kesempatan yang mungkin hanya dia yang bisa memberikan. Kesempatan yang tidak akan pernah datang dua kali. Aku benar – benar ingin kembali pada keluargaku bagaimanapun caranya sekalipun mengorbankan kebahagiaanku.

Drrrtttt.... Drrttt...

From: +6281288899xxxx

Assalammualaikum Wr. Wb

Hijrah, Pernikahan dan Sebuah KepulanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang