Rora and Sammy, anak Papa

3.1K 285 26
                                    

Hai! Kok aku cepet ya munculnya?! wkwkwkwkwwkwkwkwk rank agak naik dikit jd semangat! njay! vote terus spam terus komen terus! naikin rank nya biar aku cepet updatenya! wwkwkwkwk 

with love,

indrigaluh

Warning: many much typo guys! sorry




" Luka ku belum sembuh, relung jiwaku masih kosong, seluruh pikiranku masih terpusat satu nama, bagian mana lagi yang ingin kamu tempati?" – Abela Maryam

Hari ini adalah ulang tahun kedua buah hatiku, Aurora dan Samudra, kalau Satya dan Galang biasa memanggil mereka dengan sebutan abang dan adek, kata mereka agar lebih mudah untuk di panggil dan supaya membiasakan keduanya memanggil diri mereka seperti itu. Kedua anakku kini berusia tepat dua tahun, benar, banyak waktu yang aku lewati, banyak kesepian yang aku lebur dan banyak juga ruang kosong yang membelenggu jiwa dan hatiku. Selama dua tahun aku seperti terbelenggu dengan ketegaran dan kekosongan yang nyata, namun di saat yang sama aku seakan tertampar kenyataan bahwa aku hidup untuk membahagiakan Aurora dan Samudra. Kalau bukan aku, siapa lagi? Aku adalah satu – satunya sosok orangtua yang di miliki oleh kedua buah hatiku, belenggu yang menusuk kadang menghilang jika aku mengingat kedua buah hatiku. Kadang kesulitanku saat merrawat mereka hilang begitu saja ketika ada sosok – sosok yang menjelma menjadi 'ayah' siaga untuk mereka. Satu hal yang amat aku syukuri, bahwa aku benar – benar tidak sendirian.

Melihat, memantau dan menyayangi Aurora dan Samudra bukanlah hal yang sulit, dan mencintai mereka adalah hal yang sangat mudah hanya dengan menatap kedua mata mereka, itulah kata Abiangga Bermuda. Sosok pria yang selalu hadir dan datang untuk kedua buah hatiku, entah dalam keadaan apapun, dalam dua tahun ini Muda memang 'mendadak' punya banyak waktu luang untuk membantuku merawat kedua buah hatiku. Rora dan Sammy, itulah panggilan Muda untuk kedua buah hatiku, dan bahkan Muda membuat sticker yang dia pasang di kaca mobilnya dengan nama Rora dan Sammy. Hatiku selalu menghangat ketika pria itu menimang dan mengajak kedua buah hatiku bicara. Tapi satu hal yang membuatku selalu membiarkan Muda ada untuk anak – anakku adalah pria itu tidak mencoba menjadi sosok pengganti suamiku untuk kedua buah hatiku.

"Aku memang mencintai mereka, mereka menjadi bagian terpenting dalam hatiku, tapi aku tidak ingin mereka sampai tidak mengenal ayah kandung mereka. Aku tidak ingin menjelma menjadi ayah pengganti, aku ingin menjadi teman mereka, aku ingin jadi penepis kesepian mereka, mereka butuh aku, aku hanya ingin ada untuk mereka. Aku mau menghapus setiap resah dan rinduku pada mereka ketika aku tidak melihat mereka bahkan sehari saja. Aku mohon, jangan pisahkan aku dengan mereka..."

Aku ingat dengan jelas yang Muda katakan padaku satu tahun lalu, ketika aku berkata sebuah kejujuran padanya bahwa aku sedikit risih jika pria itu selalu ada di sekitarku. Namun ketika pria itu berkata seperti itu, aku merasa amat jahat karena memisahkan kedua buah hatiku dari orang sebaik dia terlepas dia adalah masa laluku, tapi dia adalah teman yang baik dan sahabat yang baik.

Setidaknya kehadiran Muda membuatku bersyukur, berkat dia kedua buah hatiku tidak merasakan kekurangan kasih sayang. Berkat dia, kedua buah hatiku tidak merasakan kosong yang aku rasakan.

" Teh, di bawah udah rame, aku bantu bawa adek ya, biar teteh bawa abang"

Aku tersadar dari lamunanku kemudian menatap Halima, istri Keenan. Wanita cantik yang resmi di persunting oleh Keenan setahun lalu. Aku tersenyum dan mengangguk, kemudian wanita itu membawa Aurora ke dalam gendongannya sedangkan aku membawa Samudra.

" Mertuaku udah datang, Ma?"

Halima mengangguk kemudian wanita itu menyerahkan sebuah kotak persegi panjang padaku. Aku mengerutkan kening menatap kotak itu dan kembali menatap Halima dengan pandangan bertanya.

Hijrah, Pernikahan dan Sebuah KepulanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang