vote dulu yes!
" Jika aku memang untukmu maka aku akan selalu untukmu, sampai akhir hayatku..."- Abela Maryam Wijaya
Aku duduk di ayunan kayu yang memang tersedia di balkon hotel tempatku menginap untuk Honeymoon. Menatap hamparan laut biru yang terbentang tepat di depanku, sungguh indah ciptaanNya dan sunggu indah hadiah pernikahan yang diberikan oleh ibu mertuaku untukku dan suamiku, Resangga. Omong – omong tentang Resangga, suamiku itu saat ini sedang menikmati tidur dan istirahat sejenaknya di atas tempat tidur. Usai sholat subuh tadi, dia meminta izin padaku untuk tidur kembali karena terlalu lelah. Dan saat ini aku sendiri menikmati indahnya matahari terbit di depanku ditambah dengan keindahan laut Bali.
" Hai sayangku"
Suara serak Resangga membuatku tersadar dari lamunanku dan menoleh padanya yang sedang berjalan kearahku sambil mengucek – ucek matanya. Wajah tampannya nampak lucu ketika bangun tidur saat ini. Aku mengulurkan tanganku untuk mengajaknya duduk di sampingku dan disambut hangat oleh pria yang baru tiga hari ini resmi menjadi suamiku.
" Nyenyak tidurnya?"
Resangga mengangguk kecil dengan pandangan yang masih kosong karena belum tersadar sepenuhnya. Pria itu kemudian membawa ku kedalam pelukannya dan kembali memejamkan matanya. Aku mengelus pelan lengannya sambil menepuk – nepuk pelan tangannya yang ada di atas tanganku. Aku ikut memejamkan mata saat aku mendengarnya bersenandung lagu beautiful life yang sepertinya lagu dari Crush.
" Kok kamu tahu lagu itu mas?"
Resangga berhenti bersenandung namun masih memelukku. " Iya soalnya pas buka – buka handphone kamu di Playlist yang paling sering diputar ya lagu itu. Susah banget hapalinnya, tapi karena kamu suka, apa sih yang ngga bisa aku lakuin"
Aku membuka mataku dan mendongak sedikit untuk menatapnya yang masih memejamkan matanya dan sesekali mengecup keningku. Hal – hal kecil seperti ini saja masih diingat oleh Resangga dan tanpa dimintapun pria yang sekarang menjadi suamiku ini mau melakukan apapun. Dengan perlahan ku bawa jemariku ke wajahnya dan mengelus pelan wajah yang akan selalu kulihat sepanjang hari nanti dan sampai akhir hayat kami.
" Terima kasih..."
Resangga hanya mengeratkan pelukannya padaku seolah menjawab ucapan terima kasihku padanya. Dan ini damai yang indah yang pernah dia rasakan, dan ini pelukan terhangat yang pernah dia rasakan dan akan terus dia rasakan sampai nanti. Setiap harinya setelah ini, aku tidak tahu kapan berhenti mengucapkan terima kasih dan kapan bisa berhenti berkata aku menyayangi pria yang sedang memelukku ini dan mengucap syukur karena Allah sudah menakdirkan ku dengan Resangga dalam ikatan pernikahan.
*********
" Sayang, aku ngga bisa pasang dasi..."
Resangga memasang wajah kesalnya karena tidak bisa memasang dasinya saat sudah di depanku yang untungnya sudah selesai membuatkan sarapan dan juga bekal makan siang untuknya. Aku tersenyum kecil melihat wajahnya kemudian mengambil kursi kecil dan naik keatas kursi itu agar tinggiku sejajar dengan Resangga yang ku sadari sangat tinggi selama satu bulan ini menikah dengannya.
" Sudah! Sarapan dulu ya mas?"
Resangga mengangguk antusias dan mengikutiku ke meja makan kemudian kulihat wajahnya mendadak muram melihat salah satu menu yang aku sediakan untuk sarapan pagi ini. Aku membuatkan roti lapis sayuran dan roti lapis telur mata sapi dan aku sangat tahu suamiku itu amat sangat membenci sayur.
Aku kemudian duduk disampingnya kemudian tersenyum manis menatapnya yang menatap malas roti lapis sayur yang aku buat. Ku sentuh pipinya dengan jari telunjukku dengan halus hingga membuat dia menoleh padaku dan dapat ku lihat tatapan menyesal dimatanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/57366636-288-k700250.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah, Pernikahan dan Sebuah Kepulangan
Ficción GeneralAbela maryam, seorang wanita muda yang menjadi muallaf. Keputusannya menjadi muallaf membuatnya di buang dari keluarganya dan harus mencoba hidup baru di Jakarta. Dia menjadi muallaf awalnya untuk seorang pria yang pergi jauh untuk menempuh pendidik...