Restu dan Kemurkaan

2.4K 291 12
                                    

Maaf ya lama, lama mikirnya karena abis uts juga sih wkwkwk. jangan lupa vote dan komentar, btw aku bener2 need komentar dan vote! tq guys!

" Aku bukan wanita sempurna, aku tidak meminta bahagia yang banyak, tapi aku hanya selalu berdoa yang terbaik untuk diriku sendiri, anak – anakku dan semua orang yang aku sayangi..."- Abela Maryam

" Kenapa? Kenapa aku?" tanyaku pada Muda yang kini sedang duduk di depanku dengan sebuah kotak cincin berwarna biru.

Muda tersenyum kemudian meletakkan kotak cincin itu di dekat tanganku. Lalu mengeluarkan dompetnya dan mengambil selembar foto yang ternyata foto kedua anakku. " Karena mereka dan karena janjiku pada Resangga dan juga karena hatiku yang kembali tertuju pada kamu"

Aku menatap cincin itu sedikit lama lalu mengambilnya kemudian menatap Muda. " Anak – anakku butuh kamu, aku mungkin juga butuh kamu, tapi bagaimana dengan ruang yang ada dalam hatiku saja masih terisi dengan suamiku, aku ngga mau kamu nanti bilang aku ngga adil dan aku hanya memanfaatkan kamu karena si kembar butuh kamu sebagai ayah mereka..."

" Semuanya ada proses, Bel. Aku bisa menunggu sampai batas waktu yang tidak ditentukan, aku sudah siap menerima semua resiko yang ada karena aku sudah mengambil keputusan untuk mendampingi kamu dan menerima kedua anak kamu dengan sepenuh hati, berapapun lamanya, I'm okay..."

Aku menghela nafas lalu mengangguk pelan, aku sudah memikirkan jawabanku untuk pria yang pernah menjadi bagian hidupku dulu dan sekarang menjadi bagian hidup kedua anakku. Mertua ku bilang aku tidak boleh egois, bagaimanapun disini bukan hanya tentang ku tapi juga tentang kebahagiaan dan masa depan anakku. Dan bahkan kedua orangtuaku menmgatakan bahwa jarang sekali pria seperti Muda yang mau menerima semua masa laluku dan kedua anakku. Kini aku bukan lagi seorang wanita biasa, aku adalah seorang ibu, dan kalau bukan Muda siapa lagi yang bersedia sepenuh hati menjaga anak – anakku dan mendampingiku sampai masa yang akan datang nanti.

" You sure? Aku ngga mau maksa kamu, aku ngga minta jawaban secepat ini, Bel. Kamu bisa pikirin dulu....take your time, biya..."

******

Suasana di meja makan sangat hening setelah Muda berkata bahwa pria itu akan menikahiku di depan kedua orangtuanya dan kedua adiknya. Aku hanya diam tak berani berkata apapun, disini aku sadar bahwa mungkin saja orangtua Muda keberatan karena putra mereka menikahi seorang janda yang memiliki dua anak sepertiku. Sebenarnya aku sudah menduga respon orangtua Muda akan seperti ini.

" Bang, ayah ngga pernah larang – larang kamu kan? It's okay kalau kamu mau menikahi Abela, lagipula kamu sudah dewasa dan bisa memilih yang baik dan tidak baiknya, tapi memangnya kamu siap menikah lagi? Ayah ngga mau dengar bang nanti kamu depresi lagi, dan jarang pulang lagi, nanti gelar kamu bukan Cuma suami, Bang. Tapi gelar kamu juga ganti jadi ayah, memang kamu siap bertanggung jawab untuk hidup kedua anaknya Abela? Pikirkan baik – baik, kalau kamu siap akan semua resikonya kamu bisa datang ke ayah dan kita siapkan segala hal nya untuk melamar Abela pada keluarganya"

Aku mendongak menatap Ayah Muda yang sudah beranjak dari kursinya dan berjalan menjauh dari meja makan setelah mengucapkan kata – kata yang tersirat restu di dalamnya, aku menghembuskan nafas lega karena tidak kusangka bahwa dengan mudahnya restu itu keluar dari ayah Muda.Namun aku masih diam saja karena ibu Muda yang bungkam dan hanya memandangiku lalu memandangi putra sulungnya. Sesaat kemudian wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu beranjak dari kursinya lalu menatap Muda kembali.

" Ibu selalu dukung kamu sejak dulu, termasuk saat kamu dulu membawa mantan istrimu masuk ke dalam rumah ini walaupun ibu tidak menyukai perempuan itu. Sekarang ibu Cuma minta sama kamu jangan mengulangi masa lalu, kalau sama Abel kamu bahagia, ya sok aja, ibu dukung kamu, tapi coba kamu selesaikan masalah kamu sama adikmu, jangan kamu pikir semua orang di rumah ini ngga tahu apa masalah kamu sama adikmu, setelah selesai baru kamu ngomong sama ayah untuk datang ke orangtua Abela" kata Ibu Muda lalu menatapku dan tersenyum padaku. " Lain kali bawa si kembar kesini ya sayang, nantikalau kamu ada waktu kita hangout ke Mall sambil cuci mata cantik aja, yaudah ibu ke kamar ya, kalian lanjut makan aja" lanjutnya lalu berlalu dari meja makan ke sebuah kamar yang terletak tidak jauh dari ruang makan.

Hijrah, Pernikahan dan Sebuah KepulanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang