Abela maryam, seorang wanita muda yang menjadi muallaf. Keputusannya menjadi muallaf membuatnya di buang dari keluarganya dan harus mencoba hidup baru di Jakarta. Dia menjadi muallaf awalnya untuk seorang pria yang pergi jauh untuk menempuh pendidik...
well, ini epilog ala ala gue, dan masih ada extra nya dan setelah itu gue akan fokus ke Menuai Patah hati lapaknya babang Sammy anaknya teteh abel sama Resa
" Nyatanya kemanapun aku pergi, kamu adalah tempat aku pulang..."
- Abiangga Bermuda -
" Karena cinta bukan hanya tentang kamu, tapi tentang Tuhan, kita dan masa depan..."
- Abela Maryam Wijaya -
**********
Ditempatku berdiri saat ini aku bisa melihat kerlap - kerlip lampu seluruh kota Bandung, tempat ini adalah tempat yang tidak pernah aku lupakan, di tempat ini banyak kenangan dan juga saksi bagaimana dulu aku bersama suamiku, Abiangga Bermuda. Di tempat ini aku dan Muda pertama kali mengerti bahwa teman bisa menjadi lebih dari teman, pertama kali juga kami mengerti bahwa perasaan suka bisa meningkat ke tingkat yang sangat jauh dan membuat kami bertahan hingga tahun - tahun berikutnya, namun di tempat ini juga kami sadar bahwa hubungan, hati dan cinta tidak cukup untuk menjadi pondasi dalam hubungan kami dulu. Cinta saja tidak bisa membuat kami bangun dari mimpi indah yang kami rajut bertahun - tahun, ya mimpi, hubungan yang dipisahkan oleh tembok besar keyakinan adalah mimpi, kenyataannya ketika kami terbangun dalam tidur lelap yang panjang, kami harus sadar bahwa apa yang kami jaga dan kami bangun harus kami akhiri. Cinta saja tidak cukup membuat sempurna segala hal, tempat ini menjadi saksi untuk pertama kalinya kami berjalan terpisah dan menuju arah yang berbeda dengan luka yang sama besarnya.
Bertahun - tahun, waktu demi waktu, aku selalu kembali, kembali dengan luka yang sama ke tempat yang sama. Namun tempat ini kembali membuatku sadar, bahwa ini bukan hanya tentang cinta, bukan lagi tentang terluka yang menyisakan ruang hampa. Kenangan demi kenangan seakan berputar, waktu yang berlalu seakan menggetarkan relung jiwa, dalam ingatanku saat itu, sangat jelas bagaimana senyuman seorang Abiangga Bermuda ketika aku menunggunya usai beribadah, aku teringat bagaimana sebagian helai rambutnya basah karena tetesan air wudhu yang belum kering. Dan aku teringat detik demi detik yang aku lalu hampir setiap hari di depan tempat yang sama hanya untuk menunggu seorang Abiangga Bermuda selesai menunaikan ibadahnya. Dan aku kembali pada satu detik yang paling istimewa, detik demi detik yang menenangkan, jauh lebih menenangkan dari aku melihat bagaimana seorang Abiangga Bermuda dengan bangga melantunkan ayat suci Al- Qur'an untuk nilai praktek saat kami sekolah dulu. Detik itu adalah ketika Adzan berkumandang, detik yang selalu menghangatkan jiwaku.
Saat itu, setelah mengunjungi bukit itu, aku pergi dengan terburu - buru, ke tempat biasanya aku menunggu Abiangga Bermuda beribadah. Dan ketika aku sampai, batinku bersorak, rasa hampa yang ada di dalam hati seketika terisi penuh, saat itu aku datang tepat saat Adzan Ashar berkumandang, sekali lagi, aku jatuh cinta pada hal lain selain Abiangga Bermuda.
Tahun berikutnya, aku kembali lagi ke tempat yang sama, untuk sekedar berkunjung, tidak lagi meratapi luka yang sama. Aku hanya ingin berterima kasih pada kenangan dan pada cinta seorang Abiangga Bermuda. Karena sejuta kenangan yang dia berikan menuntunku pada titik yang benar, di titik saat itu aku memutuskan untuk menjadi Abela Maryam Wijaya bukan Abela Maria Wijaya.
Kini, aku kembali lagi. Tapi aku kembali tidak sendiri. Kini dalam pelukan orang yang aku cintai, dan orang yang mengenalkanku dengan keindahan kota Bandung dari bukit ini. Kini aku tahu, jika cinta tidak cukup menyempurnakan segala hal, maka aku tidak akan berusaha sempurna karena kesempurnaan hanya milik-Nya bukan milik kami. Karena dengan cinta, aku bisa bahagia.
" Dingin?"
" Engga, Pa. Anak - anak ngga akan rewel kalo kita tinggal liburan gini kan?"
Dia tertawa kecil lalu mengeratkan pelukannya. " Buat apa ada abang kamu yang bisa diandalkan untuk jadi babysitter mereka? By the way Biya, aku lupa bilang sesuatu hari ini..."
" Apa tuh?"
Dia mengecup kecil keningku. " I love you, Biya..."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.