3. Once Upon a Time

42.6K 3.3K 80
                                    


Halooo. Adakah yang kangen aku?

Adakah yang masih menunggu kisah ini? Berhubung aku libur jadi aku melanjutkan cerita ini. Maaf karena gak menepati janji kalo di part sebelumnya ada 350 vote akan lanjut. Maafkan aku ya. Aku akhir-akhir ini kehilangan mood untuk menulis, mohon dimaklumi. Maafkan juga kalau ini benar-benar pendek.

Nah, selamat membaca :)

_________________________________________________________________________________________


Once upon a time,

when the sky was covered with blue.
Once upon a time,

when the sun was smiling too.

(Once upon a time-Mocca)

Masih pukul tujuh pagi, tetapi penghuni rumah Vanno sudah ribut luar biasa. Adiknya bahkan sudah berangkat satu jam yang lalu karena harus datang lebih awal—mengingat dia harus mendampingi calon pengantin. Lalu kedua orang tuanya, khususnya Mami tercinta tengah memberikan sederet perintah pada asisten rumah tangga mereka. Ya, hari ini adalah hari yang paling ingin Vanno hindari seumur hidup—pernikahan Nina.

Jika bisa, ingin rasanya Vanno melarikan diri, tapi Maminya pasti takkan membiarkan ini terjadi. Bahkan sejak semalam kamarnya sudah dikunci dari luar, pagi harinya baru dibukakan. Dan saat ini, dia sudah berada di dalam mobil menuju tempat akad nikah bersama dengan kedua orang tuanya.

Hotel tempat akad nikah dilangsungkan tampak lengang karena memang hanya keluarga dan teman dekat mempelai saja yang diundang. Akad nikah akan dilangsungkan sebentar lagi, namun hanya calon mempelai pria saja yang baru terlihat. Rencananya memang setelah akad dilangsungkan baru mempelai wanita disandingkan dengan mempelai pria. Namun, melihat pria itu, amarah Vanno yang semula mengendap menggelegak ke permukaan. Harusnya Vanno yang berada di sana, bukan lelaki itu.

Vanno berjalan mejauhi kursi khusus undangan. Menyandarkan tubuhnya di sudut ruangan. Mengamati gerak-gerik semua orang di dalam ruangan. Om Marco—Papa Karen dan Nina—telah siap di posisinya—siap menyerahkan putri kesayangannya pada lelaki itu.

"Saya terima nikah dan kawinnya Karenina Arnita binti Marco Maurer dengan mas kawin tersebut tunai!"

Vanno terkesiap mendengar ucapan lantang tersebut, ada hal aneh yang tertangkap indera pendengarannya—Karenina Arnita—bukan Karenina Arneta. Bukankah Nina yang seharusnya menikah? Lantas mengapa nama Karen yang disebut? Vanno langsung maju mencari sosok Nina. Dari sudut lain ruangan, mempelai wanita didampingi bridesmaids-nya melangkah anggun menuju tengah ruangan yang dijadikan tempat akad. Vanno memperhatikan satu persatu bridesmaids itu, ada Namira—sepupunya, Epin—adiknya, Kamillia—istri Zhafran, dan... Nina.

Mata Vanno melebar. Sempat tak percaya, tapi memang bukan Nina yang menikah. Seketika itu juga rasa sesak yang selama ini mendiami hatinya menghilang, digantikan dengan rasa lega yang luar biasa. Diturutinya langkah kaki yang ingin menuju pada Nina. Dibiarkannya dadanya penuh dengan tabuhan fanfare.

"Nina...." panggilnya lirih.

Mata indah itu bersiborok dengan dengan matanya. Banyak hal yang bisa dia tangkap lewat mata itu, perasaan kaget dan bahagia terlihat bergantian. Sudah setahun mereka tidak saling bertemu, tetapi hatinya masih sama. Sama seperti saat dia jatuh cinta pada Nina.

We're just common
people with an ordinary look
We're just common
people with an ordinary love

And once upon a time, when I fell in love with you

(Mocca-Once Upon a Time)


Jangan lupa tinggalkan komentar dan beri vote ya. Terima kasih.

Catch The BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang