Saya mau ngakak baca komentar-komentar di part sebelumnya. Ada yang udah PRO Nina, ada juga yang tetep benci Nina. Semoga setelah ini nggak makin benci, atau malah bertambah haha.
Selamat membaca :)
____________________________________________________________________
"Apa kabar yacth enam milyarmu?"
Damn! Shit!
Vanno langsung mengumpat begitu saja. Video call-nya sudah berakhir, diputuskan secara sepihak oleh Nina. Dipandanginya layar ponselnya yang gelap, sama persis dengan wajahnya yang sekarang dinaungi aura gelap.
Yacth enam milyar. Taruhannya dengan Zhafran waktu itu. Vanno bahkan sudah melupakan taruhan konyol mereka. Baik dia maupun Zhafran tidak pernah mengungkit soal yacht itu lagi. Taruhan itu tidak serius, hanya ucapan yang keluar asal dari dua lelaki yang hatinya sama-sama sedang sakit hati. Yacht itu bahkan masih milik Zhafran.
Vanno mengerang frustasi, jadi semua ini salahnya?
Dari awal dialah yang membuat kesalahan, benarkah begitu? Lalu bagaimana dengan rahasia Nina? Bukankah Nina juga memiliki kesalahan padanya?
Ah, shit! Lebih baik dia melupakan dulu rahasia Nina itu. Sekarang yang lebih penting adalah menjelaskan kesalahpahaman ini agar tidak berlarut-larut. Bagaimana pun juga, Vanno mencintai Nina. Setelah penantian panjangnya selama bertahun-tahun, tidak mungkin akan dibiarkannya Nina meninggalkannya hanya karena masalah sepele.
Sungguh, rasanya Vanno ingin berteriak sekencang-kencangnya, melampiaskan emosi yang menggelegak minta dikeluarkan. Tapi diurungkannya, mengingat dia sedang berada di rumah. Bisa-bisa nanti dia yang ganti diteriaki oleh Maminya.
***
Keluar dari rumah tadi, Vanno tidak langsung ke kantor, dia melajukan mobilnya ke rumah Nina. Dia berniat menjemput Nina seperti biasa. Namun sayang, hari masih pagi dan dia sudah harus menelan pil pahit. Nina tidak ada di rumah. Nina sudah meninggalkan Jakarta menuju Bandung bersama Karen sejak subuh.
Semalam, Vanno sengaja tidak menelpon balik tunangannya itu. Setelah Nina melemparkan ucapan tentang yacht enam milyar itu, Vanno tidak bisa berpikir jernih. Jadi dia menghindari menambah masalah dengan menelpon atau ke rumah Nina malam-malam.
Cit!!!
Seketika Vanno mengerem mendadak saat mobil yang dikendarainya hampir saja menabrak mobil di depannya. Di depan sana lampu merah dan Vanno tidak menyadarinya. Inilah akibat dari berkendara tanpa fokus pada keadaan sekitar. Untung saja, baru hampir menabrak, kalau tidak pasti Vanno akan semakin gila karena terlalu banyak pikiran.
Masih lima puluh detik lagi sebelum lampu hijau menyala.
Tunggu dulu... sepertinya dia teringat sesuatu. Taruhan itu... ah benar, taruhan itu dia dan Zhafran buat untuk menantang Zhafran agar bisa meluluhkan Kamillia. Taruhan itu bukan tentang Nina. Jadi kenapa Nina bisa marah? Dari mana juga Nina bisa tahu tentang taruhan itu?
Vanno positif gila sekarang!
Sebelum mobil kembali berjalan, Vanno memasang handsfree, tidak mungkin dia memegang ponsel saat berkendara begini. Begitu panggilan tersambung, Vanno langsung mengatakan maksudnya.
"Karen, kirimin alamat kalian di Bandung, sekarang!"
Vanno akan menuntaskan segalanya. Dia akan meminta penjelasan pada Nina sampai masalah ini benar-benar tuntas. Dia tidak mau terus-terusan mengalah pada keadaan. Vanno akan ke Bandung, menyusul Nina. Terjadilah yang mau terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catch The Bride
RomansaTujuh tahun aku membiarkan hatiku mencintainya tanpa kepastian. Tetapi baginya hanya butuh satu hari untuk membuat remuk hatiku. Tujuh tahunku tidak berarti lagi. Menghilanglah dari hidupku, Karenina. -Rivanno Alamsyah Dipa Auriga-