14. Stuck In The Moment

19K 1.6K 102
                                    

Hari pertama puasa ya, gimana? Lancarkah puasanya? Mohon maaf ya kalo aku banyak salah.

Btw, covernya baru lagi haha. Suka n

Selamat membaca :)

_________________________________________________________




Seorang perempuan muda di antara kegelapan malam bergerak gelisah. Ia berdiri di samping mobilnya sambil memperhatikan jalanan didepannya, menunggu kedatangan seseorang.

Entah sudah berapa kali dia merubah posisi berdirinya sejak pertama datang. Namun berdiri selama hampir satu jam, tentu saja membuat tungkainya terasa pegal, apalagi sepatu berhak tujuh senti yang dipakainya turut menambah kesempurnaan rasa sakit dikakinya.

"Mbak Nina, ayo masuk. Tunggu di dalam saja."

Lima kali, sudah lima kali lelaki yang berjaga di dekat gerbang itu menyuruh Nina masuk. Namun ia bergeming.

"Nanti saja, Pak." Masih dengan keras kepala, ia menolak masuk.

Nina melirik kembali jam di pergelangan tangan kirinya. Ia menghela napas lelah. Kalau bukan karena Tiffany atau Darel yang sempat bertengkar hebat di Bandung saat ia dan Karen akan pulang ke Jakarta, ia pasti sudah sampai sejak kemarin.

Tadi pagi sebenarnya Nina sudah akan menemui Vanno, tapi ada saja yang menghalangi. Rekan sesama pengajar ada yang sakit sehingga dia terpaksa menggantikan mengisi kelas piano.

Nina bukannya tidak berusaha menghubungi Vanno, sudah dilakukannya sejak masih di resort. Tetapi ponsel lelaki itu tidak aktif saat dihubungi. Mungkin sengaja dimatikan. Vanno menghindarinya. Nina tahu, setelah ini jalannya akan sangat sulit. Benar kata orang, karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Karena ketidakjujurannya sejak awal, nasib pertunangannya sekarang diambang ketidakpastian.

Penyesalan memang datangnya selalu belakangan.

TIN...TIN... Suara klakson mobil membuyarkan pikiran-pikirannya yang dipenuhi penyesalan. Di depan gerbang, kendaraan yang tadi membunyikan klakson berhenti. Satu persatu penumpang mobil turun. Semua itu tak luput dari perhatian Nina.

Nina mendesah kecewa saat orang yang dicarinya tak tampak diantara para penumpang itu. Saat dia datang tadi, satpam rumah itu mengatakan kalau seluruh anggota rumah sedang pergi. Dan saat mereka kembali, ada satu orang yang tidak ikut pulang.

"Loh Nina, kok nggak masuk?"

Nina mencium punggung tangan wanita yang menghampirinya. Ibu dari lelaki yang ditunggunya.

"Um, pengen disini aja, Tante." Bohong besar. Padahal dia sengaja tidak masuk supaya bisa langsung bertemu Vanno.

"Ya udah masuk yuk."

Nina mengangguk kemudian mengikuti pemilik rumah masuk ke dalam. Ingin rasanya dia bertanya tentang keberadaan Vanno, namun ditahannya.

Didepannya kini duduk dua perempuan cantik yang berbeda generasi. Kalau Tante Andien menatapnya seraya tersenyum ramah, perempuan muda disamping Tante Andien malah menatapnya dengan sorot mata yang sulit ia artikan sendiri. Ada kecewa, juga marah, perpaduan yang membuat Nina merasa tidak nyaman.

"Nina kesini karena sebel sama Abang ya? Tante juga. Masa Abang pergi tapi bilang sama Tante baru tadi. Sengaja banget tuh Abang bilangnya pas mau pergi biar Tante nggak sempet cari cara biar Abang tetep disini. Tante sebel banget jadinya."

Pergi? Jadi Vanno pergi?

"Eh, Nina tau 'kan kalo Abang ke Jerman?"

Jerman? Jadi Vanno ke Jerman? Nina mengangguk dengan canggung. Tidak! Dia tidak tahu. Vanno pergi tanpa berkata apa-apa padanya. Jadi Vanno memutuskan pergi darinya? Lalu bagaimana dengan dirinya? Tidakkah cukup bagi lelaki itu untuk tetap bertahan dengan adanya dia disini?

Catch The BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang