Udah sahur?
Selamat membaca :)
______________________________________________
"Hai."
Begitu membuka pintu apartemen, Vanno disuguhi seraut wajah cantik dan seulas senyuman manis. Kalau dia tidak salah, kemarin Akhtar sempat menyebut nama gadis yang berdiri didepannya sekarang, Vanya. Tingkah gadis itu sedikit canggung kala bertemu pandang dengannya. Mungkin malu karena kejadian di lift waktu itu. Akhtar bilang mereka akan bertemu lagi, namun Vanno tidak menyangka jika secepat ini.
"Cari Akhtar 'kan? Masuklah," ajaknya kemudian berbalik ke dalam. Tentu saja mencari Akhtar, masa mencarinya. Bertemu saja baru kemarin. Setelah memastikan gadis itu duduk, Vanno menghilang ke kamar Akhtar. Tak sampai lima menit, Vanno keluar bersama Akhtar yang sudah sangat rapi penampilannya.
"Hai Vanya. Udah siap ya?" tanya Akhtar yang kemudian duduk di dekat Vanya. Gadis itu hanya mengangguk.
Sekarang pukul sepuluh pagi waktu setempat. Dari penampilan mereka berdua, Vanno bisa menebak kalau keduanya akan pergi.
"Vanya, kenalan dulu gih sama temenku. Kan kemarin kamu nanyain orangnya. Nih udah ada di depan kamu."
"Kakak ih, buka kartu. Nggak asyik!" omel Vanya pada Akhtar. Wajah Vanya kini bersemu merah.
Vanno mengulurkan tangannya pada Vanya lalu mengajaknya berkenalan. Gadis itu terlihat salah tingkah saat menjabat tangannya. Benar-benar sesuatu yang lucu di mata Vanno.
"Ikut yuk, kami mau jalan-jalan," ajak Akhtar pada Vanno. Vanno berpikir sejenak kemudian mengangguk, menerima ajakan itu. Dia memang butuh jalan-jalan supaya stresnya berkurang. Tak butuh waktu lama, mereka bertiga sudah meninggalkan apartemen.
*
Vanno tidak habis pikir dengan jalan pikiran Akhtar. Tadi mereka pergi bertiga, namun saat sampai di tempat tujuan, Akhtar menghilang bersama dengan seorang wanita yang dia temui disana. Akhtar melenggang pergi setelah mengucapkan "selamat bersenang-senang," padanya dan Vanya. Kini tinggallah dia dan Vanya yang kebingungan mau melakukan apa.
"Nah, karena kita sudah disini, bagaimana kalau kita melihat pemandangan dari atas tower?"
Vanno menghembuskan napas lega saat mendengar usulan Vanya. Selain karena dia pertama kali ke Main Tower atau menara utama Frankfurt, dia juga tidak tahu ada apa saja di dalam sana.
"Oke."
Vanya berjalan didepannya sehingga Vanno hanya mengekori langkah gadis itu. Sambil berjalan, Vanya menjelaskan kalau Main Tower adalah salah satu menara tertinggi di Frankfurt. Dan dari ketinggian menara 200 meter, mereka bisa menikmati panorama kota Frankfurt.
Setelah membayar tiket masuk, mereka berdua masih harus melewati pemeriksaan yang lebih ketat dibandingkan pemeriksaan di bandara. Lolos dari pemeriksaan, barulah mereka menaiki lift.
Mereka berdua berhenti di lantai 54. Banyak orang yang juga datang untuk menikmati pemandangan rupanya. Benar yang dikatakan Vanya, seluruh Frankfurt terlihat dari atas tower yang mulai dibuka untuk umum pada tahun 2000 itu, bahkan pemandangannya sangat indah meski pagi hari.
"Kakak liat di bawah sana?"
Vanno mengangguk, namun tetap memutuskan untuk diam. Membiarkan Vanya mengutarakan apa yang akan dibaginya pada Vanno. Vanya ini tipe gadis yang cepat akrab dengan orang lain. Bahkan dia sudah tidak canggung lagi dengan Vanno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catch The Bride
RomanceTujuh tahun aku membiarkan hatiku mencintainya tanpa kepastian. Tetapi baginya hanya butuh satu hari untuk membuat remuk hatiku. Tujuh tahunku tidak berarti lagi. Menghilanglah dari hidupku, Karenina. -Rivanno Alamsyah Dipa Auriga-