24. Eternal Love

41.8K 1.8K 184
                                    


"Saya terima nikah dan kawinnya Karenina Arneta binti Marco Maurer dengan mas kawin tersebut tunai."

"Bagaimana saksi. Sah?"

"SAH."

Gugup yang melanda Vanno berganti dengan lega setelah kalimat sakral itu lepas dari bibirnya. Tanpa bisa dia cegah, air mata lolos dari sudut matanya, membasahi pipi. Rasa haru memenuhi perasaannya. Statusnya mulai saat ini berubah. Ada orang lain yang jadi tanggungannya sekarang. Gadis yang baru saja ia kecup dahinya dengan sayang. Gadis yang statusnya berubah menjadi istri. Pendamping hidupnya sampai mati.

Tiga bulan dia mempersiapkan pernikahan ini dengan Nina. Untunglah tantenya memiliki wedding organizer sehingga Vanno dan Nina tidak mengalami banyak kesulitan. Maminya pun jadi orang yang paling sibuk mengatur pernikahan ini. Vanno dan Nina malah hanya mengurus baju yang akan dikenakan untuk pernikahan saja.

Di sebelah Vanno, kini seorang lelaki tengah menjabat tangan Papinya. Mengambil alih tanggung jawab atas adiknya. Lelaki itu terlihat gugup, sama seperti Vanno tadi. Helaan napasnya berat.

"Saya terima nikah dan kawinnya Revvina Celovia Sitta Auriga binti Zaroca Garandra Auriga dengan mas kawin tersebut tunai."

"Bagaimana saksi. Sah?"

"SAH."

"ALHAMDULILLAH."

Vanno tersenyum lebar. Tidak hanya dirinya yang hari ini menikah, tetapi adiknya juga. Dia dan saudara kembarnya menikah bersamaan. Hari ini, dua anak keluarga Auriga berubah statusnya. Vanno menjadi suami, dan Epin, adikknya menjadi seorang istri. Mereka berdua memiliki pasangan hidup masing-masing sekarang.

Vanno tersenyum begitu disandingkan dengan Nina di pelaminan. Istrinya tampil mengagumkan dalam balutan gaun putih bertabur ribuan swarovski. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai begitu saja di pundak, tiara di atas kepalanya menambah aura kecantikan yang memang sudah tampak nyata.

Di atas pelaminan ini, tidak hanya Vanno dan Nina saja yang tengah berdiri menerima ucapan selamat dari para tamu, tetapi Epin dan suaminya juga. Gaun yang Epin kenakan hampir sama dengan Nina, tatanan rambut mereka pun serupa. Yang membedakan hanyalah ekspresi kedua pengantin wanita itu. Nina tersenyum manis, sedang senyum adiknya terkesan dipaksakan. Namun Vanno yakin, lambat laun adiknya pasti bisa menerima suaminya. Lelaki yang jadi adik iparnya sekarang, Vanno percaya mampu meluluhkan adiknya.

"Capek, Sayang?"

Nina menggeleng pelan. Kakinya memang pegal karena memakai sepatu berhak tinggi. Namun karena peristiwa ini hanya sekali seumur hidup, Nina tidak memutuskan tidak mengeluh.

Dia masih tidak percaya kalau kini dia sudah menjadi seorang istri dari lelaki yang sudah mencintai selama hampir sembilan tahun. Lelaki yang tanpa putus asa tetap memperjuangkan dirinya.

"Selamat.... Selamat. Akhirnya kalian berdua nikah juga. Sembilan tahun mengejar Nina, akhirnya berdiri di pelaminan yang sama. Untung sama-sama jadi pengantin, bukan salah satu jadi tamu."

Vanno tergelak, begitu juga Nina yang berada di sampingnya. Di pelaminan kini, ada sahabatnya—Radit—dan Vanya. Mereka datang bersama. Sebenarnya Vanno bingung, kenapa Radit bisa mengenal Vanya, namun melihat gelagat keduanya yang terlihat mesra, Vanno hanya bisa turut gembira. Radit sepertinya sudah menemukan pelabuhan untuk hatinya.

"Kak Vanno, Kak Nina, selamat ya. Semoga bahagia selalu."

Setelah Radit, kini Vanya yang mengucapkan selamat. Vanya sudah terlihat biasa saja saat bertatapan dengannya tadi, bahkan sekarang dia tersenyum pada Vanno dan Nina. Sepertinya Vanya sudah sudah melupakan kejadian waktu itu.

"Dia udah move on dari kamu kayaknya," ucap Nina saat Radit dan Vanya turun dari pelaminan.

"Sepertinya. Semoga Radit memang serius sama Vanya."

Vanno memang menceritakan tentang Vanya yang menyukainya pada Nina. Dia tidak ingin menutupi apapun dari Nina. Gadis yang berstatus sebagai istrinya itu memang sempat marah, namun setelah mendengar penjelasan Vanno, Nina kembali tenang. Mereka berdua sudah belajar dari pengalaman. Jika ada masalah harus langsung diselesaikan.

"Selamat, bro. Akhirnya kalian berdua tidak memutuskan tidak jadi orang bodoh seperti cacing di cerita Vanya."

"AUW."

Vanno dan Nina tertawa melihat Akhtar yang baru saja dicubit oleh Nania. Well, sepertinya hubungan Akhtar dan Nania mengalami peningkatan, meski Vanno tahu jalan keduanya untuk bersama akan sulit. Baru-baru ini, Vanno tahu kalau Akhtar dan Vanya bersaudara. Ayah mereka sepupu. Lalu Nania, ternyata Kakak tiri Vanya. Nania dan Vanya seibu. Hubungan Akhtar dan Nania tentu saja rumit.

"Selamat ya Mbak Nina, Pak Vanno. Semoga langgeng sampai akhir."

"Terima kasih ya."

Setelah Akhtar dan Nania, kini ada mantan rival Vanno—Darel. Lelaki itu datang bersama Tiffany. Sudah tidak ada raut wajah permusuhan yang pernah ditampakkan lelaki pada Vanno. Bahkan lelaki itu dengan tulus mendoakan kebahagian Vanno dan Nina.

Tamu undangan berikutnya, Zhafran dan sang istri, Kamillia.

"Vanno, Nina, selamat ya. Semoga cepat punya momongan."

"Terima kasih, Mbak Milli. Semoga dedeknya sehat terus ya." Nina mengusap lembut perut Kamillia yang sudah lebih besar dari yang terakhir kali ia lihat saat di kantor Zhafran dulu.

"Selamat."

Vanno mendengus. Lelaki yang berdiri di hadapannya sekarang mengucapkan selamat dengan wajah datar. Hanya ucapan selamat saja tanpa doa apapun. Benar-benar lelaki dingin. Mungkin dia masih marah karena Vanno saat itu turut andil dalam membuat istri Zhafran marah.

"Ayo Milli, turun. Kamu sudah terlalu lama berdiri."

Vanno kini melihat Zhafran membimbing Kamillia turun dari pelaminan. Pasangan suami istri itu sudah berbaikan. Dan sebentar lagi, pasangan itu akan punya anak.

Vanno menatap Nina lekat-lekat. Butuh waktu sembilan tahun bagi Vanno untuk bisa berdiri di samping istrinya itu. Bisa menggenggam tangannya dengan erat. Dan hari ini, mereka disatukan dalam pernikahan yang membahagiakan.

***


Well, akhirnya cerita ini saya nyatakan tamat. The End. Selesai.

Nanti habis lebaran baru lanjutin Abang Zhafran dan adeknya Vanno--Revvina.

Ditulis pertama kali tahun 2014 dan selesai tahun 2016. Rekor banget nyelesein cerita sampe selama itu. Tapi, aku bersyukur akhirnya selesai juga. Tebar THR untuk semuanya. Wkwkwkk.

Terima kasih ya, untuk kalian semua yang sudah membaca cerita ini dari pertama sampe tamat. Aku sungguh bahagia. Apalagi kalau ada yang komentar dan ngasih vote, aku terharu.

Masih ada epilog, hari ini juga aku posting, tapi kalo yang komentar banyak wkwkwkkw.

Sekali lagi, terima kasih semuanya. I LOVE U. Jangan bosan membaca ceritaku ya hehe.


PS: Kalo ini diterbitkan, ada yang mau beli nggak? WKWKWK. Kali aja bisa nyusul emak bapaknya nangkring di rak toko buku hahaha.


Catch The BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang