Maybe I did'nt realized it sooner
From the first time I heard your voice,
From the first time I saw you, you had me
My heart is always yours, My Dear J
(Rayyan)
Gadis itu bisa merasakan jantungnya berdetak kencang. Terlalu kencang.
Sebentar lagi ia akan bertemu dengan pria yang selama ini hanya ia kenal lewat suaranya dan cerita-cerita yang sebenarnya hanya kebohongan belaka. Namun, ia tidak bisa menahan perasaannya saat ini yang sangat menginginkan bertemu dengan pria itu. Meski pria itu pasti tidak akan mengenalinya.
Tangannya berkeringat, memikirkan kemungkinan jika pria yang akan ia temui sebentar lagi mungkin akan mengenali suaranya. Apalagi mereka akan berbincang cukup lama, mengingat tugas gadis itu sebentar lagi adalah mewawancarai sang pria yang merupakan publik figur. Sejenak gadis itu tertegun, untuk apa ia takut? Ia tidak memiliki kesalahan apapun, ia tidak pernah berbohong, tidak seperti pria itu yang sejak awal membohonginya.
"Mba Senja, silahkan masuk," kata seorang wanita yang menghampirinya di ruang tunggu.
Kecuali namanya. Pria itu tidak tahu nama aslinya.
Jingga menarik napas pelan. Lalu bangkit dari duduknya dan memasang senyumnya kepada wanita yang merupakan asisten pria itu. Keduanya lalu masuk ke dalam ruangan sang produser musik terkenal.
"Selamat Siang, Pak Ryan," sapa Jingga pada pria yang duduk di belakang meja kerja itu. Pria itu terlihat sedang mencatat sesuatu di kertas di atas mejanya.
Rayyan, pria itu, terlihat sedikit terkejut dengan sapaannya. Ia mendongak dan menatap Jingga yang tersenyum ragu menatapnya. Jantung gadis itu berdegup kencang, antara merasa senang karena pada akhirnya bisa melihat pria itu secara langsung, sekaligus merasa takut jika pria itu mengenalinya. Pria itu menatapnya cukup lama, membuat Jingga khawatir akan ketahuan.
"Saya Senja, dari Indonesian Daily, yang ditugaskan menginterview Anda," kata Jingga lagi, berharap pria itu menghilangkan kecurigaannya.
Rayyan mengernyit sedikit, kemudian tersenyum. Pria itu berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan menghampiri Jingga dan mengulurkan tangannya.
"Halo. Panggil saja saya Ryan. Maaf kamu harus menunggu saya cukup lama," katanya ramah.
Kemudian pria itu mempersilahkan Jingga untuk duduk di sofa, sedangkan pria itu duduk di sofa di hadapannya.
"Mau minum apa? Tea, coffee, orange juice?"
"Orange juice boleh Mas,"
Rayyan tersenyum lalu menyuruh asistennya membawakan minum yang dipesan Jingga.
"Jangan panggil saya 'Mas'. Kamu tahu kan saya orang Sumatera? Saya tidak terbiasa dengan panggilan itu,"
"Ah iya, Pak,"jawab Jingga ragu-ragu.
"Panggil Ryan saja. Sepertinya umur kita tidak jauh berbeda. Berapa umur kamu?"
"Saya 26 tahun. Kalau begitu, saya panggil Ryan aja?"
"Ryan. Tidak ada 'aja' di belakangnya," ucap pria itu bercanda membuat Jingga mau tidak mau tersenyum kecil.
Sebenarnya Jingga mati-matian menahan rasa gugupnya. Sulit untuk dirinya bersikap biasa-biasa saja sementara pria yang ada di hadapannya ini adalah orang yang ingin sekali dihindarinya.
"Jadi berapa lama yang kamu butuhkan untuk wawancara saya?"tanya Rayyan.
"Apa hari ini kamu sibuk?"
"Cukup sibuk. Mungkin saya cuma bisa ngobrol sama kamu sejam ke depan. Setelahnya saya masih ada kerjaan. Ini bukan untuk terbit besok kan?"
"Bukan sih,"
"Jadi bagaimana kalau besok kita bertemu lagi?"
Jingga mengumpat dalam hati. Bertemu saat ini saja sudah membuatnya merasa tidak nyaman, bagaimana mungkin besok ia harus bertemu lagi dengan pria ini?
Rayyan kemudian kembali ke meja kerjanya dan mengambil satu lembar kartu nama di kotak kartu nama.
"Ini kartu nama saya. Bisa saya minta kontak kamu juga?"
Jingga mengeluh dalam hati. Tidak bisa dihindari, ia harus bertemu lagi dengan pria itu. Ia membuka tasnya yang berwarna jingga tua lalu mengambil selembar kartu nama dari dompet berwarna senada dengan tasnya.
Jingga sama sekali tidak sadar saat Rayyan terus menerus memperhatikan gerak geriknya saat itu. Gadis itu kemudian memberikan kartu namanya pada Rayyan.
Rayyan membaca kartu nama itu kemudian tersenyum. "Melody Senja. It's beautiful name. Suits you well," ucapnya.
"Thanks," jawab Jingga singkat, merasa tidak nyaman karena ia mulai semakin menikmati obrolan ringan secara langsung dengan pria ini. "Bisa kita mulai interview nya?"
=====
Rayyan tidak bisa berhenti memandang wanita di hadapannya ini. Sejak awal gadis ini masuk ke ruangannya, ia terpana. Gadis ini terlihat begitu cantik dalam kesederhanaan. Dengan celana jeans biru dongker dan kemeja berwarna peach yang ditutupi jaket parka berwarna navy blue, lalu rambut panjang yang diikat ekor kuda.
Penampilannya seperti jurnalis pada umumnya, semi formal dan cenderung sedikit berantakan, terlihat dari rambutnya yang sudah tidak terikat rapi. Mungkin pergi menuju kantor Rayyan dengan naik ojek atau kendaraan umum lainnya, atau sebelumnya sudah liputan kesana kemari.
Saat itu Rayyan berpikir, apa wanita ini adalah Jingga-nya? Gadis yang hanya ia kenal lewat chatting dan telpon.
Kemudian gadis itu memperkenalkan diri, dengan suara yang familiar, namun nama yang berbeda. Rayyan mengernyit. Jika namanya berbeda, berarti mereka memang orang yang berbeda. Sedangkan suara itu...
Sejujurnya Rayyan tidak ingat jelas bagaimana suara gadis itu. Berbulan-bulan ia tidak mendengarnya, Rayyan tidak yakin lagi ia dapat mengingat dengan baik suara gadis itu. Sejujurnya ia merasa marah karena gadis itu menghilang tiba-tiba.
Tapi ia juga merasa khawatir, jangan-jangan terjadi sesuatu dengan gadis itu? Atau memang sejak awal dirinya hanya sebuah mainan? Lagipula dirinya hanya seseorang yang tidak berarti di dunia maya.
Tujuannya sejak awal, menjadi orang lain di dunia maya agar menemukan gadis yang menyukai dirinya apa adanya. Tapi tidak pernah terpikirkan oleh Rayyan sebelumnya jika ia bisa ditinggalkan begitu saja. Menyedihkan.
Namun, senyuman gadis yang saat ini ada di hadapannya, kenapa semakin membuatnya membayangkan senyum seseorang yang tidak pernah dilihatnya? Kenapa ia semakin tertarik kepada gadis ini. Apa ia jatuh cinta pada pandangan pertama?
Rayyan memutuskan untuk bertemu lagi dengan wanita ini. Apapun yang terjadi.
"Jadi bagaimana kalau besok kita bertemu lagi?"
Ia harus memastikan, perasaannya ini sebenarnya apa?
A/N: Buat yg penasaran kisah cinta Ryan. Ini dia! *tebar confetti* *tiup terompet* hahaha~
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear J
RomanceRayyan B. Harsandi Tahun ini Rayyan menginjak usia 30 tahun, dan ia merasa biasa saja dengan angka 3 di depan itu. Karena ia bahagia. Ya, bahagia! Menjadi pemusik dan produser musik yang sukses di usia yang terbilang cukup muda itu. Ray...