9 Missing you

19.7K 2.2K 111
                                    


Suara tawa kembali pecah untuk ke sekian kalinya dalam bioskop itu. Tingkah laku salah satu tokoh dalam film selalu mengundang tawa dan menjadi daya tarik untuk Jingga. Ia mencatat poin tersebut dalam pikirannya sembari mengunyah popcorn.

Film komedi itu berhasil membuat penonton tertawa sepanjang satu setengah jam. Jingga merasa perasaannya sedikit ringan setelah menonton premier film itu. Gadis itu sudah bisa membayangkan akan sebagus apa film itu diulasnya di artikel.

"Abis ini kamu mau kemana Ga?"

Cita, rekan Jingga dari media lain, bertanya. Setelah menonton premier film komedi di bioskop mall Kota Kasablanka, mereka memang tidak ada agenda liputan lainnya.

"Nggak ada kemana-mana lagi. Ngetik di Starbuck yuk?"kata Jingga. Lalu keduanya pergi menuju kedai kopi tersebut.

Sudah tiga bulan ini gadis itu dialihtugaskan meliput desk hiburan dan gaya hidup. Desk liputan incaran semua reporter di media tempatnya bekerja. Bahkan mungkin menjadi incaran reporter di media manapun. Karena tugas di desk liputan tersebut memang sangat menyenangkan.

Mewawancarai orang-orang terkenal seperti artis dan musisi secara langsung, meliput peluncuran album, dan yang lebih menyenangkannya lagi dapat menonton premier film, konser, dan fashion show secara gratis. Namun yang paling penting: yang ditulis pun tidak sulit seperti berita ekonomi.

Jingga sangat menikmati tugas barunya saat ini. Apalagi setelah selama bertahun-tahun ia menulis berita ekonomi yang membuatnya sering sakit kepala itu. Walaupun ia berada di desk ini hanya sampai enam bulan, karena setelahnya ia akan dipromosikan menjadi reporter di Istana Negara mulai awal tahun depan.

Jingga dan Cita kemudian berbincang heboh mengenai film yang tadi mereka tonton. Langkah Jingga kemudian berhenti ketika melihat layar videotron di tengah-tengah mal yang menampilkan wajah seseorang yang berusaha ia lupakan sejak beberapa bulan lalu.

"Pas adegan itu dia lucu banget ya, Ga!"ucap Cita bersemangat, kemudian ia berhenti berjalan ketika menyadari Jingga sudah tidak ada di sebelahnya. Ia menoleh ke belakang dan melihat Jingga terpaku ke layar monitor di atas.

"Orion keren ya!"ucap Cita gembira saat menghampiri Jingga. Jingga menoleh dan tidak berniat sama sekali menanggapi pujian Cita.

"Nanti dua hari lagi launching album baru mereka. Dari Indonesian Daily kamu yang liput kan?"

"Belum tahu,"jawab Jingga. Gadis itu berharap kalau bukan dirinya yang akan meliput peluncuran album baru Orion. Selain dia, ada tiga orang reporter lagi di desk hiburan dan gaya hidup media Indonesian Daily.

Selama lima bulan ini Jingga sudah berusaha melupakan Rayyan, atau Ryan Orion. Setelah mengetahui identitas pria itu yang sebenarnya, Jingga membuang kartu nomor ponselnya dan menon aktifkan akunnya di situs dating online. Gadis itu berniat menghilang selamanya dari hidup pria yang telah membohonginya itu.

Tiga bulan ini ia beruntung karena tidak diberi tugas untuk meliput kegiatan Orion. Selanjutnya ia berharap keberuntungannya akan terus datang.

***

"Jingga, tadi Kang Rahmat tanya, lo udah email semua persyaratan untuk ID istana?"tanya Alfi, redaktur di desk hiburan dan gaya hidup.

Saat ini mereka sedang ada rapat bulanan desk mereka. Rapat yang sebenarnya hanya untuk ngobrol-ngobrol ringan dan makan gratis karena dibayar oleh anggaran redaksi.

"Udah. Tadi sebelum kesini ketemu Kang Rahmat, udah bilang dia juga,"jawab Jingga.

Kang Rahmat adalah Kepala Newsroom di media tempat Jingga bekerja. Dia lah yang berhak memutuskan desk liputan para reporter. Keputusan Kang Rahmat berdasarkan masukan dari redaktur dan koordinator liputan tiap desk yang dibawahinya di Newsroom yang melakukan penilaian terhadap kinerja para reporter.

Dear JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang