Auf der Romantische Straße 3

11K 1.4K 177
                                    

"Nando, bagaimana cara untuk telpon ke Indonesia?"tanya Rycca saat mereka makan siang di kafe.

"Kamu mau telpon pake hp saya? Pake Whatsapp call bisa,"kata Nando.

"Pake hp punyaku bisa? Pulsanya gimana?"tanya Rycca saat menyodorkan ponselnya.

"Disini ada Wifi, jadi kamu bisa telpon dengan whatsapp call, nggak kena pulsa,"kata Nando saat mencoba menyambungkan sinyal Wifi di ponsel Rycca. Ia kemudian mencari aplikasi Whatsapp untuk mengubah nomor tujuan Indonesia, namun ia tidak menemukannya.

"Hape kamu nggak ada whatsapp ya?"

Rycca menggeleng. "Saya nggak pernah pake whatsapp,"

Nando menatap Rycca heran. Gadis ini sebenarnya lahir dimana sih, tidak pernah pakai aplikasi itu?

"Saya lebih suka langsung telpon orang, daripada harus repot-repot ngetik kalimat,"jelas Rycca.

Penjelasan masuk akal tapi tetap sedikit aneh menurut Nando. "Kamu kebanyakan pulsa ya,"ucapnya terkekeh. "Nomornya berapa? Biar telpon pake hp saya aja,"

Rycca menyebutkan nomor yang sangat dihapalnya itu. Kemudian setelah menyimpannya dengan kode negara Indonesia, Nando menghubungi nomor itu dan memberikannya pada Rycca. Tidak berapa lama telpon tersambung dan Rycca dengan gembira beranjak dari situ untuk mengobrol di sudut kafe.

"Bang Al!"

"Heh, anak kecil! Bisa-bisanya baru telpon sekarang!"

Seruan Altan yang keras membuat Rycca menjauhkan ponsel dari telinganya. Kemudian ia kembali mendekatkan ponsel itu ke telinganya.

"Maafin Ayca, Bang. Lupa,"

Altan masih terdengar menggerutu disana. "Ini nomor siapa?"

"Nomor Nando, temennya Kak Jingga yang jadi tour guide. Aku kan nggak punya whatsapp,"

"Bang Al kan udah bilang, download Whatsapp atau Skype,"omel Altan.

"Iya, maaf. Kan yang penting udah ngabarin,"ucap Rycca terkekeh. Altan memang bosnya, tapi mereka sudah mengenal bertahun-tahun sejak Rycca kecil, dan pria itu sudah seperti kakaknya sendiri. Makanya wajar kalau Altan terlalu mencemaskannya.

"Gimana disana? Dapet foto yang bagus kan?"

"Bagus kok. Bagus banget,"

"Kalo nggak bagus, inget ya, potong gaji,"

Rycca mencibir sebal. Kemudian dari jauh ia melihat Nando yang masih duduk di tempat mereka tadi. Pria itu tersenyum padanya.

"Bang Al percaya takdir?"

"Hah? Kamu ngomongin apa sih?"

Rycca tidak menjawab. Karena matanya terus melihat senyum Nando. Senyum yang sejak awal sudah langsung disukainya.
***

Perjalanan hari itu berakhir di Nördlingen. Kota yang dari atas berbentuk lingkaran ini, konon merupakan bentukan dari jatuhnya meteor. Di kepundan meteor yang mirip dengan kepundan bulan itulah, NASA Amerika Serikat pernah melatih para astronaut nya sebelum mengemban misi luar angkasa Apollo 14.

Nando mengajak Rycca berkunjung ke museum Rieskrater untuk melihat-lihat benda-benda yang berkaitan dengan Apollo 14, serta sisa-sisa meteor yang pada jaman lampau ditemukan disana.

"Museum tadi pasti membosankan,"kata Nando saat mereka pulang dari makan malam di kedai setempat.

Rycca meringis. "Maaf. Tapi aku lebih suka landscape view,"

"Hahaha... Saya yang harus minta maaf. Harusnya saya nggak ngajak kamu kesana seperti turis pada umumnya. Yang kamu butuhkan adalah pemandangan indah kan,"

Dear JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang