Jingga mengalihkan pandangannya dari tatapan tajam Rayyan. Ia sama sekali tidak mengerti kenapa musisi yang satu ini menjadi bersikap aneh padanya. Ah, bukan, ralat. Sejak awal baginya Rayyan memang sedikit aneh. Sesi wawancara yang bertele-tele, sikapnya yang terlalu ramah, lalu tiba-tiba menawarkan makan bersama atas selesainya kerjasama mereka yang berujung dengan ingin menjadi teman dekat.
Aneh! Benar-benar aneh!
Selama beberapa bulan ia berada di desk liputan ini hanya Rayyan selebritis yang bersikap sok akrab. Padahal dalam pekerjaan mereka, profesionalitas benar-benar harus dijaga. Mana mungkin tiba-tiba Jingga mau begitu saja diajak kencan oleh selebritis yang diwawancaranya kan?
He said that he's crazy over me? Memangnya apa yang sudah kulakukan? Dasar playboy! umpat Jingga dalam hati.
"Kamu mengatakannya dengan sangat kencang, Senja,"ucap Rayyan cemberut. "Jadi kamu nggak mau berkencan dengan saya karena saya playboy, gitu?"
Jingga menundukkan kepalanya malu. Sama sekali tidak sadar bahwa ia mengucapkan perkataan itu dengan kencang. Ini karena ia sangat kesal. Kenapa pria ini tiba-tiba muncul dan menahannya untuk pulang cepat sih!
Gadis itu kemudian berdeham pelan. "Itu sih sebagian kecil alasannya. Alasan paling penting ya karena saya hanya menjalin hubungan profesional dengan semua narasumber saya,"ucapnya beralasan.
"Bahkan walaupun seseorang menawarkan pertemanan pada kamu? Kamu menolak itikad baik seseorang. Pekerjaan kamu kan mengharuskan kamu untuk menjaga hubungan baik dengan relasi kamu. But you are judging me as a player. How do you know that? Infotainment? Eventhough you do know that they're always exaggerate. As a journalist you shouldn't jump to conclusions and confirm it to me. Cover both sides, right? Are you sure you're a journalist?"Rayyan mengucapkannya dengan perlahan berjalan maju ke arah Jingga yang semakin memundurkan langkahnya.
"Hei! Kenapa kamu semakin memojokkan saya!"seru Jingga kesal karena kata-kata menohok Rayyan dan sikapnya yang semakin ngotot. Gadis itu semakin mundur lebih jauh.
Tiba-tiba Rayyan menarik tubuh Jingga karena gadis itu kini semakin dekat dengan jalan raya. Suara klakson dari mobil yang lewat mengagetkan Jingga dan ia lebih terkejut saat merasakan lengan Rayyan kini berada di pinggangnya.
"Ngapain jadi terus mundur gitu sih! Saya kan nggak pengen makan kamu,"gerutu Rayyan. Cepat-cepat Jingga melepaskan lengan pria itu dari pinggangnya.
"Sorry,"ucap Rayyan. Tapi Jingga bisa melihat mata pria itu sama sekali tidak menunjukkan penyesalan dan lebih terlihat kesal. "Karena seorang playboy seperti saya udah ganggu waktu berharga kamu,"
Pria itu kemudian berbalik pergi ke arah cafe. Ucapan Rayyan dan tatapan matanya yang terlihat sangat kesal dan kecewa itu membuat Jingga merasa tersindir. Rayyan menyebutkan dirinya terlalu cepat mengambil kesimpulan dari pemberitaan media gosip dan mempertanyakan sikapnya sebagai seorang jurnalis yang tidak cover both sides dengan konfirmasi langsung kepadanya. Dalam menulis sebuah berita, seorang jurnalis memang diharuskan mengambil kesimpulan setelah mendapatkan sumber dari kedua belah pihak, pihak pro dan kontra atau disebut cover both sides. Bahkan kalau memang perlu, komentar dari pihak ketiga atau pengamat juga dapat dicantumkan.
Perkataan pria itu tidak hanya membuat jurnalis itu tersindir, tapi egonya pun merasa tercubit. Dia bukanlah seorang jurnalis yang seperti itu, dan ia merasa harus menjelaskannya juga meminta maaf. Gadis itu kemudian menghampiri Rayyan dan berkata dengan cepat dan gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear J
RomanceRayyan B. Harsandi Tahun ini Rayyan menginjak usia 30 tahun, dan ia merasa biasa saja dengan angka 3 di depan itu. Karena ia bahagia. Ya, bahagia! Menjadi pemusik dan produser musik yang sukses di usia yang terbilang cukup muda itu. Ray...