Rayje SS: Lebkuchen

9.4K 1.1K 81
                                    

"Je, bikinin Lebkuchen,"

Jingga mengangkat alis, menatap Rayyan heran. Kenapa tiba-tiba suaminya itu mau makan kue jahe? Setelah makan berbagai macam makanan yang saking banyaknya tapi entah bagaimana tetap bisa masuk ke lambung manusia.

"Ray, kamu sadar nggak sih kalo kamu sekarang udah mulai menggendut? Kamu mau nyaingin ibu hamil?"

Memasuki trimester kedua ini anehnya bukan Jingga yang ngidam, malahan suaminya yang banyak makan. Awalnya ia senang melihat Rayyan yang kurus jadi banyak makan, tapi sekarang ini suaminya sudah mulai menunjukkan tanda-tanda akan menggendut, dan itu harus dihentikan.

"Nanti aku lebih rutin olahraga,"

"Janji palsu orang paling sibuk sedunia nggak bisa dipegang,"

Jingga ingin tertawa rasanya melihat ekspresi merajuk Rayyan.

"Oke, oke! Aku bikinin!" kata Jingga menyerah yang disambut Rayyan dengan kecupan sayang di bibirnya.

"Suka banget sih sama Lebkuchen," ucap Jingga terkekeh saat ia mengeluarkan berbagai macam bahan di lemari dapur. Rayyan duduk manis di dapur dan terus menatap sayang istrinya.

"Suka dong. Kan kamu yang pertama kali ngenalin aku kue itu,"

Rayyan tidak akan pernah lupa awal mula ia menyukai kue itu.

Tiga tahun lalu.

Sudah hampir dua tahun. Dan hingga kini jantung Rayyan masih saja berdebar saat melihat foto-foto Jingga. Dalam foto-foto tersebut, Jingga tersenyum gembira dengan berlatarkan kampus tempatnya berkuliah. Wajahnya masih sama cantiknya, dengan potongan rambut yang lebih pendek.

Rayyan mengernyit karena rambut panjang yang disukainya telah disingkirkan oleh Jingga. Pada foto-foto sebelumnya, yang memang sengaja dikirimkan langsung oleh wanita itu via email, rambut Jingga masih terlihat lebih panjang.

"Beberapa hari yang lalu aku potong rambut. Gimana? Bagus kan?" Pertanyaan Jingga di surat elektronik itu.

Surat Jingga kali ini tidak panjang. Malahan sepertinya Jingga sudah lama tidak mengirim surat yang isinya panjang. Mungkin saja wanita itu lelah, karena selama dua tahun ini tidak ada satupun surat elektroniknya yang pernah dibalas oleh Rayyan.

Rayyan khawatir kalau nantinya Jingga berhenti mengiriminya email. Hanya saja egonya terlalu besar untuk mengakui bahwa ia merindukan Jingga. Dengan tidak mengacuhkan Jingga, ia berharap setidaknya wanita itu akan pulang untuk menemuinya. Jadi Rayyan setidaknya harus bertahan untuk tidak membalas.

"Surat cinta ya?"

Rayyan tersontak kaget mendengar suara dari belakangnya. Ia bangkit dari kursinya tiba-tiba lalu mengumpat saat merasakan jari kakinya terpentok kaki meja kerjanya.

"Langit! Kamu ngapain masuk nggak pake permisi?!" seru Rayyan kesal dengan remaja yang kini menampilkan cengiran lebar di dekatnya. Rayyan memegang kakinya dan meringis.

"Lala udah ngetok pintu kok. Om aja yang terlalu fokus lihat laptop," gerutu Langit.

Rayyan menatap gadis itu kesal. Langit adalah artis baru pemenang ajang kompetisi menyanyi dimana Rayyan merupakan salah satu jurinya. Dia dengan Awan, meraih juara pertama sebagai penyanyi duo, dan kini menjadi penyanyi di bawah naungan ORME.

"Ngintipin orang lagi baca email itu nggak sopan," kata Rayyan tajam.

Tampaknya nada penuh peringatan Rayyan sama sekali tidak berpengaruh untuk Langit. Karena gadis ini kini menatapnya dengan cengiran yang entah kenapa terlihat sangat familiar. Gadis itu memberikannya satu toples bening berisikan kue coklat bulat. Rayyan mengernyit melihatnya.

Dear JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang