Nando's Side Story 1
"Nando masih lama di Jerman?"
Pertanyaan itu membuat Jingga yang sedang membaca novel langsung mengalihkan perhatiannya ke suaminya. Wanita itu mengernyit heran. Tidak biasanya Rayyan menanyakan sahabat Jingga yang hingga kini masih tetap dimusuhinya. "Tumben nanyain Nando. Kangen ya?"
Ledekan Jingga membuat Rayyan mendengus kecil. Setelah mengusap rambutnya yang setengah basah dengan handuk, ia menghampiri Jingga yang berada di ranjang dan masuk ke dalam selimut.
"Pake hairdryer Ray. Nanti kamu masuk angin,"omel Jingga saat mengusap rambut Rayyan yang masih lembab.
"Nggak perlu Bunda, ini udah anget kok,"ucap Rayyan terkekeh saat memeluk perut Jingga yang besar ketika berbaring. Sedangkan posisi Jingga masih duduk bersandar di headboard ranjang.
Rayyan mengecup sayang perut besar Jingga, kemudian Jingga kembali mengusap rambut Rayyan. "Jadi, kenapa kamu nanyain Nando?"
"Altan minta tolong,"
"Altan?"
"Temenku. Fotografer prawed kita,"
"Ah ya," kata Jingga saat mengingat siapa yang dimaksud Rayyan.
Fotografer terkenal yang saking terkenalnya, Rayyan harus membooking jasanya dari sebelum Jingga pergi ke Jerman. Padahal saat itu Rayyan belum melamar Jingga. Beruntung mereka cukup akrab sehingga tiga tahun kemudian saat ditagih janji untuk memotret pra wedding dan acara pernikahan, Altan bersedia dengan membatalkan janji yang lain.
Dan saat melihat hasilnya, Jingga tidak heran kalau pria itu begitu digemari sebagai fotografer. Makanya nanti mereka juga ingin foto maternity dengan Altan sebagai fotografernya.
"Asistennya Altan mau travel ke Jerman, butuh guide. Dan aku langsung terpikir Nando,"kata Rayyan. Sejujurnya ia tidak mau minta tolong Nando, tapi apa boleh buat kan kalau Altan benar-benar butuh bantuannya.
"Nando belum tentu mau Lho,"
"Dia nggak pernah nolak permintaan kamu," ucap Rayyan mendengus sebal.
Jingga terkekeh, ia menunduk dan memandang sayang wajah Rayyan. Tangannya kini memegang lembut wajah Rayyan yang kini balas menatapnya.
"Kamu masih nggak bisa berhenti cemburu sama sahabatku?"
Rayyan memang tidak melarang Jingga berteman dengan Nando, tapi suaminya itu tidak pernah repot-repot menyembunyikan kecemburuannya. Rayyan beruntung karena cinta Jingga cukup besar untuk mentoleransi rasa cemburu yang berlebihan itu. Malahan, Jingga merasa semakin dicintai.
"Aku nggak akan pernah bisa nggak cemburu sama laki-laki mana pun. Kecuali Awan mungkin,"
Jingga berdecak, tertawa kecil. "Tapi kamu ngomelin Awan karena aku ngurusin dia yang sakit,"
"Itu karena dia udah sembuh tapi manja-manjaan terus! Masa dia ngerepotin kakaknya yang lagi hamil besar sih,"gerutu Rayyan.
"Ibunya kan aku, jadi wajar kalo dia manja. Aku rasa kamu akan selalu cemburu sama semua laki-laki,"kata Jingga mendesah frustasi. Ia kemudian berbaring lalu masuk dalam dekapan Rayyan.
"Aku nggak akan cemburu sama anak kita,"
Jingga menepuk pipi Rayyan sayang, matanya berbinar penuh tawa saat memandang pria itu. Rayyan selalu bisa membuatnya merasa bahagia hanya dengan memandangnya. "Aku nggak yakin,"
Rayyan tertawa. Tidak membantah lagi. Karena Jingga benar, wanita itu akan selalu menjadi nomor satu untuknya. Di atas segalanya.
***Nando melirik jam tangannya, mengecek jam kedatangan seseorang dari Indonesia. Tangan kirinya memegang kertas putih bertuliskan nama Rycca dengan spidol hitam. Kemudian saat melihat pintu kedatangan ramai oleh penumpang pesawat yang sampai, Nando langsung mengangkat kertas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear J
RomanceRayyan B. Harsandi Tahun ini Rayyan menginjak usia 30 tahun, dan ia merasa biasa saja dengan angka 3 di depan itu. Karena ia bahagia. Ya, bahagia! Menjadi pemusik dan produser musik yang sukses di usia yang terbilang cukup muda itu. Ray...