10 Senja dan Jingga

23.7K 2.7K 260
                                    

It might take months,

It might take a year or another years

But what's meant to be

Always find its way

And I believe you're meant to be mine

(Rayyan)

Jingga bisa merasakan jantungnya berdetak kencang. Terlalu kencang.

Betapapun ia menginginkan sebaliknya, pertemuan mereka tetap akan terjadi. Sebentar lagi ia akan bertemu dengan pria yang selama ini hanya ia kenal lewat suaranya dan cerita-cerita yang sebenarnya hanya kebohongan belaka.

Namun, ia tidak bisa menahan perasaannya saat ini yang sangat menginginkan bertemu dengan pria itu. Meski pria itu pasti tidak akan mengenalinya.

Sebelumnya gadis itu tidak pernah menilai bahwa musisi terkenal bernama Ryan adalah seseorang yang spesial. Ia hanya menilai pria itu adalah musisi dan produser musik yang hebat, hanya itu. Akan tetapi setelah mengetahui kalau Rayyan adalah orang yang sama dengan Ryan, tanpa Jingga inginkan ia mulai lebih memperhatikan.

Selama berbulan-bulan, ia selalu mendengarkan lagu-lagu Orion, menikmati suara pria yang pernah ia dengar menyebutkan namanya. Hal yang gadis itu sadari sangat bodoh.

Tangannya berkeringat, takut memikirkan kemungkinan kalau pria yang akan ia temui sebentar lagi mungkin akan mengenali suaranya. Apalagi mereka akan berbincang cukup lama, mengingat tugas gadis itu sebentar lagi adalah mewawancarai Rayyan.

Sejenak wanita itu tertegun, untuk apa ia takut? Ia tidak memiliki kesalahan apapun, ia tidak pernah berbohong, tidak seperti pria itu yang sejak awal membohonginya.

"Mba Senja, silahkan masuk," kata seorang wanita yang menghampirinya di ruang tunggu.

Kecuali namanya. Rayyan tidak tahu nama aslinya.

Jingga menarik napas pelan. Lalu bangkit dari duduknya dan memasang senyumnya kepada wanita yang merupakan asisten pria itu. Keduanya lalu masuk ke dalam ruangan sang produser musik terkenal.

"Selamat Siang, Pak Rayyan," sapa Jingga pada pria yang duduk di belakang meja kerja itu. Pria itu terlihat sedang mencatat sesuatu di kertas di atas mejanya.

Rayyan, pria itu, terlihat sedikit terkejut dengan sapaannya. Ia mendongak dan menatap Jingga yang tersenyum ragu menatapnya. Jantung wanita itu berdegup kencang, antara merasa senang karena pada akhirnya bisa melihat pria itu secara langsung, sekaligus merasa takut jika pria itu mengenalinya. Pria itu menatapnya cukup lama, membuat Jingga khawatir akan ketahuan.

"Saya Senja, dari Indonesian Daily, yang ditugaskan menginterview Anda," kata Jingga lagi, berharap pria itu menghilangkan kecurigaannya.

Rayyan mengernyit sedikit, kemudian tersenyum. Pria itu berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan menghampiri Jingga dan mengulurkan tangannya.

"Halo. Panggil saja saya Rayyan. Maaf kamu harus menunggu saya cukup lama," katanya ramah.

Kemudian pria itu mempersilahkan Jingga untuk duduk di sofa, sedangkan pria itu duduk di sofa di hadapannya.

"Mau minum apa? Tea, coffee, orange juice?"

"Orange juice boleh Mas,"

Rayyan tersenyum lalu menyuruh asistennya membawakan minum yang dipesan Jingga.

"Jangan panggil saya 'Mas'. Kamu tahu kan saya orang Sumatera? Saya tidak terbiasa dengan panggilan itu,"

"Ah iya, Pak,"jawab Jingga ragu-ragu.

Dear JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang