"Rasanya aneh,"
"Apanya?"
"Berbicara dengan seseorang tanpa tahu orang aslinya seperti apa,"ujar Jingga. ia berhenti sejenak kemudian melanjutkan. "Tapi yang lebih aneh lagi, rasanya menyenangkan,"
Rayyan tersenyum mendengar penuturan itu. "Ya, rasanya menyenangkan,"
"Menurut kamu, kenapa rasanya menyenangkan?"
"Karena... kamu membuatku nyaman,"ucap Rayyan lembut.
Rayyan bisa merasakan Jingga tersenyum di ujung sambungan telpon mereka. Kemudian gadis itu berbicara dengan suara yang begitu menyenangkan untuk didengar.
"Apa boleh kita merasa senyaman ini Ray?"
Ray. Nama pendek yang kadang suka disebutkan oleh Jingga. Namun gadis itu mengaku lebih menyukai nama Rayyan.
"Kenapa nggak boleh?"
"Karena kenyataan tidak selalu indah,"ucap Jingga pelan. Kemudian ia sedikit mengeraskan suaranya lalu berkata dengan nada sedih. "Kuharap kamu nggak akan kecewa saat bertemu denganku langsung,"
Rayyan terdiam. 'Seharusnya aku yang mengatakan seperti itu, Je'
Rayyan ingat percakapannya saat itu dengan Jingga. Jingga berkata seolah-olah ada yang salah dengan diri gadis itu, yang kenyataannya tidak. Setidaknya secara fisik.
Jingga yang pria itu lihat merupakan sosok yang sempurna. Rambut panjang bergelombang, tatapan mata yang ramah, dan bibir yang selalu melengkungkan senyum yang membuat pipinya terlihat chubby. Tidak pernah ia membayangkan sosok sesempurna itu untuk menjadi Jingga-nya, gadis pemilik suara merdu itu.
Sebelumnya Rayyan tidak tahu apapun mengenai Jingga selain cerita-cerita yang pernah ia dengar dari obrolan singkat mereka setiap hari. Namun kini ia bisa mengorek banyak informasi dari kedua teman Jingga, yang dengan senang hati berbicara banyak saat diajak makan malam oleh idola terkenal.
"Kenapa tanya-tanya tentang Jingga?"tanya Yudi tajam saat menyadari Rayyan bertanya terlalu banyak padanya. "Lo naksir Jingga?"
Rayyan menggaruk pipinya yang tak gatal lalu mengalihkan matanya untuk melihat ke teman-temannya, meminta bantuan. Bingung harus mengatakan apa.
"Kayaknya iya,"ucap Aryo dengan nada kaget dan heran.
"Please jangan. Pengalaman percintaannya nol. Jadi kalo buat main-main aja, mending lo cari yang lain,"ucap Yudi tegas. Meski ia senang ditraktir oleh idola terkenal, tetap saja ia tidak mau temannya jadi mainan.
"Jingga bukan cewek yang bisa dimainin gitu aja. Ada banyak hal yang lebih penting buat dia dibandingkan cowok. Jadi jangan ganggu dia,"kata Aryo tajam.
Saat itu Rayyan sama sekali tidak menduga akan seperti itu reaksi kedua rekan Jingga. Melihat reaksi keduanya pria itu langsung beranggapan bahwa gadis bernama Jingga itu memang menarik.
"Nggak sekalipun gue berpikir untuk mainin Jingga. Dia beda dari cewek-cewek yang pernah gue kenal, makanya gue tertarik. Lagipula dia bukan cewek yang gampang didekati,"ucap Rayyan tersenyum kecut, mengingat gadis itu yang tiba-tiba menghilang begitu saja dari pertemanan mereka di dunia maya.
"Gue jamin Ryan nggak ada keinginan buat mainin Jingga. Jingga cewek yang baik. Kita juga nggak pengen cewek sebaik dia dimainin cowok manapun,"kata Andra.
Kali ini Rayyan benar-benar berterima kasih dengan Andra. Sahabatnya itu dikenal sebagai orang yang dapat dipercaya dan baik hati. Dia bahkan sulit sekali menolak permintaan orang lain. Apalagi Andra punya dua adik perempuan yang sangat ia cintai, dan hal itu menjadikan Andra selalu bersikap baik ke perempuan manapun. Para penggemar dan publik secara umum sangat mengetahui hal tersebut. Makanya ketika Andra berkata demikian, kedua teman Jingga langsung mempercayainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear J
RomanceRayyan B. Harsandi Tahun ini Rayyan menginjak usia 30 tahun, dan ia merasa biasa saja dengan angka 3 di depan itu. Karena ia bahagia. Ya, bahagia! Menjadi pemusik dan produser musik yang sukses di usia yang terbilang cukup muda itu. Ray...