Cukup lama Rycca menangis dalam gendongan Nando. Meski menyadari kalau airmatanya yang terus menerus mengalir itu membasahi leher kemeja Nando, namun Rycca tidak bisa secepat mungkin menghentikan tangisnya. Rasa takut saat sendirian tadi masih membayanginya.
Entah berapa lama Rycca menangis, ia baru mengangkat kepalanya dari leher Nando, saat dirasakannya pria itu berhenti berjalan. Mata Rycca membelalak lebar saat melihat Stasiun Utama Frankfurt di depan matanya.
"Jadi stasiunnya nggak jauh dari Sungai Main?"tanya Rycca di sela isaknya yang masih sulit berhenti.
"Nggak jauh, mungkin sekitar 1,5 kilometer,"
"Hah?"Rycca terkejut. Satu setengah kilometer itu jauh! Jadi Nando menggendongnya sejauh itu??
"Saya mau turun,"ucap Rycca kemudian melompat turun dari gendongan Nando.
Gadis itu mengusap jejak basah di wajahnya kemudian pandangannya beralih ke Nando. Ia terkejut saat mengingat kalau Nando menggendongnya sejauh itu dengan tangan kanan yang sakit.
"Tangan kamu!"seru Rycca kaget dan langsung memegang tangan kanan Nando. "Kamu gendong saya sejauh itu padahal tangan kanan kamu sakit!"
Raut bersalah yang terpampang jelas di ekspresi gadis itu membuat Nando tersenyum sendu. Rycca gadis yang baik dan terlalu polos... Seperti anak kecil. Dan dia malah meninggalkan gadis ini sendirian di kota asing tadi.
"Kamu kan saya gendong di punggung. Lagipula tangan kiri saya baik-baik aja buat nopang badan kamu,"
Mendengar itu membuat Rycca langsung memegang tangan kiri Nando dan memijatnya. Nando tertawa lalu menarik tangannya. "Nggak perlu. Kamu enteng banget kok,"ucapnya.
Rycca hanya menundukkan wajahnya. Meskipun ia tidak terlalu pendek, tapi badannya memang kurus dan berperawakan mungil. Makanya Altan selalu memanggilnya anak kecil, padahal usianya sudah menginjak 23 tahun. Namun tetap saja dia sudah membuat seseorang dengan tangan yang sakit menggendongnya sejauh itu.
"Maaf, saya merepotkan. Padahal udah gede gini, tapi masih juga nyasar,"ucap Rycca muram.
Nando menatap gadis itu sendu. Rycca sama sekali belum tahu kalau Nando sebenarnya mengetahui ia adalah seorang dyslex -- pengidap disleksia. Dan Nando tidak akan mengatakan apapun sampai gadis itu yang menyebutkannya sendiri.
Karena Nando ingat dengan jelas ekspresi tegar Rycca saat ia menemukannya di tepian Sungai Main itu. Ekspresi ceria seolah-olah mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja padahal tidak. Dan benar saja, Rycca langsung menangis saat digendong oleh Nando.
Berada di tempat yang asing, dengan bahasa yang tidak dimengerti, tidak bisa membaca, dan tanpa uang yang cukup, Rycca seolah menjelma menjadi seorang anak kecil. Nando tidak bisa membayangkan betapa takutnya gadis itu tadi.
"Maafkan saya. Kamu tanggung jawab saya disini, tapi saya malah ninggalin kamu gitu aja,"sesal Nando.
Rycca dengan cepat menggeleng. "Bukan salah kamu. Saya yang sok menasehati padahal saya nggak ngerti perasaan kamu,"
Nyatanya Rycca mengerti, sangat mengerti. Tapi Nando tidak akan membahas hal itu. Pria itu menarik tangan Rycca lalu mengajaknya ke restoran terdekat.
Rycca tersentak saat merasakan tangannya digenggam oleh tangan kiri Nando. Perlakuan Nando membuat perasaannya hangat dan nyaman.
Mereka berdua duduk berhadapan di restoran italia itu. Seorang pelayan memberikan dua buku menu, yang dibuka Rycca dengan raut wajah bingung karena hanya ada sedikit foto makanan disana.
"Kamu mau saya kasih rekomendasi makanan yang enak?"tanya Nando yang mengerti kesulitan Rycca.
Dengan cepat Rycca mengangguk. Sejak tiba disini dia memang hanya mengikuti menu makanan yang dipilihkan Nando. Awalnya Nando pikir itu karena gadis itu mempercayainya, kini dia sudah mengerti benar alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear J
RomanceRayyan B. Harsandi Tahun ini Rayyan menginjak usia 30 tahun, dan ia merasa biasa saja dengan angka 3 di depan itu. Karena ia bahagia. Ya, bahagia! Menjadi pemusik dan produser musik yang sukses di usia yang terbilang cukup muda itu. Ray...