8 Saturday's Gloomy

22.3K 2.3K 158
                                    

Sabtu tidak selalu menjadi hari yang menyenangkan untuk seseorang. Apalagi kalau dia tidak memiliki seseorang yang bisa diajak bercengkerama pada hari libur. Akhir pekan selalu menjadi hari dimana seseorang yang berprofesi sebagai musisi, menjadi semakin sibuk. Entah mendapat tawaran manggung atau tampil di acara musik di televisi –yang jelas, Sabtu tidak pernah menjadi 'Malam Minggu' untuk seorang musisi terkenal.

Musisi itu, Rayyan, keluar dari Studio salah satu televisi swasta, usai menjadi bintang tamu di acara musik pagi. Pria itu bersalaman dengan beberapa artis dan musisi yang juga menjadi bintang tamu acara tersebut. Kemudian berbincang-bincang ramah dengan mereka sebelum masuk ke ruang VIP untuk beristirahat.

"Kapan nih Yan, kita bisa kolaborasi lagi?"tanya Imelda, salah seorang penyanyi wanita senior pada Rayyan. Kini di ruang VIP selain Rayyan hanya ada Imelda dan Beno, suami Imelda yang juga musisi. Sementara artis yang lain sudah pergi karena ada agenda lain.

"Wah kalau gue sih, kapan aja lo mau Kak. Kan Kak Imel yang sibuk banget bikin soundtrack film,"ujar Rayyan terkekeh, ia duduk di sofa yang berseberangan dengan sepasang musisi itu.

"Hehe~ iya nih. Nanti kamu dateng yuk ke premier-nya,"ajak Imelda.

Rayyan mengernyit, namun berusaha mempertahankan senyumnya. "Kayaknya gue nggak bisa,"

Imelda mengernyit. "Kenapa nggak bisa... Oh!"

Salah satu pemeran pembantu dalam film tersebut adalah Bella Andina, mantan kekasih Rayyan. Imelda bisa melihat di wajah Rayyan yang tersenyum terpaksa jika pria itu berharap tidak akan bertemu lagi dengan wanita tidak tahu diri itu.

Wanita itu menatap Rayyan dengan pandangan menyesal. Meski tidak begitu akrab dengan Rayyan, wanita itu cukup mengetahui kisah asmara musisi itu dengan Bella Andina. Karena ketika wanita itu masih berhubungan dengan Rayyan, saat itu Imelda sedang bekerja sama dalam kolaborasi musik dengan pria itu. Pekerjaan mereka yang cukup menyita waktu dan harus meluangkan waktu untuk sering bertemu membuat Imelda pun mengetahui masalah asmara Rayyan saat itu.

"Infotainment masih ngejar-ngejar elo gara-gara tuh cewek?"tanya Beno.

"Ya. Dan itu ngeganggu banget,"keluh Rayyan.

"Elo mau tahu cara supaya infotainment nggak melulu ngejar lo masalah Bella?"

Rayyan menatap Beno penuh minat. "Apa?"

"Lo harus nunjukkin kalau lo udah punya pacar. Jadinya kan mereka bakalan lebih fokus ke pacar baru lo,"

Pria itu berdecak mendengar saran itu. "Cari pacar nggak segampang itu Bang. Lagian gue nggak mau dapat pacar asal-asalan aja, nanti malah sifatnya kayak tuh cewek,"ujar Rayyan dengan mendecih, seolah-olah memandang rendah seseorang yang ia sebut 'tuh cewek'.

"Aku kenalin sama seseorang, kamu mau nggak? Yang ini kujamin nggak bitchy macam si Bella Andina itu deh," ujar Imelda semangat.

Rayyan terkekeh mendengar saran itu. Sejujurnya ia bosan dengan rencana 'mari menjodohkan Rayyan' yang sudah sering dilakukan ibunya. "Makasih Kak. Kayaknya sekarang ini nggak dulu deh,"

Imelda terlihat kecewa sementara suaminya tertawa. "Biarin aja dia, Beb. Rayyan butuh jatuh cinta, bukan dijodoh-jodohin,"

Ucapan Beno membuat Rayyan tersenyum lembut. Suara Jingga teralun merdu dalam pikirannya. Tangannya langsung dimasukkan ke saku celana, menyentuh ponsel, mempertimbangkan untuk menelpon gadis penyuka warna senja itu.

Tanpa disadari Rayyan, Beno dan Imelda memperhatikan gerak geriknya. Wajah mereka tersenyum. "Ah... sepertinya ada yang sedang jatuh cinta,"ucap Beno, membuat istrinya terkikik.

Dear JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang