2 It's Another Silly Plan

32.2K 2.6K 81
                                    


Jingga menatap heran ketiga anggota keluarganya yang duduk dengan wajah serius di hadapannya. Sepulang kerja dengan membawa box berisi satu loyang pizza, bukannya langsung memakan pizza, tapi kedua adiknya dan satu keponakannya malah menatapnya dengan serius seperti itu.

"Sebenarnya kalian mau ngomong apa?"tanya Jingga lalu mencomot satu potong chicken wing dan mengunyahnya.

Sang keponakan dan adik laki-laki menatap Jingga protes, membuat Jingga tersenyum geli. Ia tahu jika Langit dan Awan sekarang ini pasti juga ingin langsung melahap makanan favoritnya itu, namun kedua remaja berusia 14 dan 15 tahun ini memilih untuk menahannya. Jingga bisa menebak jika apa yang mereka bicarakan merupakan rencana dari adiknya, Mentari. Dan sang keponakan sekarang sedang tidak sabaran menunggu tantenya berbicara.

"Tari? Kalau kamu nggak ngomong juga, nanti Lala sama Awan keburu kelaperan,"ucap Jingga santai pada adiknya yang berusia 4 tahun lebih muda darinya itu.

Mentari kemudian melirik tajam Langit dan Awan yang kemudian cemberut. Kemudian berdeham pelan dan menatap Jingga dengan keyakinan di matanya.

"Jadi... aku sama adik-adik pengen tau sesuatu dari Kakak,"kata Mentari.

"Apaan?"ucap Jingga. Ia paling tidak suka berbasa-basi, dan ketiganya tahu hal itu. "Kalian mau nanya kemungkinan kenaikan uang jajan? Atau mau minta beli sesuatu? Atau..."

"Bukan! Bukan itu!"ucap Mentari terburu-buru. "Kita nggak mungkin minta itu. Kita tahu kok Kakak udah cukup repot ngebiayain kita,"

Jingga meletakkan potongan ayam yang dimakannya di atas wadah makanan di meja. Kemudian berbicara lembut kepada ketiganya. "Justru Kakak heran kalian nggak pernah minta hal itu. Kalau memang kalian butuh, nanti Kakak usahakan,"

"Uang jajan Lala cukup kok!"ucap Langit meyakinkan.

"Awan juga. Lagian kan Awan sama Lala jual pulsa juga. Uang jajan sih Insyaallah cukup aja,"kata Awan.

Jingga tersenyum lembut pada kedua remaja itu. Bersyukur mereka cukup pengertian pada kondisi keuangannya. "Tari?"

"Beasiswa Tari cukup kok Kak. Fee dari proyek penelitian dosen juga lumayan buat nambah-nambah,"

"Alhamdulillah kalo gitu. Nanti kalau kurang bilang Kakak ya,"

"Bukan itu yang pengen kami omongin,"kata Mentari menatap Jingga dengan ragu. Jingga menunggu adiknya itu menyelesaikan ucapannya. "Kita sebenarnya pengen tau Kakak... udah punya pacar?"

Jingga melongo mendengar pertanyaan itu. Apalagi ketika ketiga anggota keluarganya itu menatapnya serius dan menunggu-nunggunya untuk segera menjawab. Jingga langsung tertawa lepas.

"Ya ampun! Kirain apaan!"kata Jingga di sela-sela tawanya.

"Tante udah punya pacar?"tanya Langit bersemangat. Jingga tersenyum, membuat sang keponakan berharap dari jawabannya. Seketika, jawaban "Nggak,"darinya membuat senyum Langit memudar.

"Emang penting ya Tante punya pacar?"tanyanya pada Langit.

"Penting lah! Tante udah 25, terus teman-teman Tante udah banyak yang nikah. Tante kapan?"

"Nggak tahu ya... Tante belum minat pacaran,"ucap Jingga malas. Ia mungkin tidak akan menikah sampai Langit dan Awan beres kuliah. Dan itu mungkin sekitar enam hingga delapan tahun lagi. Lagipula mau menikah sama siapa? Memangnya ada pria yang mau pacaran dengan dirinya?

"Kita tahu alasan Kakak belum pernah pacaran sampai sekarang itu gara-gara ngurusin kita. Kita nggak mau Kakak ngorbanin diri Kakak sampai lupa untuk bahagia..."kata Awan muram.

Dear JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang