16 Promise

16.3K 1.9K 304
                                    

Bab 16 Promise

Jingga duduk termenung di ranjangnya. Senyuman tak henti-hentinya lepas dari bibir gadis itu saat mengingat apa yang dilakukannya bersama Rayyan tadi. Setelah makan malam yang jauh lebih awal itu, Jingga memutuskan untuk mengantar Rayyan ke tempat konsernya.

"Oke, saya yang nyetir,"kata Rayyan, ia memakai helm putih yang diberikan Jingga lalu duduk di depan.

"Lho? Kan saya yang mau anter kamu. Nanti kamu capek kalo nyetir,"ucap Jingga dengan menarik baju pria itu agar turun dari motornya.

"Ya masa saya dibonceng cewek sih. Lagian kalo naik motor kan sebentar, nggak akan bikin capek,"kata Rayyan, menyamankan posisinya sebagai pengemudi. Kemudian ia menatap tegas Jingga yang masih memasang tampang protes. "Cepetan dipake helmnya. Nanti saya telat,"

Akhirnya dengan masih sedikit ragu-ragu, Jingga memasang helmnya lalu naik di belakang. "Ayo jalan!"katanya.

Tiba-tiba Rayyan menarik kedua tangan Jingga agar memeluk pinggangnya, membuat gadis itu terkejut. Rayyan menoleh ke belakang dan tersenyum melihat mata gadis itu yang melotot karena kaget. "Hold me tight,"ucapnya.

Dan Rayyan pun melajukan motor berwarna Jingga itu dengan senyum lebar. Suara debar jantung keduanya menjadi background musik di antara keramaian jalan ibu kota.

"Lainkali kita naik motor aja ya. Motor kayaknya lebih asik buat pacaran,"ucap Rayyan saat turun dari motor Jingga setibanya di parkir pintu belakang JCC. Jingga hanya menatap datar Rayyan, berusaha mengendalikan ekspresinya karena sikap pria itu yang lagi-lagi sangat gombal. Namun cengiran nakal Rayyan tetap tidak hilang.

Jingga tersenyum mengingat hal itu. Sama sekali tidak menyangka kalau Rayyan mau berkendara motor bersamanya. Padahal pria itu tidak pernah terlihat menggunakan sepeda motor, dan selalu membawa mobil mewahnya kemana-mana. Hal yang lebih membuat Jingga kaget adalah saat pria itu berkata ingin jalan-jalan dengannya menggunakan motor.

Mungkin tidak apa-apa kalau ia menyukai pria itu sedikit lebih banyak.

***

Bodoh.

Nando merasa sangat bodoh karena hanya bisa melihat Jingga dari balik jendela rumahnya. Gadis itu terlihat riang saat turun dari motor kesayangannya di depan rumah. Wajah gembira yang mati-matian berusaha ditahannya, tapi gagal. Tampaknya hari ini berjalan dengan baik untuk Jingga. Atau mungkin ada seseorang yang membuat gadis itu tersenyum seceria itu?

Pikiran itu membuat Nando merasa pedih.

Dia masih mengingat dengan jelas ekspresi wajah Jingga saat menatap lukisan yang dihadiahkannya. Wajah Jingga tampak begitu terkejut saat memandang lukisan yang begitu indah itu. Dalam lukisan itu wajah Jingga tertawa lepas saat mengendarai sepeda, dan rambutnya yang diikat sedikit berkibar di bawah sinar matahari. Kemudian ia menatap Nando yang masih nyengir melihat reaksinya.

"Aku nggak nyangka kalo aku secantik ini,"ucap Jingga tersenyum begitu lebar meskipun ia masih tidak bisa menghilangkan perasaan herannya melihat wajahnya begitu cantik di lukisan Nando.

Nando tertawa. "Kadang-kadang doang sih. Itu aku mikirinnya susah payah soalnya kamu lebih banyak jeleknya,"

"Hei!"seru Jingga sebal. Lalu ia kembali memandangi lukisan yang menurutnya begitu indah itu. Bukan karena itu lukisan dirinya, tapi memang Nando sangat berbakat melukis. Biasanya sih sahabatnya itu memberikannya sketsa wajah, ini pertama kalinya ia diberikan lukisan wajahnya.

"Alles Gute zum Geburstag, wahai Pemred Majalah Kampus paling kece!" ucap Nando dengan merangkul leher Jingga lalu mengusak sayang rambut panjang gadis itu.

Dear JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang