Keesokan harinya mereka kembali ke Nordlingen untuk mengambil barang-barang dan meneruskan perjalanan ke Harburg. Meskipun ITFS masih akan berlangsung selama beberapa hari ke depan, namun acara itu bukanlah tujuan utama Rycca. Sebagai fotografer, gadis itu ingin mengabadikan keindahan jalan romantis di Jerman, bukan hiruk pikuk acara festival.
Sisa empat hari perjalanan mereka selanjutnya dihabiskan menyusuri kota-kota yang dilalui jalan romantis. Apa yang mereka kerjakan selama empat hari itu pun sudah menjadi rutinitas. Rycca akan berjalan-jalan memotret dan Nando mengikutinya dengan menjelaskan berbagai hal tentang tempat yang mereka kunjungi.
Tapi ada satu hal yang menjadi kebiasaan yang tak biasa, atau tepatnya tak direncanakan. Setiap Rycca berhenti memotret dan mereka berjalan-jalan santai, tangan kiri Rycca selalu meraih tangan kanan Nando dengan erat. Dia melakukan itu karena menyadari harinya semakin singkat bersama dengan Nando. Dan ia hanya ingin memastikan bahwa genggaman tangannya ini akan baik-baik saja.
Rycca gembira karena Nando tidak melepaskan genggamannya, berpikir karena Nando mengira ia takut tersesat. Padahal yang sebenarnya, pria itu mengerti apa yang dirasakan Rycca. Apa yang dilakukan gadis itu selalu terbaca dengan jelas maksudnya.
Nando menyadari kalau Rycca masih merasa bersalah dengan kecelakaan yang terjadi empat tahun lalu. Padahal saat itu ibu Nando sudah menjelaskan pada Rycca yang berkali-kali datang kalau Nando tidak menyalahkannya. Karena semua terjadi karena ketololan Nando yang mabuk berat dan mengebut.
Pria itu ingin mengatakan kalau ia tahu siapa Rycca, tapi merasa tidak pantas menyebutkannya ketika Rycca masih belum mau mengungkapnya. Rycca terlihat enggan mengatakan itu semua pada Nando.
"Nando, apa yang kamu gambar?"tanya Rycca saat mereka duduk santai di restoran Gasthaus zum Schanwen, setelah mereka selesai menyantap makan siang di hari pertama mereka di Füssen.
"Saya lagi coba menggambar sketsa rumah di pinggir tebing,"kata Nando saat membenarkan gambarnya di buku sketsa yang dibawanya.
"Ah proyek internal itu... Berarti kamu udah ada ide ya mau bikin rumah seperti apa?"
Nando tersenyum masam. "Belum. Masih trial and error,"desahnya sebal.
"Nanti kamu pasti segera dapat ide yang bagus,"kata Rycca menyemangati, membuat Nando tersenyum.
Kali ini Nando mengajaknya tidak langsung menyusuri kota Füssen, namun pergi ke seberang Sungai Lech. Sungai lebar ini berair biru hijau mengingatkan Rycca akan puding. Dan dari seberang sungai ini, kota Füssen terlihat sangat indah.
Kota ini seperti daerah pegunungan, dengan lapisan-lapisan bukit dengan dataran di sela-selanya. Di sana sini terdapat pohon pinus, juga pohon-pohon lainnya di tepian sungai. Aliran sungai Lech pun berlekuk-lekuk bagai ular hijau raksasa sebelum mencapai Danau Forggensee.
Kemudian mereka tiba di air terjun Lechfall yang tampak berundak seperti tangga. Dengan semangat Rycca naik ke jembatan yang membawa ke seberang sungai. Di tengah-tengah jembatan itu terlihat air terjun yang datarannya bagaikan tangga itu.
Tak henti-hentinya Rycca membidikkan kameranya ke arah air terjun itu. Ciptaan Tuhan yang membuat manusia terus berdecak kagum. Nando berdiri di tengah jembatan lalu menatap kagum sekelilingnya, merasa senang bisa berada di sini. Pikirannya terasa lebih segar dan bebannya sedikit berkurang.
"Nando,"
"Hmm?"
"Kayaknya kalo bikin rumah disini enak deh,"kata Rycca. Tangannya sudah berhenti memotret dan lebih memilih memandangi keindahan di sekelilingnya melalui kedua matanya langsung.
Nando terkekeh, merasakan hal yang sama. "Disini memang bener-bener asik. Banyak pohon, ada sungai, kicauan burung. Bagus juga kalo bikin villa disini,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear J
RomansaRayyan B. Harsandi Tahun ini Rayyan menginjak usia 30 tahun, dan ia merasa biasa saja dengan angka 3 di depan itu. Karena ia bahagia. Ya, bahagia! Menjadi pemusik dan produser musik yang sukses di usia yang terbilang cukup muda itu. Ray...