7 More than words

22K 2.3K 117
                                    

More than words...

is all you have to do to make it real

Then you wouldn't have to say

That you love me

Cause I'd already know...

(Extreme – More than words)


More than words...

is all you have to do to make it real

Then you wouldn't have to say

That you love me

Cause I'd already know...

(Extreme – More than words)

Janji bukanlah hal yang mudah untuk ditepati.

Hal itu yang langsung disadari Jingga pada pagi itu, hari Minggu pertama di bulan Juli.

Saat itu, Jingga yang sebentar lagi memasuki usia ke 20 tahun menatap abangnya, Surya, dengan tidak rela di depan pintu. Surya dengan istrinya, Indah, berencana akan pergi ke pernikahan salah satu teman akrab Surya.

"Bang Surya janji mau ngajarin aku sama adik-adik main gitar lagi hari ini,"gerutu Jingga.

"Bang Surya cuma pergi sebentar kok. Nanti sore ya,"

"Tapi aku maunya sekarang,"kata Jingga bersikeras. Entah kenapa ia merasa tidak rela jika abangnya itu pergi sekarang. Ada rasa takut jika ia tidak dapat melihat sosok sahabat baiknya yang berusia 15 tahun lebih tua darinya itu.

Surya terkekeh lalu mengusak rambut Jingga dengan sayang. "Kamu ngotot banget sih. Nggak rela ya kalah dari Awan yang udah jago duluan?"

Jingga hanya cemberut, membuat Surya dan Indah tertawa. Indah kemudian mencubit sayang pipi Jingga lalu berucap lembut. "Nggak jauh kok. Sebentar juga pulang. Jaga adik-adik dan ponakan kamu ya,"

Jingga mengangguk dengan tidak rela.

Kalimat yang seharusnya menenangkan itu ternyata berakhir menghancurkan perasaan Jingga saat sorenya ia mendapatkan telepon kabar duka dari kepolisian. Surya dan Indah, beserta Ayah dan Ibu mereka, mengalami kecelakaan tidak jauh dari rumah mereka. Saat itu Jingga sama sekali tidak mengerti, kenapa takdir begitu kejam padanya.

Kenapa Ayah dan Ibunya yang sebelumnya pergi ke Supermarket dengan menggunakan sepeda motor, bisa berada satu mobil dengan Surya dan Indah? Kenapa motor ayahnya mogok saat itu dan membuat abangnya yang sedang dalam perjalanan pulang berakhir menjemput kedua orangtuanya disana?

Kenapa Tuhan begitu kejam langsung mengambil keempat orang yang dicintainya itu?

Sejak saat itu Jingga percaya bahwa manusia tidak boleh begitu mudahnya berjanji. Namun kalimat Rayyan yang mengucap janji itu padanya, membuat perasaannya menghangat.

"Aku nggak akan kemana-mana, Je,"

Nada suara yang terdengar oleh Jingga membuatnya berpikir bahwa kalimat itu bukan hanya sekedar janji kosong. Janji sepenting itu hanya dapat diucapkan oleh seseorang yang benar-benar peduli pada dirimu. Meskipun mereka belum benar-benar saling mengenal, boleh kan kalau Jingga menganggap pria itu peduli padanya?

Karena selama lima tahun ini hidupnya benar-benar kosong dan kesepian. Boleh kan kalau ia berpikir ada yang sepeduli itu pada dirinya?

Meski itu mungkin hanya sekedar ucapan untuk menenangkan, Jingga akan mempercayainya. Ia akan mempercayai Rayyan.

Dear JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang