~~
Kamu...
Dikirim untuk melengkapi ku
Tuk jaga hatiku
Kamu...
Hasrat terindah untuk cintaku
Takkan cemas ku percaya kamu
Ternyata Kamu Yang Kutunggu - Afgan ft. Rossa (Ost.)**
Jakarta, 2018
Menjadi pribadi mandiri merupakan impian banyak perempuan. Salah satunya aku sendiri!
Kebanyakan orangtua mendidik para anaknya untuk hidup mandiri. Tanpa bergantung atau membuat repot orang lain.
Tapi semandirinya seorang anak, belum banyak pengalaman, pasti membutuhkan figur kedua orangtua. Terutama adalah peran seorang Ibu.
Dengan keberanian besar, aku sendirian sekarang.
Tanpa ada siapapun termasuk Mama. Walaupun aku apa-apa dengan malaikat tanpa sayap itu. Ada lah hal-hal sepele yang terselubungi, hanya aku dan Tuhan yang mengetahui.
Tanpa se-pengetahuan Mama. Aku duduk di sini. Melihat orang di hadapanku ini dan seorang wanita berhijab putih berdiri di sebelah meja. Memberikan seutas senyum manisnya padaku.
"Kita akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, bagaimana?" tanya dokter yang usianya kutebak sudah berkepala tiga atau empat. Kali aja.
"Soal itu, nantilah Dok...," jawabku gemetar. Mataku mulai berkaca-kaca.
"Ini baru diagnosis praduga awal saya," ucapnya melihat sehelai map putih di hadapannya.
Rautku sudah berubah sejak pertama kali mendengar balasan dokter. Bagaimanapun sedikit-banyak aku tahu diagnosa ini.
Dulu saat remaja aku mengalami hal serupa, tapi tak sama. Aku mencari tahu banyak, riset berhubungan dengan hal ku alami sekarang. Syukur Alhamdulillah waktu itu aku sembuh. Dan sekarang malah berpengaruh ke hal lain.
"Dok, oh ini pasti mempengaruhi hal lain...." Aku mengatakan takut-takut, jujur dari hati yang paling dalam, aku tidak sanggup membayangkannya.
Dengan mudahnya dokter ini tersenyum dan seenaknya saja mengatakan hal yang kutakutkan.
***
"I'm Sorry. I can't!" balasan wanita dihadapan gue, benar-benar luar biasa mendalam. Sakit! Luar biasa!
Ya Allah kuatkan hamba! rapal gue dalam hati. Mungkin ini balasan-Mu kepada hamba-Mu ini.
"It's okey. Kalo emang-gitu," gue melengos keluar jendela, menarik napas dalam. Kembali menatapnya, "Mungkin bukan jodoh! Yah udahlah lupakan masalah tadi. Kita nikmati malam ini bersama."
"I hope we will meet again," katanya lirih. "Maafin Aku! karena orangtua aku. Ujungnya malah begini."
Orang yang mengisi hati gue selama ini, sedih begini. Tetes demi tetes air keluar dari matanya.
Gue ambil tisu lalu mengelapkan ke pipinya.
Gue beranjak dari tempat duduk. Beralih duduk di sebelahnya. Merengkuh badan mungilnya. Dan memeluknya erat. Mungkin ini adalah pelukan terakhir.
Gue meyakinkan dirinya. Walau kita tidak bisa bersama-sama lagi, kita bisa bersama sebagai teman atau sahabat.
***
✌
Hay hay semua! Kembali lagi dengan Fanfic Yuki Kato, Idolaku.
Ini hanyalah fiktif belaka. Rasa Imajinasi dan khayalan semata untuk menuangkan lewat tulisan. Ambil positifnya buang negatifnya. Mohon bijak. Dan semoga bermanfaat! Aamiin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu yang Ku Tunggu
ChickLitYuki Kato, aktris blesteran Indonesia. Lama sudah hatinya kosong tanpa ada kata 'kekasih' atau 'pacar'. "Takdir adalah hal yang telah diatur Tuhan. Begitu dengan hidup, boleh kah kita pasrah atau melawannya?" - Yuki Kato Rio Haryanto, pembalap ble...