Bagian Enam Belas

354 45 27
                                    

Happy Reading

--------------------------🖤------------------------

Yuki

Pulang dari syuting aku langsung ke rumah sakit. Syukur sekali keadaan mama mulai membaik. Trombositnya sudah naik mendekati kondisi normal.

Bokongku langsung terduduk di sofa. Dalam hati ingin mengeluh capek. Kupejamkan mata ingin beristirahat.

Untuk malam ini aku berjaga sampai besok pagi.

Duh! Dimana-mana emang enakan di rumah.

Tak terduga otakku membayangkan betapa nyamanlah tidur di rumah. Di rumah sakit sungguh jauh dari kata enak. Untung saja aku tak pernah dirawat di rumah sakit.

Jam segini biasanya dokter akan datang rutin mengecek pasien.

"Mbak! Nggak papa kalo mau pulang!" perintahku ke Mbak Nana.

"Iya Teh. Mbak langsung pulang ya!"

Mbak Nana bisa dikatakan sudah lama bekerja denganku sekitar empat tahunlah. Menjadi asisten pribadiku dan serbaguna. Maksudnya dia baik mau membantu urusan yang lain juga bukan hanya berfokus padaku.

"Besok Sakura ajak ke sini ya Mbak." Besok adalah hari minggu kebetulan adikku yang paling kecil sudah libur sekolah. Untuk hari biasa seminggu ini secara bergantian adikku ditemani oleh Mbak Nana dan juga Mbak Nyayu.

Mbak Nyayu merupakan orang yang selalu menemani Sakura jikalau Mama ikut tur pergi denganku. Misalkan pekerjaanku jauh dan membutuhkan waktu lama.

Kebetulan saat Mama masuk rumah sakit Mbak Nyayu sedang pulang ke kampung halamannya jadi belum bisa mengurusi Sakura. Terpaksa dengan Mbak Nana dulu. Dan tepat di hari aku sudah mulai kerja Mbak Nyayu ikut pulang kembali ke Cibubur. Beliau juga membantu mama untuk mengurusi pekerjaan rumah. Bisa dibilang tinggal di rumah.

Apes banget sih, pakai acara ngambek pula malam kemarin. Lelah, untung dengan segala upaya yang ku kerahkan akhirnya Sakura mau dibujuk dan mau mengerti.

Spontan tanganku terangkat menutup mata teringat momen aku dipeluk Mas Rio.

Yuki. Beneran lo minta dipeluk sama Rio? Hal yang tak pernah aku bayangkan. Sedekat ini dengannya.

Yah. Biasalah....

Suara pamitnya Mbak Nana membuyarkan pikiranku. Akhirnya aku hanya bisa menghela napas, membuka mata dan otakku kini sudah kembali berpijak di bumi.

Aku bergegas berdiri di sebelah brankar Mama.

"Baikan Ma?" tanyaku memandang mama. Nggak enak lihat ibuku sakit begini. Pinginnya beliau sehat terus. Ada gurat sedih pasti tapi, berusaha biasa saja. Tenang.

Terdengar suara salam di telinga. Benar tebakanku ada yang datang yakni Dokter gagah perkasa ini dengan perawat cantik di sebelahnya.

Aku tersenyum sambil melotot kaget melihat Mas Rio muncul dan dirinya langsung masuk. Untung aja ini ruangan bebas jam besuk. Kapan saja orang boleh besuk.

"Bagaimana Buk, rasanya?" tanya Dokter berwajah arab ini ramah. Dokter mulai memasang stetoskop dan melihat kondisi mama.

"Udah enakan Dok," ujar Mama apa adanya.

"Syukur ya. Kalo sudah sehat betul baru bisa pulang."

Aku melihat dokter.

"Ya sudah. Yang jaga jangan lupa jaga kesehatan juga."

Kamu yang Ku TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang