Bagian Tujuh Belas

286 47 27
                                    

Happy Reading
Thank you All

Kusuka dirinya
Mungkin aku sayang.
Namun, apakah mungkin
Kau menjadi milikku?
Kau pernah menjadi
Menjadi miliknya
Namun, salahlah aku
Bilaku pendam rasa ini?

Vierra - Rasa Ini ~

__________________🖤__________________

Yuki

Mas Rio sering kali datang ke rumah sakit. Aku sih, senang-senang saja karena ada yang menemani. Hatiku tak tenang kalau ada keluarga yang sengaja membuat suatu pertanyaan dan pernyataan yang aneh-aneh dengan cowok itu. Sungguh membuat risih. Tak enak hati jadinya.

"Maaf ya Mas, perkataan Uwak tadi."

"Nope." Kulihat tingkahnya agak salting karena kalau udah main garuk-garuk tengkuk ketahuan banget."Ki kalau beneran gimana?"

"Hah? Beneran apa?" Serius aku nggak ngerti apa maksud pertanyaan terakhirnya.

"Boleh jujur?" katanya yang entah kenapa membuat jantungku mulai memompakan darah dengan kecepatan yang buat kakiku tak sanggup menopang tubuh.

"Nggak boleh!" kataku nyengir. Aku mengangguk pelan dan ragu.

"Kalau Mas beneran...."

Suara getaran ponsel yang ada digenggamanku mengganggu keterkejutanku-mengusik hati dan otakku yang sedang berkonsentrasi ingin mendengar kalimat yang akan disampaikan cowok ganteng dihadapanku ini.

"Hah?" Sontak aku kaget setengah mampus.

Ariel Tatum nama yang terpampang jelas di layar. Ada apa cewek ini meneleponku.

"Ki, hari ini jadwal komunitas. Ikut nggak?" Todongnya langsung saja tanpa ada basa-basi.

"Wah iya, maaf Ril nggak bisa. Maaf banget, mungkin jadwal komunitas selanjutnya aja deh gue ikut." Nggak enak kalau mau pergi dalam keadaan jadwal berantakan ini. Banyak banget yang hubungi mama dari sejak ponselnya berada di tanganku. Jadwalku lagi gila-gilaan banget. Dua minggu pada re-schedule. Beberapa hari ini aku juga berusaha untuk menuntaskan jadwal yang ada. Tapi, batasnya hanya sore hari. Beberapa jam saja. Sengaja aku membatasi juga.

"Kenapa?"

"Nggak apa, Mama gue lagi sakit Ril."

"Oh ya ampun! GWS mama Twina. Kalau gue sempet hari ini besuk, ya."

"Eh, ya udah serah lo deh. Maaf kalau gue nggak ada."

"Ngomong mama lo sakit nggak bisa pergi. Kok masih pergi?"

Aku langsung shock dengan perkataan Ariel barusan. "Lo lihat jadwal gue Ril. Banyak banget yang belum gue lakuin. Mau nggak mau harus gue selesaiin sekarang."

"Iya sudah Yuk, jangan marah sayang. Sabarr ya, gue ngerti. Pelan-pelan hadapi dengan tenang ya."

Suara bujuk rayu Aril yang begitu lembut. Bibirku otomatis tersenyum terpaksa. Kuambil napas perlahan, hal yang baru kusadari mataku baru menatap manik lelaki pipi tirus ini. Ya ampun dia daritadi di sini dengerin semua perkataanku. Tak peduli sambungan telepon pun terputus.

"Mas tunggu dulu!" perintahku menyuruhnya menunggu di sini. Teringat jadwal kerjaku sudah tiba, aku harus segera pergi.

Aku masuk ke ruangan untuk mengambil tas dan kunci mobil. Kebetulan Uwak masih di sini dan beliau mau menemani mama. Reina sedang kuliah jadi dia nggak bisa stay lagi kebetulan kondisi mama pun sudah sangat baik.

Kamu yang Ku TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang