Bagian Dua Puluh Empat

694 44 33
                                    

Happy Reading
Makasih Canim (Panggilan sayang dari Bahasa Turki xixi Seru juga kalo aku ada panggilan buat pembaca yak xixi)

Makasih Canim yang udah nungguin. Maap ya lama, ternyata chapter ini  panjang.
Luv (Sayang semuanya, peluk jauh xixi)

🖤

____________

YUKI

**

"Namanya apa Ki?" tanya cowok manis ini. Seolah tak tahu makanan yang berasal dari kota Padang.

"Kerupuk Leak, enak ya, kayak makan sate."

Edzar mulai memasukkan ke dalam mulutnya kerupuk yang berisikan mie kuning dan disiram dengan kuah Sate Padang yang pedas dan penuh rasa Flavour.

Enak banget.

"Menarik! Enak tapi, agak pedes."

"Nggak tahan pedes ya?" Edzar kan lelaki Jawa barangkali dia tak suka pedas-pedas. Belum tahu soal makanan favorit dan hal yang disukainya. Rasanya tak perlu diketahui.

"Tahan, cuma nggak maniak," responnya memberitahu. Berbanding terbalik dengan aku yang sangat suka semua rasa.

"Sayang banget lo gak nyobain sate Padang dong?"

"Cobain lah, sayang udah di tempat asalnya ya kan, masa gak makan." Benar juga. Sayang dilewatkan, biasanya makanan khas sini pasti super enak. Edzar kebetulan tadi pagi pukul 10.00 WIB mendarat di kota rendang.

Asik banget cullinary.

"Gue tadi sama tim sekitar jam 2  makan sate Padang. Enak banget, Dzar."

"Gue juga otewe, apalagi yang terkenal ya di sini?" Edzar mulai mengeksplorasi."Kalo nggak salah deket sini ada Es durian yang rekomended."

Uwah durian.

Oh My God.

"Demi! Gue cari di internet dulu. Duh, favorit gue banget." Aku membuka ponsel dan mencari keyword cafe durian di Padang yang terkenal enak.

Ternyata namanya Es Durian Nan Lamo.

"Jadi lo syutingnya kapan?" tanya Edzar disela-sela aku membuka internet.

"Lusa, mau habisin waktu di kota keren ini. Besok kita mau ke Pantai yang ada Malin Kundangnya." Edzar seakan kecewa. Kenapa sih, emang dia mau ngikut apa.

"Makasih, udah mau ketemu. Gue ngerasa struggle buat ketemu. Tenang gak pa-pa. I know my positition. "

Kata-kata yang ia sampaikan, membuat hatiku terusik. Jahat sekali Yuki. Padahal sesungguhnya memang tak bisa dan selalu saja mendadak.
Sejak awal aku tak pernah berharap apapun, sejak awalpun aku sudah mendapatkan praduga bahwa timing yang kami miliki tidak pas.

Pasrahkan saja kepada pemilik waktu.

"Untung lo mau walau ada tim gue, kalau nggak mungkin nggak bisa juga karena awalnya gue juga nggak enak."

Edzar menyesap air kelapa muda. Dia menanyakan keberadaan timku, di ujung sebelah sana. Mereka semua masih asik sendiri. Menyadari banyak aktris lainnya menikmati suasana sore di taplau alias tepi laut.

"Gue ngerasa udah terlalu lama kayak nggak jelas, nggak ada progress hubungan kita. Ngerti kan, Ki. Maksud gue."

Aku akui semua salahku. Masa sih, cuma satu orang yang berusaha. Sedangkan satunya lempeng dan malah mikirin laki-laki lain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kamu yang Ku TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang