1. Introducing: Superior Team

11.1K 443 4
                                    

"Deva, tangkap!"

Hap! Deva menangkap bola operan dari Farhan. Dia lalu mendribble bola ke arah ring lawan dengan cepat. Pemain lawan berusaha merebut bola dari Deva, namun dia mengecoh lawannya dengan melakukan pivot dalam sekejap mata. Jarak antara dirinya dengan ring masih jauh, namun Deva melakukan tembakan three point, dan dengan mulus bola masuk ke dalam ring!

"Priiit! Time's up! The winner is XI-IPA 1!" seru Gerald selaku wasit pertandingan antara XI-IPA 1 dengan XI-IPS 5. Semua teman satu tim Deva langsung bersorak sambil ber-high five dengan Deva, begitu juga dengan penonton yang kebanyakan memang mendukung kelas Deva. Terlebih karena Deva lah pentolan di tim itu. Begitu Deva dan timnya mulai meninggalkan lapangan, banyak gadis-gadis yang mulai mengerubungi mereka, terlebih lagi Deva.

"Deva haus ya? Nih aku beliin minum."

"Sini Deva biar gue lap keringetnya."

"Kak Deva ini minuman aku, ambil aja."

"Aduh Kak Deva tambah ganteng deh kalo berkeringat!"

Dan semua itu hanya ditanggapi Deva dengan senyum.

Mereka lalu berjalan menuju ruang ganti dengan beriringan, mengabaikan keadaan sekitar. Karena mereka punya saat dimana gaya cool mereka keluar dan juga humble mereka keluar.

"Three point shot lo emang nggak ada tandingannya!" ujar Hexa sambil menepuk bahu Deva.

"Kalo lo nggak masukin bola, kita pasti kalah," sahut Alex.

"Gue nggak sabar mau liat mukanya Aziz. Pasti malu banget deh," ujar Farhan sambil terkekeh. "Udah sok nantangin kelas kita di depan anak-anak, eeh malah dia yang kalah."

Hexa dan Alex tertawa lebar. "Hahaha, mampus! Biarin aja tuh anak. Dia juga nggak ada kapoknya gangguin kita mulu. Tapi lumayan lah, tadi ada Pak Amran nontonin kita tanding tadi. Siapa tau dia milih kita buat wakilin sekolah pas turnamen bulan depan. Ya gak?"

"Waaah bener juga," ujar Farhan. "Semoga kita semua kepilih ya."

"Gue sih nggak berharap banget," ujar Alvi. "Bulan depan juga ada kontes fotografi gitu. Temanya pemandangan. Rencananya gue mau ngambil pemandangan Jakarta dari atas monas. Gimana menurut lo pada?"

Alvi memang penggemar berat fotografi. Belasan jenis kamera ada di rumahnya, dan dia dengan senang hati mau mengeluarkan uang berapapun demi menyalurkan hobinya itu. Dan hasil fotonya memang tidak main-main. Seakan-akan kau melihat wujud aslinya di depan mata.

"Pemandangan? Pemandangan doang? Nggak pakek alamnya?" tanya Farhan yang dibalas dengan anggukan Alvi.

"Yaudah lo foto aja pemandangan yang ada di depan lo. Kalo di depan lo ada toilet ya toilet, kalo ada jemuran yaa jemuran," ujar Deva cuek sambil membuka lokernya untuk mengambil handuk kecil.

Dan entah kenapa, perkataan Deva membuat ketiga temannya ngakak, kecuali Alvi yang sedang manyun.

"Hahaha, bener juga si Deva. Lo foto aja gih jemuran di rumah lo. Siapatau dibalik fotonya juga ada makna tersendiri, Vi!" ujar Hexa sambil berusaha meredakan tawanya.

"Sinting," dengus Alvi sambil menoyor kepala Hexa.

"Eh Dev, lo besok ada waktu nggak? Nongkrong yuk di Dunkin," ajak Alex.

One and Only (STOP PERMANEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang