18. Again

4.2K 230 2
                                    

Livi🐭: Nanti tungguin aku ya pas plg sklh. Aku mau tanding basket dulu. Tp kalo mau plg duluan gpp, biar aku dijemput  aja.

Deva tersenyum membaca pesan yang dikirim Livi. Sekarang jam satu, dan biasanya pertandingan basket yang diadakan di sekolah mereka seperti saat-saat begini dimulai jam setengah satu. Deva bangkit dan berpamitan kepada teman-temannya, lalu membeli sebotol minuman dan pergi ke lapangan. Guru yang mengajar sehabis istirahat tidak masuk hari ini, jadi Deva bisa bolos sesuka hatinya.

Sesampainya dia di lapangan, Deva duduk di bangku dan memperhatikan tim yang bermain. Dengan mudah dia menemukan Livi. Dia sedang men-dribble bola menuju ring lawan dengan semangat, terlihat nyata di wajahnya, bahkan lewat cara bermainnya saja Deva bisa melihatnya. Selain di rumah Livi, ini kedua kalinya Deva melihat secara langsung bagaimana kekasihnya itu bermain.

"Dia tambah cantik aja," gumam Deva sambil senyum-senyum sendiri. Matanya terus memperhatikan setiap pergerakan Livi. Dari dribble, caranya berlari, caranya mengoper bola ke ring, dan caranya men-shoot bola ke dalam ring.

Deva bertepuk tangan sambil berseru saat Livi mencetak poin. Karena suaranya yang besar, beberapa anak di lapangan menoleh ke arahnya, termasuk Livi. Livi tersenyum lebar dan melambai ke arah Deva, yang dibalas Deva dengan kiss bye ala anak-anak yang membuat Livi tertawa. Sebagian dari mereka yang melihat itu ada yang memekik tertahan karena menurut mereka itu romantis, sebagian merasa iri, dan sebagian tersenyum. Mereka menyadari, sejak Deva bersama Livi, banyak perubahan pada diri Deva menjadi lebih baik. Dan itu adalah hal yang bagus.

20 menit kemudian, pertandingan pun usai. Itu bertepatan dengan pergantian jam pelajaran selanjutnya. Livi mengambil tasnya yang terletak di sudut lapangan, lalu berlari mendekati Deva.

"Udah aku bilang jangan bolos-bolos lagi. Kenapa masih bolos juga?" tanya Livi dengan kening mengkerut tidak suka.

"Nemenin pacarnya latihan apa salahnya," jawab Deva sambil mencubit pipi Livi, membuat Livi mengaduh. "Nih, diminum."

"Ah perhatiannya," ujar Livi sambil balas mencubit sebelah pipi Deva gemas. Dia lalu meneguknya sampai tinggal setengah, lalu duduk di sebelah Deva.

"Ini kan hari Selasa. Kenapa latihan?" tanya Deva.

"Aku gaktau juga. Tapi aku denger-denger katanya sekolah lagi cari kapten tim basket putri yang baru. Kamu perhatiin gak daritadi kalo yang main itu cuman anak kelas 11? Mereka mau ngambil kapten tim dari kelas 11, makanya ada Pak Tanto tadi."

"Oya? Berarti kamu salah satu kandidatnya dong? Dan oh, aku tau! Kamu yang bakal kepilih nanti! Dan kita akan bersanding menjadi pasangan sesama kapten tim basket. Dan makin banyak orang yang bilang kalo kita cocok. Dan dan ...," perkataan Deva terpotong karena Livi menutup mulutnya, lalu tertawa.

"Hahaha, udah ih. Gak usah lebay gitu. Iya iya, aku tau kok pacar aku memang kapten basket paling diidolakan sepanjang sejarah Khatulistiwa."

"Tuh kan! Bahkan pacar aku sendiri mengakuinya. Ah kamu emang yang paling gemesin sedunia, Beb," ujar Deva sambil mencubit pipi Livi gemas.

"Isss Deva, geli tau dipanggil kayak gitu," gerutu Livi. Deva makin terkekeh. "Kalo dipanggil Sayang? Babe? Honey? Sweety? Sweetheart? Ooooh, atau Mama?!"

Livi menabok pelan bahu Deva karena mendengar perkataannya yang terakhir tadi. "Najis, sumpah."

Deva terkekeh sampai wajahnya memerah. Setengah mati dia berusaha meredakan tawanya.

"Kamu mau ganti baju kan? Yaudah, aku antar sampe ruang ganti ya. Terus aku tunggu di luar. Nanti kita ke kelas sama-sama buat ngambil tas, terus pulang. Oke?"

One and Only (STOP PERMANEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang