24. Suddenly Happened

3.2K 196 4
                                    

"Jadi kesimpulannya, lo berantem nih sama Deva?" tanya Amira sambil mengunyah kacang.

"Daritadi dia udah cerita, lo gak ngudeng Mir?" tanya Tara sambil menggetok kepala Amira pelan. Amira meringis.

"Yaa gue kan cuman memastikan," jawab Amira ngeles. Tara hanya memutar bola matanya.

"Deva gakmau denger penjelasan lo tapi masih nge-chat lo?" tanya Alika.

Livi mengangguk. "Iya. Dia gak mau dengerin penjelasan gue. Tapi dia selalu nanya udah makan atau belom terus dia suruh gue bangun pagi. Terus dia ingetin gue buat hati-hati pas bawa mobil. Dia tuh kayak marah tapi gak bisa gitu sama gue. Ah tau lah, gue binguuuuung!!"

Alika, Tara, Amira, dan Dhira hanya memandangi Livi sambil menaikkan sebelah alis, lalu saling pandang.

"Jarang-jarang lo kayak gini, Liv," ujar Tara. "Bahkan waktu lo masih pacaran sama si kunyuk kaki tiga itu juga lo gak gini-gini amat."

"Bagus dong!" sentak Livi. "Berarti gue emang cinta kan sama Deva? Tapi Devanya gakmau percaya, dan gue jadi stress gimana mau jelasinnya."

Livi benar-benar mirip orang frustasi. Dia menempelkan pipinya di meja lalu memukul-mukulkannya pelan. "Gue bener-bener galau kesel patah hati dan sedih."

"Gue kira Deva doang yang berubah. Ternyata lo juga," ujar Dhira sambil geleng-geleng. "Berubah jadi lebih gila."

Livi mendengus sambil melirik ke arah Dhira, sedangkan Dhira terkekeh.

"Namanya gue sayang. Namanya gue cinta. Biasanya kalo kita  berantem juga gak lama-lama. Tapi ini udah 2 hari guys, dua hari!"

"Yaudah sabar aja sih Liv. Kalo udah 3 hari kan Devanya yang dosa," celetuk Amira polos.

"Bego lo Mir," ujar Tara sambil menoyor kepala Amira dan tergelak, begitu juga dengan Alika dan Dhira. "Tapi bener juga sih."

"Okelah, Deva emang marah. Wajar sih Deva kayak gitu. Kalo gue jadi dia gue juga bakalan marah. Tapi lo udah coba tanya ke Aziz?" tanya Alika.

"Udah! Gue datengin kelasnya tepat pas gue dateng ke sekolah kemarin. Gue datengin terus kelasnya tapi dia gak dateng. Gak tau deh hari ini dateng atau nggak. Terus udah gue terorin sosmed dia tapi gak direspon sama sekali. Kayaknya dia emang sengaja deh supaya gue berantem sama Deva terus ujung-ujungnya putus. EH JANGAN SAMPE DONG KALO GUE PUTUS. Duh amit-amit gue putuuus, amit-amit!!"

"Buset dah Liv. Kok lo rempongnya jadi sama kayak Amira sih," ujar Tara sambil geleng-geleng kepala. "Ini bukan masalah besar, oke? Calm down. Kita bakal mikirin cara lain supaya Deva mau dengerin dan percaya sama kata-kata lo, oke?"

Livi hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dengan memberengut seperti anak kecil. Sudah 2 hari juga, Deva dan Livi saling diam. Tapi diam-diam juga mereka saling memandangi satu sama lain. Begitu Deva keluar kelas, biasanya Livi langsung bergalau lagi, seperti sekarang ini.

"Sekarang kita ke kantin, oke?" ujar Dhira sambil menarik tangan Livi untuk bangkit dari kursinya. "Gue yang traktir."

"Waah, sumpeh lu Dhir?" tanya Amira dengan mata berbinar. "Kalo gitu ayo, kita ke kantin!"

Amira dan Dhira berdiri di samping kiri-kanan Livi dan merangkulnya menuju kantin. Tara langsung merapat pada Alika yang berdiri di belakang mereka.

"Gue yakin ada yang gak beres disini," ujar Tara.

Alika mengangguk setuju. "Aziz kayaknya nggak cuman mau ngerusak hubungan Deva-Livi. Kayaknya dia juga mau melakukan semacam balas dendam ke Deva."

One and Only (STOP PERMANEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang