"DEVA PUTRA ABYASA, KAMU TELAT LAGI?!" seru Pak Jon, guru BK di Khatulistiwa.
Deva cuman nyengir. "Tadi ban motor saya bocor pak. Jadinya saya tambal dulu deh. Untung ada yang udah buka. Kalo nggak saya bisa nggak sekolah."
"Tapi kamu udah telat 15 menit, mending gak usah sekolah aja sekalian!" dengus Pak Jon.
"Ooh jadi bapak nyuruh saya nggak sekolah? Yaudah deh saya balik aja pulang," ujar Deva polos sambil berbalik badan.
"EEEHH BUKAN GITU MAKSUD SAYA," seru Pak Jon tiba-tiba. Deva memutar balik badannya sambil menaikkan kedua alisnya. Pak Jon menghela napas. "Yaudah, sana masuk ke kelas. Nanti kamu nggak boleh istirahat pertama. Bantuin saya rapiin berkas di kantor guru!"
"Itu doang pak? Nggak bersiin lapangan atau berdiri dekat tiang bendera gitu?"
"Kamu mau? Yaudah kalo gitu ...,"
"IYA PAK NANTI SAYA KE KANTOR GURU," potong Deva cepat. "Yaudah saya ke kelas dulu ya pak. Daaah, pak!"
Pak Jon hanya menggelengkan kepala melihat tingkah muridnya.
Deva berjalan dengan santai menuju kelasnya. Dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam kantong celana, dia memperhatikan deretan kelas 10 yang sudah mulai belajar. Kadang dia mengetuk pintu atau jendela kelas, kadang membuka pintunya sedikit lalu cepat-cepat lari. Begitu sudah dekat dengan kelasnya, dia langsung membuka pintu dan nyengir lebar ke arah guru yang mengajar.
"Selamat pagi Ma'am. Apa hukuman saya hari ini?" tanyanya sopan. Terdengar kekehan tertahan dari teman-temannya yang duduk dekat jendela. Pertanyaannya memang tidak sopan, tapi terdengar lucu jika diucapkan seperti itu.
"Deva Putra Abyasa," ujar Ma'am Tini sambil mendesah panjang. "Saya kehabisan akal buat ngasih hukuman ke kamu. Gimana kalau kamu saya suruh jadi asisten saya selama sebulan?"
Mata Deva melebar mendengar perkataan gurunya. "Waah, Ma'am serius? Asyiik, jadi saya nggak belajar dong?"
"Kamu enggak belajar," ujar Ma'am Tini. "Tapi kamu nggak dapat nilai apa-apa selama sebulan jadi asisten saya."
Deva merengut dan membuat teman-temannya mulai mengeluarkan tawa. "Mending Ma'am nyuruh saya rapiin meja kantor atau nyapu halaman deh. Saya masih mau belajar."
"Kalo kamu mau belajar kenapa datang telat terus?!" tanya Ma'am Tini kesal. "Sudah sana, duduk di bangkumu!"
Deva hanya nyengir lebar sambil berjalan menuju tempat duduknya.
"Udah setengah jam, Man. Lo abis gangguin kelas lagi?" tanya Alex dari belakang.
"Yoi," jawab Deva sambil mengeluarkan bukunya. "Eh belajar apasih?"
"Grammar," jawab Alvi. "Gampang kok. Lo tutup mata aja bisa ngerjain soalnya, nggak usah pake belajar lagi."
"Yaudah deh, gue tidur aja," ujar Deva sambil menguap. "Gue tadi malem nonton sampe jam 1."
"Nonton bokep lo? Ih nggak ngajak!" gerutu Hexa yang duduk di depan.
"Kuping lo panjang banget kayak idung gajah," ujar Deva sambil menoyor jidat Hexa. Hexa hanya cengengesan sambil memutar badannya ke depan. Sedangkan Deva sedang bersiap-siap untuk tidur.
"Vi, sembunyiin gue ya."
"Oke," jawab Alvi sambil meletakkan tasnya di atas meja untuk menutupi Deva yang duduk di sudut. Dengan tenang, Deva menaruh kepalanya di atas tangan dan mulai tidur nyenyak.
***
"Jumat depan gue diajak ke Jogja sama bokap," ujar Alex sambil mencomot kentang goreng Farhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
One and Only (STOP PERMANEN)
Teen Fiction[STOP PERMANEN] #76 in TeenFiction (January 5th 2017) ••• Deva adalah tipikal cowok yang biasa kamu jumpai. Ganteng, pintar, jago olahraga, tapi sayang dia playboy dan juga badboy. Dan biasanya, tipe cowok yang seperti ini malah banyak digandrungi o...