Over and Over Again-Nathan Sykes ft. Ariana Grande
---
"Lo pokoknya harus nonton film itu, Vi. Itu film yang kereeen banget!" ujar Deva bersemangat.
Alvi hanya menganggukkan kepalanya sambil meminum Frappuccino-nya. "Jadi dimana gue bisa dapat filmnya?"
"Nanti gue pinjemin," jawab Deva sambil meneguk Cappuccino-nya. "Pokoknya lo harus nonton! Oooh atau lo nontonnya di rumah gue aja. Kita sleepover! Gimana?"
"Hmmm boleh aja. Gue jugaudah lama nggak nginap di rumah lo," ujar Alvi.
"Yes! Kalo gitu malam ini ya."
***
"Sooo, how's the movie?" tanya Deva.
Tadi malam Alvi menginap di rumah Deva dan mereka menonton film yang menurut Deva 'keren'. Biasanya selera Deva memang bagus, tapi untu kali ini Alvi benar-benar tidak menyetujuinya.
"Lo lagi kesambet atau sengaja ngerjain gue?" tanya Alvi. Deva berusaha menahan tawanya melihat ekspresi Alvi. Alvi mendesah. Dia tahu pasti Deva mengerjainya. Deva yang melihatnya tertawa lebar-lebar.
"Hahahaha! Aduh Vi, gue kira lo nggak takut lagi nonton film kayak gitu," ujar Deva sambil terbahak. Alvi mendengus sambil menjitak kepala Deva.
Tadi malam mereka menonton film Orphan. Awalnya Alvi menikmati film itu, tapi begitu di bagian konflik dan endingnya, dia benar-benar ingin membunuh Deva saat itu juga.
"Dev, udah dong ketawanya. Gue malu." Perkataan Alvi malah makin membuat Deva tertawa makin keras, padahal mereka saat ini ada di supermarket. Tawa Deva jelas mengundang beberapa pengunjung melirik ke arah mereka.
Tiba-tiba ponsel Deva bergetar. Deva mengerutkan kening karena dia tidak mengenali siapa yang menelponnya. Karena penasaran, dia pun mengangkatnya.
"Halo?"
"Ini Deva kan?" suara seorang perempuan terdengar di telinga Deva.
"Iya, ini siapa?"
"Gue Alika, temennya Livi."
Mendengar nama Livi disebut, Deva langsung menegang. Alvi menaikkan alisnya melihat reaksi Deva.
"Ooo, kenapa?" tanya Deva.
"Emmm ... gue sama temen-temen gue bisa nggak diajarin main basket sama lo? Soalnya kita ditantang main basket nih," pinta Alika.
"Main basket? Waaah siapa yang nantang? Gue boleh ikut nggak?"
"Yang nantang cewek. Pokoknya lo bisa nggak ngajarin kita? Nggak semua dari kita bisa basket, nih."
"Hmmm boleh aja. Dimana?"
"Rumah Livi."
Deva tersenyum miring begitu Alika menyebut rumah Livi. "Oke, kirim alamatnya ya. Gue kesana sekarang."
"Oke, makasih Deva."
"Dari siapa? Kenapa muka lo kayak gitu?" tanya Alvi.
"Muka gue kenapa emang?" tanya Deva.
"Kayak abis ngerencanain rencana licik, dicampur sama wajah berbunga-bunga," jawab Alvi.
"Emang ada ya ekspresi kayak gitu?"
"Ya adalah. Contohnya muka lo sekarang."
Deva nyengir-nyengir tidak jelas. "Tadi tuh yang nelpon si Alika ...,"
KAMU SEDANG MEMBACA
One and Only (STOP PERMANEN)
Teen Fiction[STOP PERMANEN] #76 in TeenFiction (January 5th 2017) ••• Deva adalah tipikal cowok yang biasa kamu jumpai. Ganteng, pintar, jago olahraga, tapi sayang dia playboy dan juga badboy. Dan biasanya, tipe cowok yang seperti ini malah banyak digandrungi o...