Seminggu yang lalu...
Dua hari sebelum kedatangannya di Midland..."Ne, Saka... apa kau benar benar ingin mencoba untuk menjadi seorang ahli herbal?" Dengan malas Lumia melayang layang di sekitar Saka sementara lelaki temannya itu sibuk mencari cari dedaunan yang sepertinya langka.
Saka mengangguk. Tapi ia tidak melanjutkan pertanyaan itu dengan jawaban.
"Bolehkah aku menanyakan alasannya?" Tanya Lumia lagi beberapa saat kemudian.
Saka berdiri tegak dan sejenak melupakan pencariannya. Lelaki itu menatap Lumia dengan tatapan aneh. Antara kesal dan maklum.
"Karena tanaman herbal biasanya dijual dengan harga mahal. Dan obat obatan herbal lebih mahal lagi."
"Itu jika kau bisa mengolahnya... pertanyaannya, apa kau bisa?" Lumia tidak puas.
Saka tersenyum sinis. "Kau meremehkanku?"
Lumia terdiam dan mendecakkan lidah begitu Saka berjalan pergi meninggalkannya di belakang dan tidak bisa menjawab.
Beberapa menit selanjutnya dilewati oleh Saka dan Lumia untuk mencari cari tanaman herbal. Karena Lumia tidak mengetahui apa yang sedang dicari oleh Saka, maka ia hanya berpura pura mencari sambil bersenandung ringan.
Di sisi lain, Saka dengan kecepatan tinggi mendapat banyak sekali daun daun yang beraneka ragam. Bahkan ia tidak ragu melompat ke atas pohon untuk mendapatkannya.
Berjam jam sudah mereka berdua menyusuri hutan tanpa tahu tujuan. Dan tanaman yang ada di kantung kulit belian Saka di kota terdekat makin penuh.
Hingga satu titik dimana langit sudah mulai gelap dan Saka terlalu malas untuk berbuat sesuatu, maka mereka berdua menurunkan barang bawaan mereka di gua terdekat.
"Gua ini tidak buruk juga..."
Itu adalah komentar dari Lumia begitu mereka memasuki gua tersebut. Dan komentar itu bukannya tidak beralasan. Karena, meski ukurannya relatif kecil, gua itu cukup bagus dan tidak begitu berbatu. Dan dindingnya terbentuk dari erosi bebatuan metamorf yang menyatu. Membuat lubang lubang yang harus diwaspadai berkurang drastis.
Namun, pendapat Saka sedikit berbeda. Lelaki itu berpikiran lain. Setidaknya ia mengubahnya setelah melihat isi gua.
"Lumia... apa kau tahu gua apa ini?"
Gadis terbang itu menggeleng. "Tidak tahu. Memangnya kenapa?" Ucapnya.
"Kalau begitu, sepertinya kita akan kelelahan setelah ini." Ucap Saka sebelum melangkahkan kakinya untu menyusuri gua.
Lumia yang tidak begitu mengerti tentang apa yang diucapkan oleh Saka tadi hanya bisa menatap Saka dengan tatapan heran dan mengikutinya dari belakang. Karena gua makin menyempit, Lumia tidak lagi terbang.
Setelah dua puluh menit, mereka tidak menemukan apa apa. Hanya terowongan lagi dan lagi. Bahkan mereka tidak menemukan adanya jalan buntu meski mereka menemukan adanya jalur bercabang si gua itu.
"Desainnya unik." Komentar Saka.
Lumia langsung bereaksi karena komentar merupakan salah satu ucapan yang sangat jarang dikeluarkan oleh Saka.
"Tidak seperti biasanya kau mengomentari sesuatu selain komentar buruk." Ucap Lumia sinis.
Saka hanya diam. Lelaki itu melanjutkan jalannya dengan penuh fokus. Entah apa yang membuatnya tertarik... tapi Lumia tidak punya pilihan lain selain mengikuti laki laki itu. Ia bahkan sampai melupakan jalan jalan yang mereka ambil.
Perjalanan mereka terhenti di sebuah bagian gua yang cukup luas. Di tengah tengah bagian tersebut, sebuah bunga yang tertanam mencurigakan mencuat dari tanah kering di bawahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora's 7 Trials
Fantasía<<Banyak typo terutama di chapter awal (1-5)>> Life is never flat... Sebuah premis yang memiliki banyak arti. Namun, apapun artinya, pasti menjurus pada satu hal yang sama. Hidup itu indah. Tidak perlu duduk berlama lama di depan televis...