"HEAAA!!!"
Dengan kecepatan yang tidak bisa dianggap enteng, Lia menerjang dengan pisau menghadap ke arah wanita pendek yang ada di hadapannya.
Sebagai lawannya, Sakuraba tidak menunjukkan adanya hawa membunuh sama sekali. Dia hanya mengelak seadanya dan tidak membalas serangan sang gadis baru.
"Ayolah... aku tahu kau bisa lebih baik daripada itu!" Ucap Sakuraba dengan nada yang tidak sopan untuk ditujukan kepada seorang putri. Ia tidak tahu fakta itu tentunya.
Seakan tersindir, Lia menyerang dengan lebih giat. Ia menggunakan pisau yang ada di tangan kirinya untuk menusuk Sakuraba di arah perut. Sakuraba menggunakan pisaunya untuk menangkisnya sedikit.
Tapi Lia belum selesai. Gadis itu tersenyum iblis melihat Sakuraba menangkis pisaunya ke arah dalam. Lia berputar, dan menggunakan pisau yang ada di tangan kanannya untuk menebas kepala Sakuraba.
Meski begitu, kecepatan Sakuraba masihlah jauh di atas Lia. Sakuraba menunduk dengan santai. Menghasilkan Lia yang kehilangan keseimbangan. Dan dengan sedikit sentakan dari Sakuraba di belakang lututnya, gadis itu terjerembab di tanah.
Untuk mengakhiri perlawanan, Sakuraba menodong leher Lia dengan pisau di tangan kirinya.
Merasa tidak akan menang, Lia menjatuhkan kedua pisaunya dan mengangkat tangannya.
"Aku menyerah... masih terlalu cepat seribu tahun bagiku untuk menantangmu beradu pisau." Ucap Lia.
Sakuraba tersenyum dan menarik todongan pisaunya. Gadis itu mengulurkan tangannya ke arah Lia. Dan Lia menyambutnya. Dengan satu tarikan, Sakuraba menarik Lia sampai berdiri.
"Aku tidak menyangka kalau kau memiliki dasar permainan pisau yang hebat, Lia. Kurasa kita akan bisa akrab dengan cepat." Ucap Sakuraba.
"Tidak juga... kau masihlah lebih baik dariku. Aku masih butuh banyak belajar."
"Aku setuju... aku tidak keberatan untuk mengajarimu memainkan pisau." Ucap Sakuraba.
"Benarkah?" Lia menatap Sakuraba yang lebih pendek darinya dengan tatapan seakan anak kecil yang menginginkan permen.
Sakuraba mengangguk. Dan Lia langsung memeluk gadis loli tersebut.
Setelah Lia ikut dengan Saka, gadis itu sudah secara resmi menjadi anggota Bloody Rose. Saka tidak memberitahu yang lainnya mengenai siapa Lia sebenarnya. Karena ia beranggapan kalau hal tersebut akan berujung pada konflik. Dan sepertinya Lia juga tidak keberatan untuk dianggap sebagai orang awam.
Suara dentingan yang tidak asing lagi terdengar di telinga dua orang gadis yang sedang bertarung satu dengan yang lainnya. Satu diantara mereka memasang wajah yang begitu senang sedangkan yang satunya lagi memasang wajah yang tidak senang.
"Yay! Waktunya makan!" Ucap Sakuraba dengan wajah yang senang.
Lia hanya bisa menunduk mengingat waktu latihannya telah berakhir.
Tetapi, mau tidak mau, jadwal adalah jadwal. Mereka menghentikan latihan mereka dan langsung menuju ruang makan yang terletak di bagian depan rumah besar milik Bloody Rose.
Begitu Sakuraba dan Lia sampai di ruangan tersebut, sudah ada dua orang yang menunggu mereka. Yang satu adalah seorang lelaki tinggi dengan wajah bagaikan artis, dia sedang membaca sebuah buku yang tertulis dengan bahasa aneh yang tidak seorang pun diantara mereka yang mengerti. Sedangkan yang satunya lagi adalah seorang gadis dengan tinggi normal yang sedang menyisir rambutnya yang tergerai indah.
"Apa kami terlambat?" Tanya Sakuraba sambil memposisikan dirinya di kursi sebelah Lumia.
"Makanan belum dihidangkan. Kurasa tidak..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora's 7 Trials
Fantasy<<Banyak typo terutama di chapter awal (1-5)>> Life is never flat... Sebuah premis yang memiliki banyak arti. Namun, apapun artinya, pasti menjurus pada satu hal yang sama. Hidup itu indah. Tidak perlu duduk berlama lama di depan televis...