"Kau siap?" Ivan bertanya pada Saki yang tengah memasang sebuah pelindung tangan berbahan kulit.
"Tentu..."
Ivan meringis. "Jangan memaksakan diri. Lawanmu lima orang."
"Ara... Kau mengkhawatirkanku?"
"Tentu saja, bodoh... Kau sahabatku." ucap Ivan. Ia jujur... Meski ia sendiri bingung kenapa ia tiba-tiba saja mengucapkan hal itu. Dalam kondisi biasa, ia tidak perlu mengkhawatirkan Saka.
Saki tertawa. "Terima kasih... Tapi aku tidak berniat kalah." Ucap Saki.
Dengan tangannya yang terbungkus pelindung tangan dari logam adamantine, Ivan memegang bahu Saki.
"Aku percaya kau tidak akan kalah. Tapi sebaiknya kau tidak menggunakan seluruh kemampuanmu."
"Memangnya kau tahu seluruh kemampuanku?" Tanya Saki sambil memberikan senyum sinis.
"Tidak... Tapi aku tahu kalau setengah kemampuanmu bisa mengalahkan mereka. Jadi, jangan keluarkan seluruhnya."
Saki tertawa. "Tenang saja... Aku hanya akan menggunakan itu jika aku melihat kemungkinan kalah. Dan... Itu sangat jarang terjadi."
"Sudahlah... Aku merasa sia-sia mengkhawatirkanmu."
Dengan tarikan terakhir, Saki memperkuat ikatan pelindung tangannya. Setelahnya, ia memeriksa kimono ungu yang dikenakannya. Semuanya sempurna. Ivan sempat tidak menyetujui idenya untuk menggunakan kimono... Tapi Saki bersikeras menggunakannya atas alasan mode dan ikon. Sebagai pelengkap, kipas perang tersampirkan di hori bagian kanan nya. Juga sebuah pedang pendek milik Niki tersampirkan di sisi pinggangnya yang satunya.
"Sekarang, duduk manis dan tonton aku mengajar mereka..." ucap Saki sebelum ia beranjak keluar dari ruang persiapan menuju arena.
*****
"Umm... Hoaeemmm..."
Neif menguap lebar begitu ia terbangun karena cahaya matahari yang merembes lewat celah di gordennya.
Butuh beberapa menit baginya untuk bisa sadar dimana ia sekarang. Yang ia ingat hanyalah, semalam ia tidur di kamar Saki. Seharusnya gadis itu ada bersamanya sekarang. Tapi ia tidak menemukannya.
"Saki?"
Ia turun dari tempat tidurnya dan mencari. Ia bahkan tidak menyulitkan dirinya dengan mengganti gaun tidurnya. Ia masih mengenakan kimono putih tipis pemberian Saki itu.
Ruang makan, ruang depan, teras, balkon, bahkan kamar mandi pun sudah diperiksa olehnya. Tapi Neif tetap tidak bisa menemukan keberadaan Saki. Ia pun menyimpulkan kalau Saki tidak ada di asrama.
Neif melangkahkan kakinya ke luar asrama. Begitu ia keluar, ia langsung bertemu dengan Niki di sana.
"Ah... Neif... Sudah bangun?"
"Kamu... Teman Saki dari Nesoindia..."
"Yup... Namaku Nikola Hartawana. Kau bisa memanggilku Niki saja."
"Apa kamu melihat Saki?"
"Saki?"
Neif mengangguk membenarkan klarifikasi Niki.
"Kau belum tahu?"
"?" Neif menggelengkan kepalanya tanda ia tidak tahu.
"Dia ada di arena sekarang."
"Arena!? Untuk apa!?"
"Kau tidak tahu? Aku pikir Saki sudah memberitahumu..."
Apa lagi ini!? Neif tidak mengetahui apa apa. Jangankan tentang Saki. Ia bahkan tidak menemukan keberadaan Drei dan Nina di asrama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora's 7 Trials
Fantastik<<Banyak typo terutama di chapter awal (1-5)>> Life is never flat... Sebuah premis yang memiliki banyak arti. Namun, apapun artinya, pasti menjurus pada satu hal yang sama. Hidup itu indah. Tidak perlu duduk berlama lama di depan televis...