*TANGG*
Untuk yang kesekian kalinya, serangan Nina berhasil dihalau oleh Saki dengan menggunakan kipasnya.
Nina langsung menghentak kakinya untuk menerjang satu kali lagi. Namun ia terpeleset setelahnya.
"Aduh!"
Saki melipat kembali kipasnya dan kembali menyematkannya di pinggangnya. Gadis itu mendekati Nina yang sudah terjatuh dan menyodorkan tangannya.
"Terima kasih." Nina menggerakkan tangannya untuk menarik tangan Saki.
Tapi, Nina kembali terjerembab karena Saki langsung menyelipkan tanagnnya dan menariknya dari genggaman Nina. Membuat gadis itu kehilangan pegangan.
"Aduh duh..." Nina merutuk. "Saki! Kau jahat!" Ucapnya dengan pipi digembungkan tanda kesal.
Neif yang sedang menonton mereka berdua tertawa. Ia tidak pernah berpikir kalau Saki juga bisa bercanda.
Kali ini, Saki memegang lengan Nina dan membantunya berdiri. Dari posisinya sekarang, Saki sudah bisa menyadari seberapa lelah Nina. Gadis itu sudah berkeringat sangat banyak. Sepertinya ia terjatuh karena terpeleset keringatnya sendiri.
"Terima kasih banyak, Saki..."
Saki hanya tersenyum singkat. Setelahnya, gadis itu membopong Nina ke kursi panjang di dekat situ.
"Kamu memang hebat, Saki... kamu berhasil menangkis 189 serangan Nina tanpa gagal!" Neif langsung menyoraki Saki begitu ia menghampiri mereka dan duduk di sebelah Saki.
"Tidak juga..." jawab Saki rendah hati.
"Kamu merendah... kecepatan Nina itu mungkin lebih cepat dariku..." ucap Neif. "Jadi, kalau Nina tidak bisa mengalahkanmu, maka aku juga tidak akan bisa."
"Kau juga merendah..." ucap Saki.
"Merendah?"
"Kecepatanmu dan kecepatan Nina itu sama saja. Perbedaannya hanya ada di prinsip akselerasinya saja." Jelas Saki.
"Memang perbedaan prinsip akselerasi yang dimaksud itu seperti apa?" Neif belum puas.
"Kecepatanmu memang berasal dari kecepatan gerak tubuhmu yang alami. Sedangkan aku menggunakan kemampuan yang mirip dengan teleportasi." Nina angkat suara.
"Maksudmu?"
"Syarat untukku bisa bergerak dengan kecepatan tinggi ke sebuah tempat adalah penandaku, bukan!?"
Neif mengangguk.
"Yang sebenarnya aku lakukan adalah, aku berpindah ke dimensi buatanku yang memiliki relativitas waktu yang jauh dibawah dimensi normal. Membuat satu jam di sana hanya serasa satu detik di sini. Gunanya aku menandai tempat tujuanku adalah, agar di saat aku bisa bergerak dengan relativitas jauh lebih rendah, aku langsung bisa kembali ke tempat yang sudah ditujukan."
Neif masih memasang wajah tidak mengerti akan apa yang sedang dikatakan oleh Nina.
"Misalkan..."
Nina melempar sebuah kunainya hingga menancap di sebuah tembok yang berlawanan sisi dengan tempat mereka sekarang berada.
"Jika aku berlari ke sana, maka aku akan membutuhkan waktu sekitar 4 detik untuk sampai. Tapi, aku tidak langsung berlari di dalam dimensi ini. Melainkan berpindah ke dimensiku sendiri, dan kembali ke dimensi ini tepat di tempat yang sudah kutandai."
Setelah Nina mengucapkannya, ia langsung melaksanakan aksinya. Dan benar saja... dalam sepersekian detik setelahnya, ia sudah berada di sudut lain ruangan tempat ia melemparkan kunainya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora's 7 Trials
Fantasy<<Banyak typo terutama di chapter awal (1-5)>> Life is never flat... Sebuah premis yang memiliki banyak arti. Namun, apapun artinya, pasti menjurus pada satu hal yang sama. Hidup itu indah. Tidak perlu duduk berlama lama di depan televis...