Pertandingan di hari selanjutnya di tiadakan... Nina dan kedua teman satu kelasnya hanya bisa berdiam diri di asrama mereka dan menunggu pengumuman. Tidak ada satupun dari mereka yang sudah melihat Saki ataupun Lucia hari ini. Keduanya tidak bisa ditemui setelah kembali dari pertandingan kemarin.
Di dalam hati, Nina merengut. Pertandingan kemarin adalah kemenangan mereka yang kedua. Tetapi tidak bisa dipungkiri lagi kalau Lucia menggunakan jurus dengan tingkat yang cukup tinggi. Sudah sampai tingkat yang (mungkin) tidak diperbolehkan untuk digunakan dalam pertandingan. Alasan kekosongan hari ini mungkin saja panitia kesulitan untuk menentukan keputusan apakah mereka lanjut atau tidak.
Di sisi lain otaknya, Nina kembali teringat akan jurus yang digunakan oleh Lucia kemarin.
Lucia boleh jadi merupakan guru dari Nina. Dan Nina sudah belajar banyak dari gurunya itu selama beberapa hari pelatihan khususnya. Tapi, ia sadar kalau levelnya dibandingkan dengan Lucia masih sangat jauh.
Jurus yang digunakan oleh Saizou Kirigakure kemarin adalah sebuah jurus yang menempati salah satu tingkatan tertinggi di hierarki jurus seorang ninja sepertinya. Dan Saki juga bisa menggunakannya. Tidak hanya itu... Lucia terlihat ketakutan dengan tatapan terakhir dari Saki. Dan seperti dipaksa, Lucia menggunakan entah kemampuan apa untuk bisa membuat Saizou dan teman temannya bertekuk lutut.
"Nina... hal kemarin masih kau pikirkan?"
Suara halus Drei dari belakangnya membuatnya menoleh. Nina membalasnya dengan sebuah anggukan.
"Tidak perlu dipikirkan... kalau memang kita terbukti menggunakan kemampuan yang tidak boleh digunakan dan didiskualifikasi, berarti kita memang sudah lebih kuat." Ucap Drei. Gadis itu melangkah dengan langkah pelan menuju Nina.
"Bukan itu yang sedang aku pikirkan..."
Drei duduk di sebelah Nina. Di kursi lobby yang cukup panjang sampai sampai ia bisa selonjoran di atasnya.
"Lalu?"
Nina berpikir beberapa kali di kepalanya apakah ia akan memberitahukannya atau tidak. Tapi tatapan dari Drei meyakinkannya.
"Aku bingung dengan kemampuan kedua teman baru kita."
Drei tersenyum. Sepertinya ini adalah pernyataan yang sudah diduganya.
"Saki? Lucia?"
"Keduanya."
Tawa lepas keluar dari mulut Drei. Gadis itu menggunakan tangan kirinya untuk menyembunyikan gigi serinya yang mulai terlihat.
"Bagian mana yang membuatmu bingung?" Tanya Drei kemudian.
"Semuanya... aku bahkan tidak pernah melihat Saki bertarung dengan kemampuan khususnya. Yang pernah aku lihat hanyalah kemampuannya untuk bertukar tempat, dan kemampuannya memainkan kipas sebagai senjata. Tidak ada yang lain!"
"Lalu? Bagaimana dengan Lucia?"
"Kalau dia, entah kenapa aku sudah melihat adanya sedikit aura aneh yang menyelimutinya. Kemampuannya sangat aneh."
"Maksudmu aneh?"
"Ingat saat pertama kali gadis itu memasuki ruangan kelas kita dan berurusan dengan Len?"
Drei mengangguk.
"Dia menggunakan kemampuan bertukar tubuh yang sama dengan Saki. Meski ia sudah menggunakan kemampuan ilusi--yang sama juga dengan Saki, aku tetap bisa mengenali jurus yang digunakan olehnya. Hal tersebut tidak mungkin kebetulan! Apalagi dia datang tepat saat kita sedang kekurangan orang!"
Sejenak, kedua orang tersebut terdiam. Tidak ada yang berkata apapun. Hanya suara burung pagi yang berkicau yang terdengar. Jika saja tidak ada suara tersebut, boleh jadi hanya sunyi yang menjadi teman terakhir mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora's 7 Trials
Fantasía<<Banyak typo terutama di chapter awal (1-5)>> Life is never flat... Sebuah premis yang memiliki banyak arti. Namun, apapun artinya, pasti menjurus pada satu hal yang sama. Hidup itu indah. Tidak perlu duduk berlama lama di depan televis...