KAUM HAR

834 59 23
                                    

Pagi ini adalah hari ketiga dalam perjalanan memburu Garakhi, fajar kedua setelah kami berhasil keluar dari hutan gelap dan hari pertama dimana kami bisa bermalam dengan tenang di lembah Anduis yang dikelilingi oleh sungai dan pegunungan-pegunungan hijau. Setelah kejadian di hutan gelap itu, banyak dari kami telah menyadari bahwa perburuan ini tidak akan berjalan seperti yang kami harapkan.

Namun Dorlan yang saat itu sedang berdiri di bebatuan tepi Sungai Huiri, berseru kepada seluruh anggota kelompok. Seruannya saat itu seperti mengobarkan kembali api-api semangat yang telah sedikit redup. Lantang terdengar hingga bergema layaknya memantul-mantul di tebing bukit.

"Bolehlah kalian khawatir dengan perburuan ini. Tapi ingatlah, harapan orang-orang di seluruh Tanah Kesslein tertancap di bahu kalian. Dan apabila kalian berniat untuk mundur, apakah kalian rela jika harapan-harapan itu tanggal bersama jasad-jasad saudara kita yang terkubur dalam kegelapan hutan itu?" demikian seruan Dorlan yang sangat berapi-api itu.

"TIDAK!!!" Ujar para pemburu naga menanggapi seruan Dorlan.

Sontak gemuruh suara orang-orang dari kelompok kami bergema di antara dataran-dataran lembah Anduis yang hijau. Terbakarlah kembali semangat mereka, bangkitlah tubuh mereka seraya mengacungkan senjata-senjata mereka ke langit. Maka pagi itu diputuskanlah kelompok yang tersisa dari pasukan gabungan ini akan melanjutkan perjalanan mereka hari ini.

Menjelang siang hari, kami telah selesai mempersiapkan perjalanan dan kembali menunggangi kuda kami masing-masing. Tubuhku saat itu telah cukup pulih dari kelelahan. Begitu pula dengan Qarqar, Earl dan Ythri, mereka tampak duduk tegap diatas kuda-kuda mereka. Namun Calin masih belum pulih akibat keracunan yang dideritanya. Sehingga saat itu dia dan beberapa orang-orang lainnya yang juga menderita keracunan akibat asap hitam Arghaleim, dibaringkan di atas Drakonshar-Drakonshar milik divisi kavaleri.

"Satra, kau sudah melihat keadaan Calin?" Ujar Earl seraya mendekat kearahku.

"Ya, tampaknya tidak akan pulih dalam waktu dekat. Racunnya benar-benar kuat, padahal sudah diberikan penawar tetapi masih saja belum hilang sepenuhnya," jawabku.

"Sedari tadi Ythri tampak gelisah ..., Sepertinya dia mengkhawatirkannya," sambung Earl.

"Yah, tampaknya memang demikian."

Diantara pemburu naga lain, tampaklah Ythri yang paling muram saat itu melihat Calin terbaring lemah. Saat itu Qarqar tampak menghiburnya. "Setidaknya dia tidak termasuk orang-orang yang ditinggalkan di dalam hutan gelap itu," demikian ujar Qarqar kepada Ythri. Maklum saja, Ythri sangat bersedih hati tatkala Calin menderita keracunan dan terbaring lemah, karena memang yang kuketahui mereka adalah saudara sedarah.

***

Demikian saat itu juga kelompok kami mulai menyeberangi sungai Huiri dengan kuda-kuda kami. Kali ini kami tidak bergerak dengan kecepatan penuh, namun lebih pelan dengan kuda-kuda kami yang bergerak lebih santai. Setelah menyeberangi sungai, kami bergerak ke arah barat menuju gunung Aldeir, tempat dimana Garakhi berada. Kami berjalan melewati sebuah dataran hijau, kemudian melewati tepian danau Dolori yang terbentang amat luas, permukaan airnya berwarna kebiruan tampak memantulkan warna-warna langit dengan sangat jelas.

Perlahan namun pasti, kami mulai mendekati kaki gunung Aldeir. Ditandai dengan embusan angin yang mulai kencang, kemudian sudah tampaklah dari kejauhan gunung Aldeir yang menjulang sangat tinggi.

Gunung itu memiliki lereng-lereng yang landai, namun jika memandang semakin ke atas maka akan semakin nampak tebing-tebing bebatuan yang curam. Jika kemudian melihat keatas lagi, maka terlihat juga puncaknya tertutup oleh gumpalan awan-awan putih bagaikan menusuk langit.

DRACOMILLIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang