Dimana aku sekarang? Udara disini cukup dingin. Angin yang bergerak masuk ke rongga kulit seketika membuatku menggigil. Aku terhenyak dari tempat berbaring yang nyaman. Ada seorang kakek misterius berdiri di depanku. Penampakan kakek itu seperti pengemis tua. Dengan pakaian lusuh dan rambutnya yang panjang tampak ikal berwarna putih keabu-abuan. Matanya yang kelabu memandangiku dalam-dalam dengan tatapan kosong. Entah sejak kapan dia sudah berada disana.
"Siapa kau?" tanyaku terheran.
Kakek itu hanya menatapku namun sama sekali tidak menjawab, berdiri serta tidak bergerak sedikitpun. Hanya rambutnya yang bergerak sebab tersibak oleh embusan angin. Aku sama sekali tidak menyadarinya sejak kapan orang itu ada di sana. Apakah sejak aku terbangun dia sudah berdiri di sana? Entah apa yang terjadi, saat ini seakan-akan semua yang kualami semacam ilusi. Tentang perburuan naga, pertempuran di Hylandir, makhluk itu ... Seluruhnya ... ingatan-ingatan semacam itu tergambar jelas di kepalaku. Meski memaksa mengingat-ingat semuanya, rasanya bagaikan tidak pernah benar-benar terjadi. Kesadaranku seakan tenggelam dalam pemikiranku, berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya telah sedang terjadi. Kemudian kakek itu mulai berbicara. Suara yang keluar dari mulutnya seketika memecah keheningan.
"Aku Elebrias, satu dari tiga yang terlahir pertama," ujar kakek itu.
Setelah itu dia kembali terdiam. Sikapnya demikian aneh. Tiga yang terlahir pertama. Apa yang ia maksud dengan kata-kata itu? Aku berusaha mengingat-ingat, sesuatu yang mungkin aku pernah dengar di suatu tempat.
"Raja dari suatu kerajaan bernama Hylandir pernah mengatakan tentang Draco Atar, tiga naga yang terlahir pertama," gumamku.
Lagi-lagi aku kembali hanyut dalam renunganku. Sesekali melihat ke arah kakek itu, tepat di kedua matanya yang menatapku. Mata itu layaknya lembaran kertas yang ingin menuliskan sesuatu untukku. Rasanya ingin kupalingkan saja pandangan ini melawan keinginanku, namun entah bagaimana rasanya sangat sulit. Ia seperti memanggilku, membisikkan sesuatu lewat kedua tatapan matanya. Tak terasa jantungku berdegup cukup kencang, darahku terasa mengalir begitu deras, aku merasa gelisah. Kilat-kilat ingatan tiba-tiba saja menyambar pikiranku. Tubuhku tertusuk oleh makhluk itu, ingatan itu kembali menghantui. Dan saat ini aku tiba-tiba berada di tempat ini bersama seorang pria tua yang aneh itu. Aku masih bisa membayangkan rasa sakit akibat tusukan itu hingga tanganku tak terasa meraba-raba perutku, seakan mencari-cari luka yang ada di tubuhku. Semua keanehan ini kemudian menyadarkanku. Boleh jadi mimpi-mimpi itu semakin terasa nyata. Tapi yang sesungguhnya adalah kenyataan yang telah kualami kini kembali kuingat.
"Ini bukan mimpi! Setelah melawan makhluk itu, tidak, bukan ... Kau makhluk itu! Setelah sesaat aku melawanmu tiba-tiba aku berada di tempat ini," sentakku kepada kakek itu.
Kakek itu hanya menanggapi dengan senyum kecilnya yang kaku. Matanya yang berkabut menatapku dalam-dalam. Ia kemudian berbicara lirih; "Milzinas, Ugnis, Elebrias."
Aku tidak terlalu mengerti dengan apa yang dikatakan si kakek tua. Namun saat itu aku mendengarkan semua yang kakek itu katakan; tentang Elebrias, satu dari tiga naga yang terlahir pertama. Rupanya aku telah menghadapi salah satu dari tiga naga termahsyur, naga legendaris yang terakhir. Makhluk itu adalah Draco Atar bernama Elebrias. Jika demikian, maka Milzinas dan Ugnis merupakan Draco Atar lainnya.
"Lalu, bagaimana dengan dua lainnya? Apakah mereka seperti dirimu?"
Selubung-selubung gelap membayangi raut wajahnya. Tatapannya yang kosong kini berubah menjadi tampak muram. "Mengingatnya kembali membuatku sedih," jawabnya lirih.
"Saudaraku Milzinas mati ratusan tahun lalu setelah manusia menemukan baja Telari dan membuat senjata-senjata kalian dengan penuh keserakahan. Sedangkan saudaraku Ugnis belum lama mati saat beristirahat di puncak gunung Aldeir," sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRACOMILLIR
FantasySeluas apakah dunia? Untuk apa manusia mencari tahu? Bahkan setelah ratusan tahun menginjakkan kaki di tanah ini, mungkinkah manusia lupa dengan hal-hal yang telah ditentukan untuk mereka? Sejauh apapun mencari, pada akhirnya akan kembali ke tempat...