Apa yang dimaksud dengan orang-orang yang terusir? Apa maksud perkataan dari kaum Har? Apakah aku melewatkan sesuatu saat mendengarkan sejarah-sejarah manusia yang diceritakan oleh tetua desa? Kurasa tidak. Sementara kami berjalan kembali menanjaki gunung Aldeir, pertanyaan-pertanyaan itu masih saja terngiang di kepala.
Bayi manusia yang kami temukan, merupakan bayi yang di bawa oleh kaum Har. Sejak dahulu tak pernah terpikirkan sedikitpun bahwa kaum Har adalah manusia seperti kami. Namun sepertinya bagi Dorlan, hal itu sangat masuk akal dengan adanya bayi itu. Lalu bagaimana denganku? Entahlah, bagiku orang-orang kaum Har itu sama sekali tidak tampak seperti manusia.
Goran bersedia untuk membawa bayi dalam kotak itu, sedangkan komandan Dorlan kemudian berjalan di barisan depan bersama orang-orang dari Divisi Jelajah. Ia terus memimpin pergerakan kelompok ini dan sesekali memastikan arah-arah yang akan ditempuh.
Hari telah menjelang petang, matahari mulai turun, tampak lelah bersandar dibalik celah diantara bukit-bukit. Kaki ini menginjak tanah dan bebatuan, menyusuri jalan-jalan setapak yang semakin menanjakan tanah-tanahnya ke langit. Semakin curam jalan-jalan dilalui, hingga terkadang tangan ini perlu memegang tebing maupun bebatuan agar tak terperosok kembali ke bawah.
Burung Haukkin, burung berbulu panjang dengan warna kebiruan milik orang-orang Divisi Jelajah juga membantu kami untuk mencari arah dimana Garakhi berada. Tampak beberapa dari orang-orang divisi jelajah membawa sangkar-sangkar kecil di punggungnya. Mereka disebut Dor Uluros, atau penjelajah langit. Menggunakan Burung Haukkin sebagai penunjuk arah, bagaikan mata mereka yang berjalan di langit.
Tiba di puncak tebing, kami melihat burung-burung Haukkin itu terbang diatas sebuah gua batu yang besar diantara semak dan akar-akar yang merambat disekelilingnya. Burung-burung Haukkin tampak terbang diatas mengitari gua itu.
Gua yang berada di atas tebing-tebing tinggi itu cukup besar. Mulut gua menganga lebar dengan stalaktit-stalaktit yang terlihat dari luar menggantung di langit-langit gua.
"Baiklah, akhirnya ... setelah semua yang kita lewati, tujuan kita ada di depan mata kita," ujar Dorlan.
Maka dengan arahan dari Dorlan kami mulai memasuki mulut gua secara beriringan. Dorlan mengganti barisan depan yang semula diisi oleh orang-orang Divisi Penjelajah, kemudian digantikan oleh Divisi Pengejar Utama yang telah siap dengan senjata-senjata mereka. Divisi Pasukan Pengintai bersama dengan Dorlan berada pada barisan kedua, diikuti oleh Divisi Penjelajah yang bertukar posisi di barisan ketiga, kemudian Divisi Kavaleri, Peralatan & Teknis serta Artileri berada di barisan belakang.
Bercahayakan api dari suluh yang kami bawa, kami mulai menembus gua semakin dalam. Semakin dalam kami memasuki gua itu, semakin panas udara yang terasa. Bebatuan didalam gua yang semula berwarna cokelat kehitaman perlahan menjadi semakin memerah tatkala kami semakin masuk kedalamnya. Pikirku, mungkin saja gua ini menuju ke dalam perut gunung Aldeir. Mungkin pula api-api dari gunung Aldeir telah menunggu kami diujung gua ini. Atau api-api dari Garakhi-lah yang menciptakan hawa panas ini.
"Cahaya!" Earl menunjuk pada seberkas cahaya diujung gua.
Tampak terang kemerahan cahaya itu. Maka kami datangilah secepatnya cahaya itu, semakin mendekat, semakin panas hingga rasanya seperti ingin melepas seluruh pakaian-pakaian yang melekat di badan. Dan benar saja, ternyata firasatku benar-benar terbukti. Sebuah kolam magma yang besar ada didepan kami. Tampaknya kami memang berada di dalam perut gunung Aldeir. Panasnya seperti hendak membakar wajahku, jangankan mendekat ke tepian kolam magma itu, berada jauh dari tempat itu saja sudah terasa sangat panas.
"Bagaimana kita melewati tempat ini? Hanya ada batu-batu yang mengambang di atas magma," pikirku.
Kami memikirkan langkah selanjutnya yang akan ditempuh, hingga kemudian entah dari mana asalnya, seseorang dengan suara berat dan parau terdengar jelas layaknya berbicara lantang kepada kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRACOMILLIR
FantasíaSeluas apakah dunia? Untuk apa manusia mencari tahu? Bahkan setelah ratusan tahun menginjakkan kaki di tanah ini, mungkinkah manusia lupa dengan hal-hal yang telah ditentukan untuk mereka? Sejauh apapun mencari, pada akhirnya akan kembali ke tempat...