"Kita harus pergi ke markas legiun pemburu naga divisi pasukan pengintai."
"Tidak, tidak, aku harus bergegas pulang ke desaku."
"Ayolah, Naku Raghar telah memberikan koin ini pada kita. Ini benar-benar mukjizat kan!?"
"Masa bodoh dengan koin itu, aku sudah menuruti apa yang kau katakan Earl, aku sudah menemui Naku Raghar," kami berdebat sepanjang jalan setelah menemui Naku Raghar.
"Terima kasih Earl, tapi saat ini aku harus ke desa. Aku ingin memastikan keselamatan keluargaku."
"Hey, hey ... Satra, dengarkan aku dulu," Earl berbicara seraya tangannya menarik pundakku.
"Lihat ini," sambil menunjukan koin yang diberikan oleh Naku Raghar.
"Ini adalah tanda bahwa kita terpilih untuk masuk ke salah satu divisi elit pasukan pemburu naga, divisi yang banyak orang inginkan, kita mendapatkannya dengan mudah."
"Dengar, aku tidak tahu kenapa Naku Raghar memberikan koin ini secara cuma-cuma setelah mendengar cerita tentang manusia berkulit naga yang menyerangmu. Tapi ini kesempatan untukmu dan diriku untuk masuk ke satuan elit. Setelah itu kita bisa leluasa pergi ke daerah berbahaya manapun termasuk desamu," Earl mencoba meyakinkanku untuk lebih bersabar.
Perlahan meyakinkanku sepanjang perdebatan yang cukup melelahkan itu, Earl tak pernah berhenti berbicara sama sekali. Cukup lama kami saling berdebat satu sama lain, namun pada akhirnya akupun setuju tentang semua rencananya.
Siang itu kami berjalan menyusuri pinggiran ibukota yang dihiasi oleh rumah-rumah lusuh seakan ingin menunjukan bahwa tempat ini adalah daerah pinggir ibukota. Cukup lama kami menapaki jalan yang tebuat dari batu-batu pualam yang tersusun dengan rapi, hingga pada akhirnya kami menjejakan kaki didepan sebuah bangunan besar yang tampak kosong tak berpenghuni.
"Ini tempatnya," Earl menunjuk kearah gerbang bangunan tersebut yang tampak sedikit terbuka."Earl, kau yakin? Tempat ini sepertinya sudah lama tidak dihuni, lihatlah ... tanaman rambat itu hampir menutupi seluruh atapnya." ujarku kepada Earl. "Sudah biarkan saja, sebelah sini ..." Earl mengajakku menuju kearah timur bangunan itu. Tampak dia telah paham betul dengan seluk beluk tempat ini. Kami masuk kedalam dan menyusuri koridor demi koridor yang seluruh jendelanya seperti ditutup rapat-rapat. "Tempat ini gelap sekali, aneh ..." Pikirku.
Samar-samar terdengar langkah kaki memecah keheningan didalam tempat itu. "Earl, kau membawa anak itu?" sesosok bayangan pria tiba-tiba muncul dan berbicara dari sudut koridor. "Kau kenal dia?" tanyaku pada Earl yang hanya memandangi sosok pria yang kemudian terlihat berjalan sedikit membungkuk. Sinar-sinar dari celah atap sedikit demi sedikit menyingkap rambut putih dan wajahnya yang terlihat tak muda lagi. "Earl ..." aku memanggilnya lagi karena tidak menjawab pertanyaanku.
"Kau Satra ya ...?" Tanya si pria tua.
Enggan aku menjawab pertanyaan si pria tua karena tak mengerti bagaimana dia bisa mengetahui namaku.
"Tenanglah nak, kau tak perlu takut dengan pria tua sepertiku ... Ohohoho ... Uhukk ...Uhuuk ..." dengan sedikit terbatuk-batuk pria tua itu berbicara sambil berjalan perlahan mendekati kami.
"Kenalkan, saya Faradir, komandan divisi pasukan pengintai. Dan Earl ini, dia adalah salah satu anggota divisi ini. Ohoho ..." sang pria tua menepuk-nepuk bahu Earl disertai dengan tertawa kecil. Sementara Earl sibuk terlihat mencari sesuatu di sakunya.
"Ini ... komandan, Satra juga diberikan koin ini oleh Naku Raghar," Earl memberikan koin itu kepada Faradir sang pria tua yang ternyata adalah komandan divisi pasukan pengintai.
"Tunggu ... tunggu ... aku tak mengerti" aku mencoba menyela percakapan yang semakin lama semakin membuatku bingung.
"Earl, aku ingat kau dari divisi peralatan dan teknis kan? Kau yang mengatakan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
DRACOMILLIR
FantasySeluas apakah dunia? Untuk apa manusia mencari tahu? Bahkan setelah ratusan tahun menginjakkan kaki di tanah ini, mungkinkah manusia lupa dengan hal-hal yang telah ditentukan untuk mereka? Sejauh apapun mencari, pada akhirnya akan kembali ke tempat...